Cinta Ayudia 34
A story by Wati Darma
Part 34
“Sebenarnya apa yang terjadi dengan Mas Angga? Kenapa ia mengkonsumsi obat-obatan ini?” tanya Ayu pada Rania.
Saat Ayu keluar dari kamar Rangga. Ia melihat mantan kakak iparnya itu, tengah terduduk di sofa sambil memegangi kantong berisi obat milik Rangga.
“Biasanya saat kambuh seperti ini, hanya obat inilah yang mampu menenangkan kegelisahannya. Tapi hanya melihatmu dan memelukmu, kini ia bisa tertidur lelap tanpa obat,” gumam Rania.
“Apa sebenarnya yang terjadi, Kak?” desak Ayu.
“Semenjak semua rahasia itu terkuak, hidup adik tampanku itu tidak sama lagi. Ia terus bermimpi buruk, selalu mimpi yang sama, bayangan saat ia menyakitimu dengan kasar waktu itu. Ia selalu menyalahkan dirinya sendiri karena menyakitimu. Traumanya bertambah buruk, saat kenyataan lain hadir di depan matanya. Ia depresi, ia tertekan karena mencintaimu tapi tidak bisa memiliki, menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi padamu. Ia sering menyakiti dirinya sendiri, jika hal itu kembali mengganggunya, self injury.”
Ayu terkejut dengan pengakuan Rania.
Separah itukah luka akibat masa lalu mereka?
Ternyata bukan hanya dirinya yang trauma dan terluka karena masalah itu.
Mantan suaminya juga merasakan hal yang sama.
“Jika ia benar-benar mencintai aku, kenapa ia tidak mau memperjuangkan aku? Membawaku dan Della pergi jauh bersamanya.”
“Awalnya ia akan melakukan itu, tapi ....”
Rania terdiam, keraguan tampak di wajah sendunya. Rahasia yang membuat dirinya dan Rangga menerima karma atas perbuatan ibunya, yang membuat masa depan mereka terpuruk tanpa tahu akan ke mana akhirnya.
“Tapi apa, Kak?”
“Setelah ia mendengar pembicaraan Ibu bersama Ayah, ia akhirnya memilih untuk menyerah. Ia hanya ingin melindungimu.”
“Pembicaraan apa, Kak? Rahasia apa lagi yang kalian sembunyikan dariku? Hal apa yang membuat Rangga tersiksa seperti ini? Membuatku harus memilih untuk menerima lamaran pria lain.”
Rania menundukkan kepalanya.
Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.
“Kenyataan bahwa kecelakaan ibumu adalah rekayasa ibuku. Menjauhkanmu dari keluarga ayahmu juga adalah ulah ibuku. Membuatmu sebatang kara di dunia ini,”
Ucap Rania penuh sesal diiringi isak tangisnya.
Tubuh Ayu melemas.
Ia menyandarkan kepalanya pada sofa di belakangnya.
Seketika kepalanya berdenyut sakit, dadanya terasa penuh akan amarah.
Ia memejamkan matanya dan kembali menangis. Ia teringat kembali semua perkataan Rangga tadi.
“Bagaimana aku bisa memperjuangkan cintaku jika dosa itu semua dilakukan oleh keluargaku sendiri.”
“Aku tidak bisa memilih lahir dari Ibu yang seperti apa, aku juga tidak bisa membencinya, aku hanya bisa memperbaiki kesalahan yang ia buat dan menjauhkanmu darinya.”
“Tolong maafkan aku dan keluargaku, terutama ibuku. Jangan benci aku.”
“Mengapa mencintaimu harus sesakit ini? Mengapa jalanku untuk memilikimu harus sesulit ini.”
Ayu memegangi dadanya yang terasa sakit dan sesak, akan kenyataan yang baru saja ia ketahui. Siapa pun akan hancur jika menerima kenyataan ini, termasuk Rangga dan Ayu.
Seperti inikah sakit yang kamu rasakan, Mas?
Jika iya, kini akupun mengerti kenapa kamu memilih untuk menyerah akan diriku.
Karena aku pun kini menyerah.
πππ
“Jadi kecelakaan yang dialami Jessi dan ibuku itu disengaja?”
Tanya Ayu, mencoba memperjelas pernyataan Rania yang ia dengar sebelumnya.
Rania menganggukkan kepalanya,
“Iya, kejadian delapan tahun lalu itu adalah ulah ibuku. Ia menyuruh orang untuk mencelakai ibumu, tapi ternyata Jessi saat itu juga sedang bersama ibumu sehingga ia pun ikut menjadi korban. Pasti kamu tahu alasan di balik itu. Ia ingin menekanmu, agar menerima penawaran yang ia ajukan. Dengan ibumu yang tergeletak parah, ia yakin kamu akan meminta bantuan padanya. Di situlah ia kembali menawarkan hal itu kepadamu. Dan rencananya berhasil karena kamu masuk ke dalam perangkapnya,” jelas Rania.
Amarah menggelenggak dalam diri Ayu, kedua tangannya mencengkeram bantalan sofa yang di dudukinya.
Air matanya mengalir saat terbayang wajah ibunya yang terluka parah, terbaring lemah di atas brangkar bersama dengan Jessi delapan tahun lalu.
Manusia macam apa yang mempermainkan nyawa manusia seolah itu adalah seonggok kotoran tak berharga.
“Kakak tahu rencana ini?”
Tanya Ayu geram.
“Tidak. Tentu saja tidak. Aku mengaku kalau aku adalah sumber masalah di sini. Harusnya aku tidak melibatkan siapa pun untuk menyelesaikan masalahku, tapi aku tidak pernah tahu rencana yang disusun oleh ibuku. Ia bertindak dengan keinginannya sendiri. Bahkan kejadian di hotel saat minuman kalian diberi obat tidur, aku mengetahuinya saat ia menemui pelayan itu dan memberinya sejumlah uang,” elak Rania.
“Lalu apa maksud Kakak dengan keluarga ayahku? Apa mereka masih hidup?”
Tanya Ayu lagi.
“Iya, keluarga ayahmu masih hidup tapi mereka tidak pernah tahu mengenai keberadaanmu.”
“Ke-kenapa bisa seperti itu?”
“Ibuku yang mengatakan pada mereka, bahwa orang tuamu tidak mempunyai keturunan,” cicit Rania.
Ayu memejamkan matanya menahan rasa kesal dan amarah yang makin menyesakkan dirinya. “Kenapa dia lakukan semua itu padaku? Apa salahku?”
Pekik Ayu. Ia menangis histeris.
πππ
Yogi yang sedari tadi berdiri di depan kamar Della juga mendengarkan semua perbincangan itu. Ia segera duduk di sebelah Ayu dan memeluknya erat.
Hatinya turut merasakan sedih, sakit dan amarah yang sama seperti yang Ayu rasakan.
“Keluarga setan!!” hardik Yogi keras.
“Tahukah kalian, istriku selalu menangis karena tidak bisa menggendong lama anaknya sendiri? Tahukah jika ia rela menahan sakit di bahunya bekas kecelakaan itu demi memeluk dan menggendong buah hati kami? Ia merasa tidak sempurna menjadi ibu, karena tidak bisa sering menggendong anaknya diakibatkan oleh luka bekas kecelakaan itu,”
Ucap Yogi dengan nada tertahan di tenggorokannya.
Dia tahu betul istrinya akan merasakan nyeri di bekas lukanya jika sedang menggendong Chika dalam waktu yang lama, lalu menangis diam-diam dalam kamarnya.
Oleh sebab itu, dia akan mengambil alih Chika saat sedang berada di rumah dan menyewa ART harian untuk membantunya membersihkan rumah.
Tak menyangka, penyebab kesakitan istrinya tersebut merupakan perbuatan disengaja seseorang.
Rania semakin menundukkan kepalanya dan menangis.
Dia tahu betul bahwa perbuatan ibunya itu sangat salah, dan menyakiti orang-orang di sekitarnya. Seandainya dia tahu akan seperti ini akhirnya, dia lebih memilih pergi melarikan diri bersama dengan Della.
“Semua ini bermula dari dendam masa lalu dan sakit hati,” ucap Rania
Ayu menghapus air matanya. Isakannya mulai terdengar pelan.
Ia kembali duduk bersandar di sofa dengan didampingi Yogi, yang siap mendengarkan penjelasan Rania.
“Kamu tahukan bahwa ayahmu, ayahku juga ibuku adalah teman dekat sejak mereka sekolah dulu?”
Tanya Rania, yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Ayu.
“Tak ada persahabatan murni antara wanita dan pria, dan itu dialami oleh ayah dan ibuku. Ibuku begitu mencintai ayahmu sejak dulu, tapi tidak dengan ayahmu. Sampai akhirnya, ayahmu bertemu dengan ibumu yang waktu itu bekerja sebagai tukang masak di restoran milik keluarga ibuku.”
“Singkat cerita, ayahmu jatuh cinta pada pandangan pertama, sampai memutuskan untuk menikahinya karena tahu bahwa ibumu sebatangkara di dunia ini. Ibuku tentu saja berang dengan keputusan ayahmu. Ia marah dan cemburu pada ibumu. Ia marah pada ayahmu yang lebih memilih ibumu yang hanya seorang anak panti asuhan tanpa asal usul juga miskin, bukan dirinya. Ibuku juga menceritakan itu pada keluarga ayahmu. Mereka pun melarang ayah dan ibumu menikah. Mereka mengancam ayahmu dikeluarkan dari keluarga mereka. Tapi ayahmu bergeming, ia rela mundur dari keluarganya, mundur sebagai pewaris keluarganya hanya untuk hidup bersama ibumu.”
Ayu mendengarkan cerita itu dengan seksama.
Walau ia hanya mampu menikmati kasih sayang ayahnya sampai ia berumur enam tahun, ia sangat tahu dan ingat bahwa ayahnya memang sangat mencintai ibunya. Kemesraan dan keharmonisan mereka begitu kentara ia rasakan.
“Saat ayahmu menikah secara sederhana di KUA, hanya ditemani ayahku sebagai saksi dan beberapa tetangga dekat rumah mereka. Ibuku yang kecewa malam itu mabuk-mabukan. Ayahku yang juga mencintai ibuku hanya bisa menemani kesedihannya, dan malam itu mereka tidur bersama karena pengaruh alkohol sampai akhirnya mengandung diriku dan memutuskan menikah. Tapi pernikahan orang tuamu bukanlah akhir dari sakit hati ibuku. Ia tetap berusaha mencari celah untuk menghancurkan pernikahan mereka. Bahkan keguguran ibumu pada kehamilannya yang pertama kali, adalah karena ulah ibuku sampai Tante Yulia mengalami gangguan pada rahimnya. Gangguan pada keluargamu berakhir sementara, saat orangtuamu pindah keluar kota karena tugas dinas, dan kembali lagi ke rumah yang kalian tempati, saat dirimu masih bayi.”
“Rupanya dendam itu masih ada pada ibuku. Tak rela kalian bahagia, dibandingkan dirinya yang terpaksa menikah karena terlanjur hamil diriku. Puncaknya saat ayahmu mulai sakit-sakitan dan kalian tidak memiliki biaya cukup untuk berobat sehingga akhirnya ayahmu meninggal, ibuku semakin membenci ibumu. Ia menganggap ibumu adalah penyebab semua kesulitan yang dialami pria yang dicintainya itu. Jika ia tidak memaksakan menikah dengan ibumu mungkin saja ayahmu masih hidup berkecukupan dengan keluarganya. Bahkan mereka tidak tahu jika anaknya telah meninggal.”
“Pernah suatu hari pamanmu datang ke rumah mencari ayahmu, barulah ibu mengatakan bahwa ayahmu sudah meninggal dan mengatakan bahwa Om Henri tidak memiliki anak dengan ibumu itu. Bahkan ia menghasut keluarga ayahmu, untuk ikut membenci ibumu sehingga mereka tidak mencari juga tidak mengetahui mengenai keberadaan kamu dan ibumu.”
Rania menghela nafasnya dalam,
“Aku dan Rangga hanyalah karma dari kejahatan yang dilakukan oleh ibuku. Siapa yang mau menikah denganku yang memiliki nasab ke ibunya? Siapa yang rela mengangkatku sebagai menantu, tanpa digunjingkan oleh orang lain yang akan hadir di ijab kabul pernikahan kami, lalu mendengar bahwa bintiku adalah ibuku sendiri? Dan ironisnya, aku kembali mengulang sejarah itu pada anakku, Della.”
Rania menangis terisak menangisi nasib dirinya juga putrinya.
“Adikku juga sedemikian terluka karena mencintai kamu, anak wanita yang dibenci oleh Ibuku. Aku sangat ingat sekali wajah gembiranya malam itu bercerita kepadaku, ingin membawamu dan Della pergi bersamanya, menebus kesalahannya. Tapi wajah itu berubah murung saat ia mendengar pertengkaran Ibu juga Ayah. Di situlah ia tahu kenyataan sebenarnya, bahwa ibu kami memang sengaja ingin menyengsarakan dan membuatmu menderita hanya karena dendam masa lalu. Dan akhirnya ia memilih jalan perceraian untuk kalian, karena ia tidak ingin kamu terus disakiti oleh ibuku.”
πππ
Flash back ..
“Kalau Ibu membenci Ayu dan ibunya, lalu kenapa Ibu menyeret dia ke dalam permasalahan Rania? Memintanya menjadi Ibu pengganti untuk Della?”
Tanya Rangga dengan wajah memerah karena amarah.
“Karena hanya dia yang cocok untuk menerima itu. Aku sangat puas dapat mengendalikan dia sepuas hatiku, membalas semua sakit hati atas perbuatan ibunya pada pria yang ibu cintai,” jawab bu Mirna dengan arogan.
Rangga berlutut di depan Ibunya,
“Aku mencintai Ayu, Bu. Tolong restui kami untuk memulai lagi pernikahan kami dari awal dan tolong jangan ganggu lagi hidupnya,”
Bujuk Rangga sambil memelas memohon kepada ibunya.
“Untuk apa kamu kembali pada wanita itu? Aku lebih memilih kekasihmu yang bernama Dessi itu! Kudengar dia seorang pengacara. Dia lebih cocok sebagai menantu keluarga ini,”
Ucap Mirna dengan pongah.
“Tapi aku mencintai Ayu. Dessi bukanlah siapa-siapa. Aku tidak serius dengannya. Aku hanya ingin Della dan Ayu dalam hidupku. Aku janji akan membawa Ayu jauh dari sini.”
“Tidak bisa, Ibu sudah tidak sudi punya keturunan dari darah wanita itu. Aku bersyukur kalian belum pernah tidur bersama sehingga tidak ada keturunan dia di rumah ini. Kalau kamu masih ingin kembali kepada Ayu pikirkan lagi baik-baik. Aku tidak akan pernah menerimanya. Aku akan membunuh keturunan kalian sebelum dilahirkan seperti yang aku lakukan pada ibunya.”
“Apa kamu yakin Ayu tetap akan menerima kamu jika ia tahu bahwa akulah dalang dari semua penderitaannya? Dia pasti akan membencimu, anakku. Jadi berhentilah meminta hal mustahil itu,”
Ucap Bu Mirna sambil berlalu meninggalkan Rangga yang diam termangu di tempatnya.
Rangga memikirkan kembali kata-kata ibunya tersebut, dan membenarkannya.
Rangga duduk terkulai lemah sendiri di tengah ruangan.
Flash back off ..
πππ
Reaksi Ayu saat mendengar semua kenyataan ini hanya satu, membencinya.
Ayu menggigit bibirnya mengingat Rangga dan dirinya, kisah cintanya yang harus berakhir karena dendam masa lalu.
“Aku tidak bisa membencimu, Mas. Tapi setiap melihatmu pasti aku akan teringat bahwa kamu adalah anak dari wanita yang menjadi sumber segala penderitaanku selama ini.” Gumam Ayu.
‘Kamu benar, Mas, sangat sulit untuk kita bersatu’ batin Ayu.
Air mata Ayu kembali mengalir.
Ia ingin sekali meluapkan segala kesedihan juga amarahnya.
Ia menderita. Rangga, Rania, juga Della ikut merasakannya.
Mereka adalah korban dari seorang makhluk Tuhan yang memiliki pikiran tak waras, bernama Mirna Aditya.
“Kepergian Rangga ke Kalimantan bukan tanpa sebab. Ia mencari keberadaan keluarga ayahmu yang dikabarkan pindah sekeluarga ke sana. Ia ingin menemukan mereka untuk kamu,” kata Rania.
πππ
Yogi beranjak dari duduknya.
Ia menarik tubuh Ayu untuk ikut berdiri.
“Jangan harap kami simpati hanya karena kalian menemukan keluarga Ayu. Aku dan Alden yang akan mencarinya. Dan mulai hari ini jangan pernah sangkut pautkan Ayu dengan keluarga kalian lagi. Jangan pernah antarkan Della lagi ke rumah kami. Itu anakmu, rawat sendiri dan katakan sendiri padanya siapa Ayu sebenarnya agar ia tidak lagi mencari kamu. Tidak kuijinkan Ayu untuk merawat lagi anak yang menjadi sumber masalah ini!” hardik Yogi.
“Mas ...,” sela Ayu.
“Tidak. Ayu, kamu sudah cukup menderita karena keluarga setan ini. Jangan terlibat apa pun lagi dengan mereka termasuk Della. Jika tidak, selamanya kamu akan kembali masuk ke lingkaran setan yang mereka ciptakan.”
“Tapi Mas ....”
“Aku tidak menerima penolakan. Ayo, pulang!”
Yogi menarik tangan Ayu pergi dari apartemen Rania.
Ayu tidak dapat melepaskan cengkeraman pada tangannya.
Ia hanya mampu mengikuti setiap langkah Yogi yang kini dipenuhi amarah dalam dirinya.
Sementara itu keadaan dalam apartemen Rania kembali hening, hanya terdengar isakan tangis tak hanya dari Rania.
Ternyata ada orang lain yang juga mendengarkan perbincangan mereka, dan akhirnya harus terpuruk karenanya. Della juga Rangga.
Rangga hanya berpura-pura tidur saat Ayu keluar dari kamarnya, dan ia mendengar semua percakapan mereka dari awal.
Dia sudah dapat menebak, bahwa Ayu akan merasa hancur saat mendengar kenyataan ini. Tubuh Rangga merosot lalu menyandarkan diri di balik pintu itu.
Kembali menangis meratapi hidup dan cintanya, yang kini telah benar-benar pergi dari hidupnya. Dia tahu Ayu pasti membencinya, tidak akan mau bertemu dengannya lagi karena dengan melihat dirinya, wanita itu akan kembali teringat dosa yang telah dia dan keluarganya lakukan pada Ayu.
“Aku mencintaimu, Ayu. Sampai ajal menjemputku,” lirih Rangga.
Sementara dikamar sebelahnya, ada sesosok tubuh mungil yang menangis di balik selimutnya.
Otak kecilnya tak mampu mencerna dengan baik apa saja yang ia dengar barusan.
Tapi satu hal yang pasti, bundanya tidak akan kembali lagi padanya.
“Bunda...,” isaknya.
Bersambung
No comments:
Post a Comment