Tuesday, August 11, 2020

Cinta Ayudia 32

Cinta Ayudia 32
A story by Wati Darma
Part 32

Bu Riana tampak menepuk-nepuk pelan punggung Della, yang kembali menguap untuk ke sekian kalinya. Tamu-tamu undangan sudah pamit pulang, tapi Alden, Ayu, Rangga, dan Rania tidak terlihat batang hidungnya.
“Oma, Della ngantuk.” 
Della menguap sambil menyandarkan kepalanya di bahu mamanya Alden.
“Iya, Sayang. Tunggu Bunda dulu, ya? Tadi bilangnya ke toilet sebentar, kok.”
“Kita tunggu di luar aja yuk, Oma, biar langsung pulang!” ajak Della.
“Baiklah, kita ke lobi saja kalau begitu.”
“Hmm ....”
Della dan bu Riana pun beranjak dari tempat duduk mereka, berjalan keluar menuju lobi tempat akses keluar masuk satu-satunya hotel tersebut. Bu Riana menggandeng lengan kecil Della yang berjalan pelan, karena dilanda kantuk.
“Della mau pulang ke rumah Ayah, Oma,” ucap Della.
“Sudah bilang sama Bunda?” tanya bu Riana.
Gadis kecil itupun mengangguk lemah. 
“Bunda ngijinin kok, karena Ayah minggu depan berangkat kerja lagi ke Kalimantan. Della pengen bobok sama Ayah, dan main sama Ayah,” jawab Della.
Bu Riana mengelus rambut panjang Della dengan sayang. 
Hatinya terenyuh, melihat anak sekecil itu dipaksa dewasa untuk menerima perpisahan orangtua mereka.
“Della anak yang pintar dan baik. Oma bangga sama Della. Tidak bersedih dengan keadaan Ayah dan Bunda yang sudah berpisah.”
“Kalo Della sedih, Bunda dan Ayah akan lebih sedih lagi, Oma,” gumam Della. 
“Della harus sembunyi-sembunyi kalau mau menangis, yang penting Bunda sekarang tidak pernah nangis lagi, Ayah juga semakin sayang sama Della.”
Bu Riana menarik tubuh kecil itu ke dalam pelukannya.
“Ayah bilang, boleh sedih tapi cuma sebentar aja, karena semuanya nanti akan baik-baik saja. Ayah juga bilang, nanti Della akan punya Daddy yang akan jaga Della dan Bunda saat Ayah tidak ada. Juga akan punya Oma, Aunty Alicia, uncle Matthew dan Baby K yang sayang dan temani Della,” tambah gadis kecil itu.
Bu Riana pun tak dapat menahan rasa harunya. 
“Ayah Della benar, kamu tidak boleh bersedih lama-lama. Karena, akan ada banyak orang yang siap menemani dan menjaga Della juga Bunda saat Ayah jauh di sana,” 
Ucap bu Riana, sambil mengecup puncak kepala calon cucunya dengan sayang.
“Iya, Della senang punya Oma yang cantik dan baik seperti Oma Riana,” 
Ucap Della sambil tersenyum.
“Oma juga senang karena punya cucu paling cantik, pintar dan baik hati seperti Della. Oma nggak sabar bawa pulang kamu ke rumah,” 
Ucap bu Riana, sambil mencubit gemas pipi tembam putrinya Ayu.
Della pun tersenyum menampakan gigi putihnya yang berderet rapih, perhatiannya teralih saat melihat sosok yang dia kenal berjalan tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Itu temanku Ben, Oma.” 
Della pun memanggil Ben, Riana menoleh ke arah yang ditunjuk.
Riana melihat seorang anak laki-laki sebaya Della yang cukup tampan, berlari menuju Della dan dirinya berada. 
Mata bu Riana terpaku pada sepasang manusia yang turut berjalan di belakang Ben. Kyle—sahabat Alden—dan Reihana, mantan calon isteri putranya alias mantan calon menantunya.
“Della, sedang apa di sini? Kamu cantik sekali,” 
Ben tersenyum, terpesona melihat Della yang tampak anggun dengan gaun ala princess nya.
“Bundaku ulang tahun. Daddy juga tadi melamar Bunda. Mereka akan segera menikah”   
Jawab Della dengan wajah tak kalah riang.
“Benarkah?” 
Tanya Ben dengan antusias.
“Benar! Oh, iya, kenalkan ini oma-ku, Oma Riana. Maminya Daddy aku. Aku juga nanti punya Aunty dan uncle baru, juga sepupu baru,” 
Jelas Della dengan mata berbinar.
Ben lalu mengulurkan tangannya hendak berkenalan dengan oma-nya Della, bu Riana mengangkat tangannya ragu. 
Dia menatap anak laki-laki sebaya Della, yang wajahnya tampan dengan lesung pipi persis seperti milik Alden, putranya.
“Perkenalkan nama saya Ben Alexander, Oma. Saya teman sekolah Della. Ini Mommy saya juga Papa,” 
Ucap Ben sopan, sambil memperkenalkan dirinya juga orang tuanya.
Kyle dan Reihana tampak kikuk dengan wanita paruh baya yang berdiri di depan mereka, Mami-nya Alden, orang yang mereka sangat kenal.
“Apa kabar, Tante?” 
Sapa Kyle, sambil mengulurkan tangannya kepada wanita yang dia hormati sedari dulu.
“Baik, Kyle,” jawab bu Riana pelan. 
Detak jantungnya bergemuruh, melihat dua anak manusia yang tidak pernah dia temui sejak delapan tahun lalu itu. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya.
“Tante, apa kabar?” 
Kali ini Reihana yang maju, dan menyalami wanita yang hampir menjadi mertuanya itu.
“Seperti yang kamu lihat,” 
Jawab bu Riana datar, tapi hatinya penuh dengan pertanyaan melihat kondisi Reihana yang kini berada di kursi roda.
Reihana hanya tersenyum tipis, melihat wajah datar bu Riana terhadap dirinya. 
Namun, dia tidak dapat berbuat apa-apa.
“Jadi beneran Bunda dan Daddy kamu akan menikah, ya?” tanya Ben lagi.
“Iya betul, tadi Daddy melamar Bunda. Nyanyi gitu Ben, romantis banget, loh,” 
Ucap Della riang.
Riana memperhatikan raut wajah Reihana juga Kyle, yang langsung berubah saat mendengar perkataan Della.
“Insya Allah, katanya bulan depan menikah. Oma, Ben boleh diundang juga, ‘kan?” 
Tanya Della pada bu Riana.
“Eh .., kita tanya Bunda juga Daddy dulu ya, Sayang,” jawab bu Riana. 
Dia tidak ingin gegabah menjawab pertanyaan Della. Tidak ingin putranya marah, jika dia mengundang Reihana tanpa persetujuan anaknya itu. 
Walaupun tentu saja, dia akan mengundang orang tua wanita itu, yang merupakan sahabat mendiang sang suami. Namun untuk Reihana sendiri, dia memilih untuk mengembalikan pilihan itu kepada putranya.
“Oh gitu, eh itu Daddy sama Bunda. Daddyy!” 
Della berlari pelan ke arah Ayu juga Alden, dengan sigap pria itu menangkap tubuh mungil Della dan mengendongnya.
“Daddy sama Bunda lama banget, sih. Toiletnya di Hongkong ya, Dad?” 
Gerutu Della, sambil mencebikkan bibirnya.
Alden tertawa tergelak, seketika kegugupan dan kekesalannya hilang karena tingkah menggemaskan gadis kecil yang akan menjadi putrinya itu. Ia pun mencium kedua pipi Della dengan gemas.
“Maaf, ya. Tadi Daddy dan Bunda ketemu sama orang yang kita kenal, jadi mengobrol sebentar,” ucap Alden berbohong. 
Tentu saja ia tidak akan memberitahu, bahwa ayah dari gadis kecilnya itu tengah berduel dengan lelaki brengsek.
“Dimaafkan,” 
Ucap Della, sambil membalas ciuman Alden pada lesung pipi pria itu.
Interaksi mereka berdua membuat orang yang melihatnya iri, sungguh seperti ayah dan anak kandungnya. 
Reihana menahan sedih yang mengiris hati, melihat interaksi Alden dan Della.
“Akankah ia memperlakukan anaknya juga seperti itu?” 
Tanyanya dalam hati.
Kyle yang memahami kesedihan dan kegundahan Reihana, segera menggenggam erat tangannya dan mencoba menguatkan wanita di sampingnya itu. 
Dan semua itu tak lepas dari pengamatan bu Riana.
Alden dan Ayu kini berada di hadapan Kyle, Reihana, juga Ben. 
Ayu dengan sopan menyapa mereka bertiga, tapi tidak dengan Alden. Pria itu masih tampak asyik menggendong dan menggoda Della, mengacuhkan keberadaan Reihana juga Kyle.
“Daddy, bolehkah Ben datang ke pernikahan Daddy sama Bunda?” 
Tanya Della tiba-tiba, dengan raut wajah penuh tanya dan harap.
“Della mau mengundang Ben?” tanya Alden.
“Tentu saja! Daddy sama Bunda pasti mengundang teman-temannya. Della juga mau mengundang teman, Ben saja kok,” 
Bujuk Della dengan wajah penuh harap.
Ayu berdebar-debar menunggu jawaban Alden. 
Ia tahu seberapa dalamnya luka yang pernah ditorehkan oleh seorang Reihana, dan mengundang wanita itu ke pernikahannya hanya akan menjadi ajang balas dendam yang tidak perlu menurutnya.
“Boleh minta cium dulu sebelum jawab pertanyaannya?” goda Alden.
Tanpa babibu, Della mengecup seluruh wajah Alden. 
Dahi, alis mata, pipi, dagu, dan bibirnya tak luput dari kecupan manis Della, dan hal itu dilakukannya berulangkali sampai Alden tertawa karena menahan geli.
“Woooww, cukup, Sayang. Daddy kabulkan permintaan Della, Ben boleh datang ke pernikahan Daddy sama Bunda,” 
Ucap Alden sambil terkekeh geli.
“Yeyyyyy!” pekik Della senang. 
Dia turun dari gendongan Alden, dan meloncat-loncat riang bersama dengan Ben.
“Selamat atas pernikahannya Ayu,” 
Ucap Kyle dengan senyum tipisnya.
“Eh, iya. Terima kasih,” 
Balas Ayu canggung.
“Kami akan segera mengirimkan undangannya ke alamat rumah Anda,” 
Ucap Alden sambil mendekati Ayu dan melingkarkan lengannya di pinggang ramping calon istrinya, menunjukkan kemesraan dan kedekatan mereka.
“Dengan senang hati kami akan datang,” 
Ucap Kyle sambil tersenyum, tangannya tidak terlepas menggenggam erat tangan Reihana yang sedari tadi hanya menunduk diam.
🍀🍀🍀
Mata Ayu masih menerawang menatap langit-langit kamarnya. 
Jam sudah menunjukan dini hari, tapi matanya enggan terpejam sama sekali. 
Banyak kejutan yang terjadi pada dirinya hanya dalam satu malam.
Pesta kejutan.
Lamaran Alden di depan mantan suaminya.
Perkelahian Dika juga Rangga.
Sikap Rangga yang aneh, sesaat setelah dirinya terjatuh.
Belum lagi pertemuan dirinya dan Alden dengan Reihana juga Kyle.
Jika dilihat dari sikap dingin Alden saat bertemu mereka, Ayu yakin bahwa calon suaminya itu memang jelas menyimpan kebencian terhadap dua orang tersebut. 
Namun hati orang siapa yang tahu, dan yang ia inginkan adalah Alden dan Reihana bisa berdamai dengan masa lalu mereka seperti dirinya dan Rangga. 
Sehingga, masa lalu tidak lagi mengganggu masa depan yang Ayu dan Alden siap rajut.
Ayu tak mampu berpikir jernih dengan semua kepenatan yang memenuhi kepalanya. 
Ia bingung harus menyelesaikan dari mana kerumitan ini. 
Apalagi saat ini, Della lebih memilih tinggal dengan Rangga sampai mantan suaminya itu kembali ke tanah Borneo. Tak ada yang ia bisa peluk dan juga mengurangi kerisauan hatinya saat ini.
Ayu tersentak dari lamunan. 
Ponselnya berdering di saat jam di kamarnya menunjukkan pukul satu dini hari. 
Apalagi saat melihat nama putrinya muncul di layar ponsel.
“Hallo, Sayang. Ada apa?” 
Ucap Ayu, sesaat setelah menekan tombol terima di ponselnya.
“Bundaa ....” 
Terdengar suara isakan tangis dari seberang sana, 
“Bunda cepat kemari. Ayah sakit! Tolong Ayah, Bunda.”
“Iya, Sayang. Bunda Rania ke mana?”
“Bunda lagi pergi ke apotik cari obatnya Ayah.”
“Oke, Sayang, tunggu ya. Temenin Ayah dulu, bentar lagi Bunda nyampe ke sana.”
Ayu segera mengambil sweater, tas juga dompetnya, dan segera keluar dari kamar. 
Ia bertemu dengan Yogi yang berjalan dari arah dapur.
“Ayu, kamu mau ke mana tengah malam begini?” tanya Yogi
“Della nelpon aku, kayaknya ada sesuatu yang terjadi. Dia nangis-nangis, Mas.”
“Kamu mau ke sana sekarang? Naik apa?”
“Naik motor biar cepet, Mas.”
“Tunggu, biar aku yang antar. Aku nggak mau kamu pergi tengah malam gini sendirian. Kalau terjadi sesuatu nanti gimana?” sahut Yogi.
“Ya, udah cepetan!” desak Ayu.
Yogi lalu bergegas masuk ke kamarnya. Ia membangunkan Jessi untuk berpamitan, lalu pergi bersama Ayu menuju apartemen Rania. 
Semenjak tiga tahun lalu, Ayu tahu bahwa Rangga tidak pernah pulang kembali ke rumah orang tuanya. Ia lebih senang tinggal di apartemen kakaknya yang kosong, jika sedang berada di Jakarta.

Bersambung

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER