A SURROGATE MOTHER
Cinta Seorang Ibu Pengganti
Part 1
#repost #SewaRahim
********
"Aku bersedia mengandung anak Anda, maksudku anak Anda dan istri." Seorang wanita mengusap sudut mata yang terus basah.
Sementara seorang pria asing berkulit putih dan wanita keturunan asli Indonesia menatapnya lekat.
"Kau sudah diskusikan ini dengan orang tuamu?" tanya pria itu serius.
Gadis itu menggeleng, "Abah bisa membunuhku jika tahu. Aku katakan ... akan menjadi TKW di luar negeri. Kontrak selama dua tahun." Dia kembali menyeka pipi yang basah.
Pria asing itu hanya mengangguk, "Terserah bagaimana baiknya. Nanti kita akan bahas mekanismenya." Dia melirik ke arah sang istri yang sedari tadi diam saja.
Mereka adalah pasangan yang divonis tidak bisa memiliki keturunan paska kecelakaan mengahncurkan rahim sang istri. Karena itu, mereka berniat melakukan proses ibu pengganti, atau yang dikenal dengan istilah surrogate.
William Alvaro adalah pria berkebangsaan Inggris, dan istrinya Anna Silvia seorang wanita Indonesia. Mereka jatuh cinta dan menikah. Namun saat Anna mengandung anak pertama, sebuah kecelakaan merenggut semuanya. Rahim Anna diangkat sebagian karena tidak sempurna lagi. Dan William yang setia menolak menikah lagi.
Tentu, Anna juga enggan diduakan. Dia lebih rela berpisah daripada cinta suaminya terbagi. Hingga jalan terakhir mereka tempuh. Mencari wanita yang bersedia menjadi ibu pengganti.
Kini, lima belas tahun telah berlalu dari keputusan gila itu. Karena dalam hukum perundang-undangan di negara ini, praktek surrogate tidak dibenarkan. Apalagi dilakukan seorang gadis.
Kirana, gadis yang kini mematung di saat hujan mengenang masa lalu. Meratapi keputusan yang mengubah kehidupannya di masa kini.
"Astaghfirullah ... ampuni aku Ya Allah," gumamnya sambil merapatkan jari-jari tangannya. Bukan hanya karena dingin yang memeluk raganya, tapi juga meratapi sebuah penyesalan.
Hujan seolah enggan menghentikan siramannya pada bumi. Meski daun-daun telah basah dan jalanan susah payah menahan tekanan air hingga hampir meninggi, rintik itu terus berjatuhan dengan syahdu. Mengembalikan ingatan Kirana pada kesalahan di masa lalu.
"Permisi. Bisa numpang bertenduh?" Seorang remaja mengusap rambutnya yang basah dan memeluk helm. Berdiri di depan warung milik Kirana.
"Ya, silahkan." Kirana mengijinkan, karena bukan kali pertama warungnya jadi tempat berteduh para pengendara motor yang tidak membawa jas hujan.
Remaja belasan tahun itu tampak menatap jalanan yang basah. Lalu menoleh ke etalase makanan yang dijual Kirana.
"Kakak jual apa?" Akhirnya remaja tampan yang sedikit bule itu bertanya. Mungkin dia merasa lapar, dan harum gorengan yang dimasak Kirana membangkitkan seleranya.
"Nasi uduk dan aneka gorengan," jawab Kirana tersenyum sambil membetulkan kerudungnya. Meski sudah kepala tiga, dia masih tampak awet muda seperti gadis 25 tahun.
"Owh, apa itu?" tanya si pria bengong.
Kirana seperti merasa dejavu melihat sorot mata penasaran dari lelaki muda di hadapannya. Matanya, bahkan mirip sekali dengan pria asing yang pernah ada dalam kehidupannya cukup lama.
"William," gumam Kirana hampir tak terdengar.
Segera dia menyadarkan diri. Lalu tersenyum seramah mungkin, "makanan khas daerah. Nasi dimasak dengan santan, lalu lauk pauknya seperti ini." Kirana seperti kebingungan.
Anak muda tadi tampak bengong dan tersenyum penuh ketidakfahaman.
"Kau tidak tinggal di daerah sini? Atau baru datang ke Indonesia?" tanya Kirana penasaran.
"Aku besar disini, tepatnya sampai usia sembilan tahun. Tapi ya, sekarang baru kemari lagi." Dia tersenyum. Benar-benar membuat Kirana tertegun lagi.
'Astaghfirullah ... kenapa terus-terusan ingat Mr. William,' keluhnya dalam hati.
Remaja tadi sangat dewasa untuk usianya. Juga sangat sopan. Tampak sekali kelas ningratnya.
"Aku mau coba ya, sedikit saja. Lapar sekali. Hujannya malah makin deras." Dia mengambil goreng pisang, lalu memakannya dan kepanasan.
Kirana memberinya piring kecil, lalu menyendok nasi uduk sedikit ditambah orek tempe, bihun dan telur. Lalu ditaruh di meja di depan si remaja.
"Enak." Dia menikmati makanan yang baru pertama kali dia nikmati. Bahkan, dia minta nambah karena masih lapar.
Kirana hanya tersenyum, sudah biasa pembelinya nambah karena rasa masakan dia memang enak. Tapi tak biasanya, sore ini masih sepi pembeli. Hujan terus mengguyur deras. Menjadikan hanya ada dia dan remaja tampan yang tengah menikmati seporsi nasi uduk dan teh manis hangat.
Tak lama, beberapa pembeli langganannya mulai berdatangan. Duduk dan menikmati gorengan hangat yang terhidang.
Remaja tadi berdiri dan mendekati Kirana, "Berapa kak? Billnya?"
Semua menoleh pada remaja itu.
Kirana tersenyum dan menghitung, "Nasi uduk nambah ya, dengan orek dan telur dadar, 12 ribu. Teh manis tiga ribu, dan pisang goreng dua ribu. Jadi tujuh belas ribu."
"Apa? Murah sekali?" Si remaja memegang uang seratus ribuan tiga lembar.
"Memang segitu." Kirana tertawa kecil.
"Ya sudah, kasihkan kami saja uangmu kalau banyak," goda pembeli lain.
Anak muda itu hanya tersenyum, menyerahkan uang seratus ribuan selembar. Lalu menerima kembalian.
"Thanks. See you again," katanya ramah.
Kirana hanya mengangguk sungkan, sama seperti pada pembeli lainnya.
Entah kenapa dia benar-benar merasa anak itu mirip sekali dengan Mr. William Alvaro.
'Mungkinkah dia anak yang pernah aku impikan....???
bersambung
No comments:
Post a Comment