👩🏫 COMBLANG SYAR'I 👩🏫
PART 1
Ainun begitu khawatir.
Laki-laki dengan kuping bertindik sejak tadi tak keluar dari toko buku tempat ia bekerja.
Sudah hampir dua jam, laki-laki itu duduk dan hanya mengumpulkan buku pada satu tumpukkan.
Sore ini tinggal dua pengunjung lagi yang sejak tadi asik membaca buku, yang satu terlihat begitu rapih, pakaian koko, celana cingkrang, rambut cepak, ya tampaklah laki-laki yang paham ilmu agama, dan satunya si berandalan yang tengah duduk membelakangi Ainun, dengan kaki yang satu ia lipat dan satunya ia luruskan.
Ainun sebenarnya cukup jengkel dengan tipe pengunjung seperti ini, mereka hanya baca bebas tanpa membeli buku sedikitpun, mereka tak sadar ada karyawan yang harus digaji bosnya, dan salah satunya adalah laki-laki di lorong yang berada persis disebelah kanan Ainun.
Ainun sudah mengusulkan pada Pak Madi, bos nya yang baik hati dan tidak sombong untuk membuat aturan melarang baca buku di tempat, itu hanya membuat toko bukunya tak lebih dari perpustakaan, pendapatan tak pernah meningkat, selalu berada di garis lurus bahkan menurun.
Bos’nya hanya menjawab …
“Biarkan saja mereka membaca, Nun.
Jika mereka tak mau beli setidaknya jadi pahala buat saya.”
Bosnya lupa ia punya karyawan yang harus di bayar cukup.
Ainun memberanikan diri mendekati laki-laki yang tengah asik membaca buku.
Wanita berkacamata itu, menarik nafas semoga laki-laki ini tak seseram penampilannya.
Toko buku Islam milik pak Madi sungguh aneh sebenarnya didatangi laki-laki bertindik yang mengenakan kaos belel warna putih, dan celana jeans sobek berwarna lusuh.
“Permisi …....................,
Maaf Kakak cari buku apa ya...?”
Dia bergeming...., rambutnya bermodel pompadour.
Model rambut yang mempunyai rambut tipis bagian bawah samping dan tinggi bagian atasnya.
“Maaf, Kak ….................,
Kalo kakak tidak keberatan …”
“Eheem..........................”
Dia berdehem, memotong ucapan Ainun.
Ainun kaget, nampaknya ia tak ingin diganggu.
Ok … Sepuluh menit lagi...!
Gumam Ainun kesal, sambil kembali ke meja kasir.
Dari jauh pengunjung yang terlihat alim itu terlihat sudah selesai membaca buku yang ia pegang sejak tadi.
Bismillah ….....................,
Beli, beli, beli … ayo doonk beli.
Haaah............................!
Kecewa
Ainun laki-laki itu meletakkan kembali ke Rak.
“Terimakasih........., Mba.”
Ucapnya pamit, tanpa rasa malu.
“HUH............................!”
Ainun mulai kesal, sejak pagi tokonya belum ada pemasukkan.
Apa kabar laki-laki yang kini berada di sampingnya.
Penampilannya sudah sangat menyeramkan, dan setidaknya sudah ada lebih dari 10 buku yang ia keluarkan dari Rak, ia tak baca seluruh isinya, hanya melihat synopsis atau rangkuman lalu menumpuknya.
Tak lama ia bangkit, ia menoleh ke arah Ainun.
Bibir Ainun sudah menyungging satu ke atas., hampir mendekati hidung dan bibir kacamatanya yang besar.
Ainun terperangah, laki-laki itu melongok ke sekitar toko yang sudah sepi.
Mendadak tubuh Ainun menjadi dingin, perasaan tidak enak menghantuinya.
“Heh....., Mba.................!”
Laki-laki itu bertubuh jangkung, kedua telinganya menempel anting berwarna hitam, wajahnya tak seseram yang dia bayangkan, putih bersih dan sedikit berjenggot.
“Yah …...........................”
Mata Ainun melotot di balik kaca matanya.
“Saya cari buku petunjuk sholat, kenapa tidak ada....?”
UUUUH...........................!
Gumam Ainun geram, laki-laki itu benar-benar membuatnya kesal.
Dua jam lamanya ia duduk dan mengeluarkan semua buku dari rak, dan hanya mencari buku yang sama sekali ia tak jual.
“Nggak ada, Kak...........!”
Ketus Ainun.
“Loh … disini kan toko buku islam, masa tidak ada buku tuntunan sholat.....?!”
“Kak....., toko ini memang tidak menjual buku tuntunan cara-cara ibadah.
Kalo kakak mau, kita ada buku Kitabusolah, hanya kakak perlu belajar dari Mubaligh atau guru ngaji di pondok mini depan karena berbahasa arab, nanti dia yang akan mengajarkan langsung bagaimana tata cara sholat dengan benar sesuai hadist dan ajaran Nabi.
”Tutur Ainun pelan.
“Saya maunya yang simple dan gampang dipahami.”
“Kita ngga jual, Kak.......!”
“Huh …............................,
Saya butuh cepat, ini.....!”
Ucapnya mengeluh, seraya mengusap bagian rambut yang mohak ke atas.
Tak lama dua pengunjung wanita datang.
Laki-laki dihadapannya mendadak berubah alim, ia pura-pura membaca buku yang ia pegang.
“Memangnya kakak tidak bisa sholat...?”
Telisik Ainun, mulai terganggu dengan kelakuannya.
Laki-laki itu melotot.
“Heh, tutup mulut..........!”
Rutuknya, seraya memberikan kode jari telunjuk di tengah mulutnya .
“HEH.............................!
Orang mau beli buku itu bukan berarti ngga bisa sholat tau, saya ngga jadi beli....!”
Bisiknya kesal.
“YAH..., terus kakak mau apa...?
Dua jam disini baca buku tidak beli....!”
Teriak Ainun kesal keceplosan.
Dua pengunjung wanita mulai melirik ke arahnya dan tersenyum padanya, agaknya mereka kenal.
Sorot mata laki-laki itu semakin tajam, ia mulai terusik dengan Ainun si penjaga toko.
“Saya beli semua...........!”
Teriaknya seraya membusungkan dada kedepan.
Yes Kena.......................!
Girang Ainun, bonus besar menanti di depan.
“Semua ya Kak...............”
Senyum Ainun lepas, dua lesung pipit di wajahnya terlihat jelas.
“Iya Semua....................!”
Jawabnya jengkel.
Ainun berlari kecil menuju tumpukkan buku yang sudah ia keluarkan dari rak.
Dua wanita di belakangnya senyum-senyum sendiri memperhatikannya.
Ainun tampak kesulitan membawa buku ke depan, wanita itu berjalan terhuyung seperti ….BEBEK …
Celetuk laki-laki di hadapannya yang tersenyum sendiri melihat Ainun kesulitan membawa buku, 5 buah buku tebal dan sisanya sedang tipis.
“Semuanya jadi 685 ribu ada diskon jadi 589 ribu aja Kak....!”
“Mahal Banget..............!”
Bisiknya pelan.
“Kan Ada 10 buku, kak....!”
Ucap Ainun.
“Jangan 10, 5 aja..........!”
Bisiknya.
“pelan-pelan …” bisiknya lagi.
“Ok, yang mana...........?”
Bisik Ainun.
“Pilihkan yang paling murah.....,
Cepat...........................!”
Hiiii Dasar pelit, gumam Ainun.
“Jadi 185 ribu.”
“Ini................................!”
Ketusnya seraya memberikan pecahan seratus ribu dua lembar.
“Terimakasih, ya ….........,
Alhamdulillah......, kembaliannya kak.....!”
“Ambil saja, carikan buku yang saya mau ya....!”
Ucap laki-laki bertubuh jangkung dihadapannya, suara sedikit ia besarkan.
Senyumnya mengembang di akhir, membuat wajahnya terlihat manis.
Pelan ia membuka mata, kaca mata hitam di kantungnya ia bersihkan.
Laki-laki itu menoleh dan megerlingkan mata ke arah Ainun, lalu memakai kacamata.
Hah geli, dasar pamer....!
Rutuk Ainun melihat tingkahnya.
Laki-laki seperti dia belajar agama hanya sekedar untuk mendapat simpati manusia, bukan simpati Allah.
Laki-laki itu berlalu, motor CBR yang terparkir di depan toko ternyata miliknya.
Toko buku Al Mahdi adalah toko buku yang menjual buku-buku karangan fiksi maupun non fiksi islam.
Toko buku yang berseberangan dengan kampus UNJ Jakarta ini paling sering dikunjungi mahasiswa yang sedang lapar dan haus akan ilmu agama, kantin juga fotokopi berjejer disebelahnya, dan Ainun adalah karyawan paruh waktu yang juga mahasiswa semester 5 di kampus UNJ jurusan Pendidikan Psikologi.
Setahun sudah Ainun bekerja disana, sebelumnya ia bekerja di sebuah kafe yang tak jauh dari kampus.
Ia harus berhenti karena kafe tempat ia bekerja sepi pengunjung, bahkan gaji bulanan ia terakhir sampai sekarang belum ia terima, sudah dua kali wanita itu bekerja di tempat yang pelanggannya sepi sebelumnya lagi ia bekerja di sebuah butik, dan pengunjungnya pun sepi, dan kali ini wanita bertubuh mungil itu bekerja di toko buku milik Haji Madi, pengunjung tidak sepi namun pendapatan yang sepi.
Begitulah pak Madi, meskipun begitu bosnya tak pernah memotong gaji Ainun.
Ainun adalah mahasiswi semester 5 di Universitas Negeri Jakarta, dia adalah salah satu mahasiswa PMDK, yang lolos tanpa tes masuk.
Wanita ini pintar, wajahnya juga manis dan mungil, kaca mata besar yang ia gunakan membuat wajahnya tenggelam.
Ainun, sekujur tubuhnya rapih ia tutupi dengan pakaian gamis maupun setelan rok, hijab panjang sepaha dan kaus kaki yang tak pernah ia lewatkan.
Ainun harus bekerja keras untuk membiayai kehidupannya di Jakarta, wanita asal kampung Dukuh, Garut Jawa Barat ini adalah wanita sederhana yang bercita-cita membahagiakan orang tuanya kelak.
Mimpi yang sederhana, namun dimiliki setiap orang.
PMDK sebenarnya membuatnya risau akan keadaan orang tuanya yang harus bekerja keras untuk membiayai kuliahnya, pekerjaan mereka hanya lah seorang petani karet yang penghasilannya tak seberapa.
Kadang Ainun berdalih, biaya kuliahnya menurun atau dapat diskon agar orang tuanya tak kesulitan dalam mencari uang.
Ainun harus bekerja keras, jualan online, MLM, semua ia jalani bahkan ia tak malu menjajakan makanan buatannya di kampus.
Keripik Singkong Level Ainun, sebuah keripik yang dia design dengan gambar semut berkacamata besar.
Sebuah gambar yang persis menggambarkan diri juga hidupnya, ia hanyalah orang kecil yang memiliki pandangan besar.
.....bersambung......
No comments:
Post a Comment