Wednesday, April 1, 2020

Hati Bicara 53

SA'AT HATI BICARA  53

(Tien Kumalasari)

T A M A T

Laras masih terdiam, matanya memandangi Agus yang juga menatapnya tajam, seakan mengatakan bahwa ia serius dengan kata2nya. Laras tertunduk, terkulai dalam risau yang tak terbendung, tapi ia bingung akan mengatakan apa.

"Laras, apa kamu marah saya mengatakan itu? Tapi aku serius."

Laras tersenyum tipis, tapi memandang kearah lain.

"Baiklah, aku mohon ma'af kalau kamu tidak berkenan, aku harus tau diri donk, aku seorang duda dengan satu anak, pasti berat menerimanya bukan?"

"Bukaaan.. bukan.. bukan itu.. ," Laras memotongnya segera, karena memang bukan status duda itu yang membuatnya resah. Sungguh ia mencintai laki2 ganteng dihadapannya itu, tapi kalau anaknya tidak bisa menerima dia, bagaimana ia bisa menjalaninya? Itu bukan so'al mudah, apalagi Sasa masih kecil. Jangan sampai dia kecewa dengan pilihan ayahnya.

"Lalu apa?"

"Mas mencintai aku karena apa?"

"Karena kamu cantik, karena kamu baik, dan kamu bisa berteman dengan Sasa. Aku ingin kamu menjadi isteriku Laras, menjadi ibunya Sasa."

"Mas salah."

"Apa maksudmu ?"

"Mas tanyakan dulu pada Sasa, apa dia mau menerima aku."

"Sasa suka sama kamu, kamu berteman dengan baik."

"Baiklah, itu kan pendapat mas, sekarang begini saja, aku bersedia menerima mas, apabila Sasa yang melamarku."

"Laras ?"

"Itu permintanku mas."

"Apa kamu tidak mencintai aku?"

"Bukan itu ukurannya mas, aku cinta, mas cinta, bagaimana kalau Sasa tidak bisa menerima? Kasihan dia mas. Biarlah dia menentukan apakah aku pantas jadi ibunya atau tidak."

"Baiklah, nanti aku akan ajak Sasa kemari. Oh ya, besok Sasa boleh pulang, kamu mau ikut menjemputnya kan?"

"Tapi..."

"Laras, mengapa kamu ini, Sasa akan mengundang kamu dan Maruti, besok kerumah, untuk merayakan kepulangan Sasa."

Maruti.. disebutnya nama itu tiba2 menggoreskan lagi sedikit luka dihatinya. Maruti memang baik, dia sahabat Laras, seperti saudara, bahkan lebih karena mereka selalu dekat, tapi bersaing merebut hati Sasa? Alangkah menyedihkan. Laras sudah tau kalau Sasa akan memilih Maruti. Memang sih, Maruti itu kan cintanya sama Panji, tapi kenyataan bahwa dia lebih dipilih Sasa, sungguh melukai batinnya.

*** 

Sore itu Panji menjemput Maruti dikantornya. Setelah Maruti tidak lagi menolaknya, Panji seakan tak mau lama2 berjauhan dari Maruti. Pagi menjemputnya kerumah, sore menjemputnya ke kantor, alangkah indah hidup ini.

"Ruti, besok Agus mengundang kita," kata Panji begitu duduk didepan Maruti sambil menunggu Maruti berkemas.

"Iya, pak Agus sudah mengatakannya tadi."

"Besok siang Sasa boleh pulang, kamu mau ikut menjemputnya?"

"Nggak ah mas, kan sudah ada Laras.. nanti aku kebanyakan meninggalkan kantor, jadi nggak enak."

"Tapi sorenya kita kesana kan?"

"Ya, nggak apa2.. kan sudah selesai jam kantor. Kita jemput Laras juga ya."

"Pasti Agus sudah menjemputnya."

"Iya ya, tapi ada baiknya kita tanyakan dulu sama pak Agus, apa dia akan menjemput atau tidak. Kalau tidak kita bisa menjemputnya. Nanti mas aja yang menanyakannya. Dia sudah pulang sejak siang tadi."

"Iya, itu masalah gampang, sekarang kita pulang dan temani aku makan."

"Huh, kebiaaan deh, sudah sore begini belum makan juga, tapi itu alasan kan? Supaya bisa ngajakin aku?"

"Tuh sudah tau..." 

Dan senyum2 bahagia itu merekah, menyejukkan udara menjelang sore yang sedang panas2nya.

***

Sasa sangat gembira pulang kerumah. Laras tidak ikut menjemputnya dengan berjuta alasan. Oke lah, Tapi Agus berjanji akan menjemputnya sore nanti.

"Mengapa tante Laras nggak ikut menjemput Sasa pa?"

"Tante Laras kan kemarin bilang sakit, jadi dia nggak bisa menjemput Sasa. Tapi nanti malam pasti tante Laras kesini. Sasa suka nggak sama tante Laras?"pancing ayahnya.

"Suka, kan dia suka beliin es krim buat Sasa, dan dia juga berikan boneka Hallo Kitty buat Sasa."

Panji tertawa. Ia berharap Sasa bisa meluluhkan hati Laras.

"Apa tante Maruti akan datang juga nanti?"

"Iya lah, pasti datang, kan papa sudah mengundangnya."

"Papa, Sasa mau mama yang baik, Sasa nggak suka sama mama yang kemarin," tiba2 Sasa menggelendot dipangkuan ayahnya dan berkata manja.

"Oh ya, Sasa mau mama yang seperti apa?"

"Yang seperti tante Maruti. Sasa mau tante Maruti jadi mamanya Sasa."

Dan Agus terpana. Mengapa tiba2 Sasa ingin Maruti menjadi mamanya?

"Mengapa tante Maruti?"

"Tante Maruti itu kan cantik.. baik.. Sasa suka deh."

"Kalau... tante Laras ?" tanya Agus hati2.

Tapi Sasa menggeleng gelengkan kepalanya.

"Mengapa?"

"Sasa pokoknya mau tante Maruti," rengeknya.

Agus terkejut, jangan2 Laras bersikap seperti kemarin karena Sasa mengatakan ini. Agus kebingungan. Ia harus menjawab apa.

"Sasa, tante Laras itu juga baik. Kamu tau, lengan sebelah kanan tante Laras itu terluka, kenapa?Karena dia menyelamatkan Sasa dari maut."

"Maut itu apa?"

"Maut itu adalah... mm.. kematian.. Sasa kan hampir tertabrak mobil, nah orang kalau ditabrak mobil pasti mati. Tapi tante Laras menyelamatkan Sasa sehingga Sasa selamat, sedangkan tante Laras sendiri jadi terluka, dan harus dirawat dirumah sakit. Kasihan kan? Kalau tidak ada tante Laras, papa tidak bisa menimang Sasa seperti ini," kata Agus sambil mengangkat Sasa dan didudukkannya dipangkuannya. Sasa terdiam, dia tampak memikirkan kata2 ayahnya.

"Kalau tidak ada tante Laras, Sasa mati ya pa? Apa mati itu sakit?"

ergidik bulu kudu Agus mendengar kata2 Sasa. Sasa mati? Ya Tuhan, Agus tak kuasa membayangkannya.

"Sudahlah Sasa, jangan ngomongin itu lagi, sekarang kita bersiap siap untuk pesta nanti malam yuk."

Sasa merosot turun dari pangkuan ayahnya, berlari kebelakang dan ikut memilih milih balon yang ditata asri diruangan depan.

***

Malam itu Laras datang karena Panji dan Maruti menjemputnya. Agus urung melakukannya karena Maruti akhirnya meminta untuk menjemputnya. Takut Agus kerepotan karena pasti sibuk menyiapkan acara malam harinya.

Kedatangan mereka disambut Sasa yang lebih dulu memeluk Maruti. Maruti menciuminya dengan gemas.

"Sasa, tante senang kamu sudah sembuh, jangan sakit lagi ya?"

Sasa mengangguk angguk.

Laras memalingkan mukanya. Tapi ia terkejut ketika tiba2 Laras merangkulnya.

"Tante Laras," teriaknya riang.

"Sasa..." hanya itu yang diucapkan Laras, kemudian dia mengangkat Laras dan digendongnya. Ia tak tau bagaimana Agus menatap adegan itu dengan penuh harap.

"Mengapa tante nggak mau jemput Sasa tadi, kan tante sudah janji."

"Oh..eh.. itu... mm.. kemarin kepala tante pusing, jadi...nggak bisa jemput tadi."

"Sekarang sudah sembuh?"

"Sudah sayang..," jawab Laras senang karena ternyata Sasa mengharapkannya datangi.

"Luka dilengan tante belum sembuh kan?" Sasa memegangi lengan Laras, dan Laras meringis menahan sakit.

"Auuw.."

"Sakit ya?"

Laras mengangguk.

"Sedikit.."

"Tante, maukah tante jadi mamanya Sasa?" teriakan Sasa ini didengar semua orang, yang kemudian disambut tepuk tangan oleh Agus, Panji dan Maruti.

"Jawab Laras.. jawab," teriak Panji...

Laras terharu, diciumnya Sasa dengan linangan air mata. Agus mendekat dan merangkul mereka berdua, dalam satu pelukan.

***

Sebulan setelahnya persidangan Santi berlangsung. Bu Tarjo yang sudah tau semuanya berkeras ikut menghadiri setiap persidangan.

Santi bersikeras bahwa Dita lah penyebabnya. Tapi Dita juga berkeras bahwa Santi membujuknya.

Sangat terkuras emosi Dita. Apapun yang diketahuinya telah dikatankannya. Panji pun maju menjadi saksi. Bahwa Santi mengejar kejarnya, lalu ingin memisahkannya dari Maruti..

"Dita itu korban, dia dijadikan alat oleh terdakwa untuk memisahkan saudara Panji dan saudari Maruti dengan akal2an melalui kepintarannya sebagai dokter."kata pengacara Dita.

 Santi tak berkutik. Ia duduk tegak dikursi terdakwa, 

Dan dihari dijatuhkannya vonis itu, Santi terkulai dikursi terdakwa. Matanya menatap kosong, dan seperti tak mendengar vonis hakim. Ketika palu diketukkan tiga kali, Santi tersungkur, pingsan dikursinya.

Ada derai tangis karena duka, atas buah dari pohon yang ditanamnya.  Ada bahagia oleh suara2 hati yang bersih dari noda. Saling berbicara dalam lisan penuh suka cita.

Namun ada suara lirih terucap dari bibir Dita : "Kasihan dokter Santi"

UNTUK APAKAH MEMPEREBUTKAN CINTA KALAU HATI TAK SALING MEMILIKI?

 T A M A T

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER