Wednesday, August 19, 2020

Buah Hati 01

BUAH  HATIKU

Episode :  01
Oleh  :  Tien Kumalasari

SEPERTI langit tertutup mendung ketika dokter memvonisnya sebagai wanita mandul. Seruni menatap langit-langit kamar dari atas ranjangnya, dimana bersama suaminya meronce rangkaian harap akan segera didapatkannya keturunan. Semuanya tampak kelabu. Impian menjadi istri yang sempurna sirna sudah. Menunggu suaminya pulang dengan tubuh lemas dan tanpa daya, Seruni masih terkulai di atas ranjang.

Ketika pintu kamar terbuka, lalu wajah ganteng yang sangat dicintainya itu muncul, hati Seruni semakin terasa seperti tersayat-sayat.

"Seruni.. sayang.. ada apa ini? Kamu sakit?" tanya Indra sambil mendekati istrinya, lalu memegang keningnya.

"Tidak panas... ada apa Runi?"


Seruni tidak menjawab, tapi bangkit lalu memeluk suaminya dengan erat. Air matanya tak terbendung, membasahi baju Indra yang kebingungan.

"Ada apa Seruni ? Jangan membuatku bingung."

"Mas Indra.. aku sudah ke dokter.. aku tidak akan bisa melahirkan anak kamu Indra, aku mandul."

Indra terkejut, beberapa saat lamanya dia terdiam. Tapi kemudian dipeluknya erat istrinya.

"Kamu yakin ?"

"Hasil lab itu mengatakannya."

"Ya sudah, tenanglah Seruni, aku sedih jika kamu menangis seperti ini."

"Kamu kecewa bukan ?"

"Kecewa sih, tapi aku akan menerima takdir ini. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku sangat mencintai kamu?"


"Itu dulu, sebelum kita menikah bukan?"

"Selamanya Seruni, selamanya..." kata Indra sambil mencium kening Seruni berkali-kali.

Puaskah Seruni atas jawaban suaminya? Tidak. Mana mungkin dia bisa membahagiakan suaminya tanpa bisa melahirkan seorang anak pun?

"Kamu tidak percaya?"

Seruni masih terisak. Sekarang barangkali Indra bisa mengatakan itu, bagaimana dengan besok, besoknya lagi, ketika rumah mereka terasa sepi dan lengang tanpa rengekan bayi?

"Sudahlah, kalau kamu ingin, kita bisa mengadopsinya."

"Kamu pasti kecewa.."

"Tidak Seruni sayang, tidak.. aku mencintai kamu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Pegang kata-kataku."

Seruni terisak di dada Indra, ada sedikit rasa lega, tapi rasa kecewa masih menderanya.


*****


Pagi hari itu Pak Prastowo dan istrinya mengunjungi rumah Indra. Jauh-jauh mereka datang dari Surabaya, karena rindu pada anak dan menantunya.

Indra dan Seruni menyambutnya dengan riang.

"Bapak sama Ibu, mengapa tidak mengabari kalau mau datang?" kata Indra sambil memeluk Bapak dan Ibunya.

"Iya, kalau mengabari kan Mas Indra bisa menjemput di bandara," timpal Seruni.


"Bapakmu ingin membuat kejutan. Mana mau mengabari dulu?" kata Bu Prastowo.

Indra dan Seruni tertawa.

"Bapak ada-ada saja, pakai pengin membuat kejutan segala."

"Nyatanya kamu terkejut kan?" kata Bapaknya yang langsung duduk sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan koran yang sejak tadi dibawanya.

"Terkejut dong Pak,"

"Bapak gerah ya? Hawanya memang panas. "

"Nggak di Surabaya, nggak di Solo, semuanya panas."

"Iya Pak, kan lagi musimnya," kata Seruni sambil beranjak ke belakang.

"Aku mau minumnya yang dingin Seruni," teriak Pak Prastowo.

"Ya Bapak ," jawab Seruni yang sudah hampir sampai di dapur.

"Bapak itu biasa, minumnya harus dingin, siang atau malam sama saja."

"Kalau badannya gemuk pasti merasa kepanasan terus," kata Indra.

"Iya benar Ndra. Ini hari Minggu, kamu nggak kemana-mana?"

"Tidak Bapak, agak capai, mungkin nanti sore, sama Bapak sama Ibu, kalau mau.."


"Ya mau dong, sudah lama nggak jalan-jalan di Solo. Masih adakah sate ayam di Nonongan?" kata Bu Prastowo.

"Masih ada Bu, nanti kita ke sana."

"Makan lesehan ya?" tanya Bu Prastowo.

"Kalau bisa jangan yang lesehan, susah aku berdirinya nanti."


Indra tertawa. Badan Ayahnya memang agak gemuk, jadi susah kalau harus makan sambil ngelesot di atas tikar.

"Nanti cari yang duduk di kursi Bapak."

"Silakan Bapak, minum jus jeruk, untuk Ibu jeruk hangat," kata Seruni yang sudah muncul membawa suguhan buat kedua mertuanya.

"Terimakasih Seruni," kata Pak Prastowo yang segera menyeruput jus jeruknya.

"Ibu sama Bapak, Seruni siapkan makan pagi dulu ya, setelah itu istirahat," kata Seruni yang kembali melangkah ke belakang.


"Ndra, seperti belum ada tanda-tanda istrimu hamil ya?" tanya Bu Prastowo yang masih didengar Seruni. Seruni memperlambat langkahnya dengan hati miris.

"Belum Bu, sabarlah Bu, kami masih suka berduaan begini," jawab Indra.

"Iya Bu, biar dulu mereka puas berpacaran, ya kan Ndra?"

"Iya Bapak."

"Sudah hampir dua tahun mereka menikah lho. Itu waktu yang cukup lama untuk terus-terusan berpacaran. Lihat, rumahmu begitu sepi tak ada tangis bayi.."

"Iya Bu, sabar ya," kata Indra.

Seruni menghela nafas panjang, melanjutkan melangkah ke dapur.


*****


Ketika Pak Prastowo dan Bu Prastowo turun dari mobil saat sedang berjalan-jalan malam hari itu, tiba-tiba seseorang menyapanya.

"Bu Pras,,"

Keduanya menoleh, seorang wanita dengan rambut sebahu, mengenakan celana jean dan kaos hitam ketat, mendekat ke arahnya.

"Lusi ? Kok ada di sini ?"

"Saya juga ingin bertanya, kok Pak Pras sama Bu Pras ada di sini?"

"Kami sedang mengunjungi Indra."

"Indra ada di Solo?"

Ketika itu Indra ke luar dari mobil, bersama Seruni, yang kemudian mendekati mereka.


"Indra?" tanpa ba bi bu Lusi langsung memeluk Indra, membuat Indra gelagapan.


"Eh... Lusi, jangan sembarangan kamu, itu ada istrinya Indra," tegur Bu Prastowo.

Lusi melepaskan pelukannya, menatap Seruni dengan pandangan kurang suka.

"Oh, Pras sudah menikah?"

"Sudah hampir dua tahun, kamu kemana saja?" tanya Indra.

"Sudah hampir dua tahun? Sudah punya momongan berapa?"

Seruni kembali teriris.

"Aku mengikuti suami ke Jakarta, bekas mertua ada di Solo, aku baru mengunjunginya. Tapi besok aku sudah kembali ke Surabaya." terang Lusi.


"Kok bekas mertua to Lus?"


"Iya Bu, suami saya meninggal setahun yang lalu."


"Innalillahi... " seru mereka hampir bersamaan.


"Serangan jantung, terlalu bersemangat olah raga, padahal jantungnya lemah, oh ya, kenalan dulu sama istrinya Indra," kata Lusi sambil menyalami Seruni.

"Saya Seruni."

"Ini kok jadi beramah tamah di sini, kami mau nyate ayam dulu, ayo ikut Lus," sapa Pak Pras.


"Maaf Pak, saya sedang mau membelikan oleh-oleh, keburu malam. Indra, aku pasti akan menelpon kamu, menanyakan alamat kamu juga, siapa tahu aku bisa mampir lain kali. Kalau sekarang nggak bisa, soalnya besok pagi sudah harus kembali ke Sorabaya."

"Oh, sayang sekali kalau begitu," kata Pak Prastowo.

"Saya pamit dulu Pak, Bu, daag Indra.." kata Lusi sambil menempelkan jarinya ke bibir yang dimonyongkan, seperti anak kecil jika disuruh 'cium jauh'.


Seruni sebal dengan sikap Lusi. Ia seakan tak perduli ada dirinya yang istri Indra, dan dengan santai bersikap mesra pada Indra. Seruni mendahului masuk ke warung sate sambil mencari tempat duduk.

"Ibu nggak suka sama Lusi, dia selalu genit dihadapan Indra."

"Indra juga sebel Bu," keluh Indra sambil mempersilakan Ayah Ibunya duduk.

"Dia itu sejak dulu kan mengejar-ngejar Indra, tapi Indra selalu tak perduli," kata Pak Prastowo.

"Kamu jangan memikirkan sikap Lusi tadi, Seruni, dia memang begitu." kata istri Pak Prastowo.

"Efek orang ganteng," canda Indra yang membuat Seruni mencibirkan bibirnya.

"Sok ganteng kamu." kata Pak Prastowo.

"Ayo buruan pesan, aku nggak mau kulit, pilihkan yang daging." kata Bu Prastowo.

"Iya, saya pesankan dulu Bu," kata Seruni.


*****


Seruni merebahkan dirinya di ranjang. Walau tak terlalu banyak mengerjakan pekerjaan rumah, tapi dia merasa sangat lelah, terlebih perasaannya. Di setiap pembicaraan selalu ada saja yang menyinggung _'anak'_. Ingin rasanya dia menjerit meratapi nasibnya.

"Tidurlah, dari tadi masih melamun," tegur Indra yang berbaring disampingnya.

"Aku sedih Mas.."

"Kenapa?"

"Ibu menanyakan anak, teman kamu tadi juga menanyakan anak.."

"Sudahlah, jangan dipikirkan, aku tidak terlalu memikirkan. Kalau kamu ingin, kita bisa mengadopsi anak. Bagaimana?"

"Tidak Mas, aku ingin anakku sendiri."

"Semoga ada mujizat Allah yang akan memberikan kamu anak."

"Mungkinkah ?"

"Kalau Allah berkehendak, adakah yang tidak mungkin? Jangan berkecil hati Seruni, aku akan tetap mendampingi kamu, dan selalu ada untuk kamu."

"Apa yang harus kita jawab kalau Ibu menanyakan hal itu? Hampir dua tahun kita menikah, tak aneh bila Ibu menanyakannya."

"Dijawab aja masih suka pacaran."

"Ah.."

"Seruni, hentikan penyesalan, aku tetap akan mencintai kamu, apapun yang terjadi. Masalah anak bisa kita pikirkan nanti.

Seruni memiringkan tubuhnya, menatap suaminya, dan mencari kesungguhan kata-katanya. 
Bagaimana kalau suatu hari nanti suaminya benar-benar menginginkan anak, lalu mencari wanita lain yang tidak mandul seperti dirinya? Tiba-tiba mengambang telaga bening dipelupuk mata Seruni.

"Tidurlah sayang, Mengapa kamu ini?" kata Indra sambil mengusap air mata Seruni, kemudian memeluknya erat.


*****


Hanya seminggu Pak Prastowo dan istrinya tinggal di rumah Indra.  Pagi itu mereka sarapan pagi lalu Indra dan Seruni siap mengantarkan Pak Prastowo ke bandara.

"Ibu selalu senang masakan kamu Seruni, kamu luar biasa. Istri yang tidak mengecewakan," kata Bu Prastowo sambil memeluk Seruni.

"Terimakasih Bu," jawab Seruni.

"Tapi ada pesan Ibu untuk kamu, jangan kelamaan berduaan terus, Bapak sama Ibu ingin segera menimang cucu," lanjutnya.

Tuh kan, kembali batin Seruni teriris. Tapi ia mencoba tersenyum tipis.

"Benar Seruni, Indra, penuhi harapan Ibumu itu." sambung Pak Prastowo.

Indra mengangguk dan tersenyum.

"Seruni, carilah pembantu, supaya kamu tidak mengerjakan semuanya sendiri," pesan Ibu mertuanya lagi.

"Nggak apa-apa Bu, Seruni bisa kok."

"Tapi nanti kalau kalian punya anak, bisa repot kalau tidak mencari pembantu."

Aduuh, mengapa di setiap pembicaraan selalu ada tersisip kata _'anak'_?

"Ayo Bapak, Ibu, nanti terlambat," ajak Indra untuk mengakhiri pembicaraan Ibunya yang selalu menyinggung perasaan Seruni.

Tapi baru saja Indra duduk di belakang kemudi, ponselnya berdering.

"Dari siapa nih, nomor saja," kata Indra tanpa mau membuka ponselnya.


"Angkatlah Mas, siapa tahu ada yang perlu."

"Tolong kamu saja yang mengangkat, kelamaan .. bisa-bisa kita terlambat."

_'Hallo,'_ sapa Seruni ketika mengangkat panggilan telpon itu, sementara Indra terus saja menjalankan mobilnya.

_'Hallo, oh.. ini Seruni ?'_

Seruni terkejut, suara dan nadanya seperti wanita yang dikenalnya sebelum masuk ke warung sate beberapa hari yang lalu.

_'Ya ini aku, Ini siapa ya?'_ tanya Seruni pura-pura tidak mengenalnya.

_'Masa lupa sama suaraku, aku Lusi. Mana Indra?'_

_'Dia lagi nyetir, aku yang disuruh menjawab. Ada apa Mbak?'_

_'Ingin ngobrol saja sama Indra, pada mau kemana sih?'_


_'Mau ke bandara, mengantarkan Bapak sama Ibu.'_

_'Oh, mereka baru mau pulang hari ini?'_

_'Ya.'_


_'Baiklah, nanti saja aku telpon Indra, aku kangen sekali sama dia.'_

Seruni menutup pembicaraan itu tanpa basa-basi, Masa dia bilang kangen sama suamiku? Batin Seruni sambil mengulurkan kembali ponsel suaminya.

"Dari siapa?"

"Lusi."

"Mau apa dia?"

"Dia bilang ingin ngobrol, kangen katanya."

"Orang gila," umpat Indra.

"Jangan pernah menerima telponnya Ndra, dia itu wanita yang tidak tahu mau. Ibu kira setelah dia menikah kelakuannya sudah berubah."

"Sekarang dia kan janda Bu, jadi dia merasa masih gadis saja."

"Jangan, hiraukan dia." kata Bu Prastowo dengan kesal.


*****


Hari demi hari dilalui pasangan Indra dan Seruni dengan penuh bahagia. Indra sama sekali tak pernah menunjukkan rasa kecewa mengetahui istrinya tak akan bisa melahirkan anak untuknya. Ia sangat menyayangi istrinya.

Indra sedang melamun sambil duduk di depan televisi.

Dulu saat kuliah, Indra yang gagah dan ganteng selalu menjadi incaran gadis-gadis sekampusnya. Tapi tak satupun yang bisa menjatuhkan hatinya. Ia justru jatuh cinta kepada seorang gadis sederhana yang cantik dan pintar, yang hanya lulusan SMA karena Ayahnya tidak mampu menyekolahkannya lebih tinggi.

Mereka bertemu saat ada reuni teman-temannya SMA, dan ternyata Seruni adalah adik kelas dua tahun di bawahnya.

Ibunya sempat tidak menyetujui hubungan mereka, karena Seruni hanya anak seorang pensiunan guru yang hidupnya pas-pasan.

"Pak, mengapa Bapak menyetujui hubungan Indra dan Seruni? Dia itu hanya anak orang biasa, tidak sepadan dengan kita." kata Bu Prastowo waktu itu.

"Maksudmu dia bukan anak orang kaya?" kata Pak Prastowo.

"Iya Pak.. Bapaknya hanya pensiunan guru."

"Untuk apa mencari besan orang kaya? Aku sudah punya harta dan hidup berkecukupan, mengapa harus mencari besan orang kaya? Aku suka Seruni, dia cantik, dan begitu sederhana. Aku kira Indra tidak salah memilih."

Akhirnya mereka menikah, dan Indra bekerja di perusahaan cabang Ayahnya, di Solo.

"Mas, kok melamun?" tanya Seruni tiba-tiba.

"Iya, ingat jaman kita pacaran dulu."

"Ah.. kita sekarang juga masih pacaran, bukankah itu yang selalu Mas katakan?"

"Ini pacaran yang sudah legal, melakukan apa saja boleh," kata Indra sambil tersenyum nakal.

"Mas, aku ngantuk."

"Hm, jam segini ngantuk, pasti ada maunya.."

"Iih.. pasti jorok deh. Aku sambil tiduran mau ngomong sesuatu."

"Oh ya, mengapa tidak di sini saja?"

"Kan aku sambil ngantuk?"

"Oh, baiklah."

Memang baru jam sembilan malam, tapi tampaknya Seruni ingin mengatakan sesuatu. Indra menurut ketika Seruni menariknya ke dalam kamar.

"Mengatakan sesuatu sambil ngantuk? Hm, aku tahu.." goda Indra.

"Mas, aku serius.."

"Apa sih.."

"Aku ingin.."

"Tuh, ingin kan?"

"Mas, aku belum selesai bicara."

"Oh, kirain...."

"Aku ingin, Mas Indra menikah lagi."

Indra terbelalak memandang istrinya.

Bersambuny

2 comments:

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER