Tuesday, August 11, 2020

Cinta Ayudia 31

Cinta Ayudia 31
A story by Wati Darma
Part 31

Lampu seketika meredup, saat panggung itu berubah menjadi background  layar slide show. 
Di sana, tersaji gambar demi gambar juga video yang merekam wajah cantik Ayu, senyumannya dan interaksi bersama putrinya, Aradella.
Ayu terpana melihat tampilan slide show itu. 
Ia keheranan melihat gambar dirinya yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Yang tentu saja itu ulahnya Alden dan Yogi. 
Belum hilang takjubnya, suara denting piano pun terdengar mengalun indah mengiringi kilasan slide show tersebut.
Di sana Alden berdiri di pinggir stage, di sebelah pianis yang memamerkan keahliannya.
Bidadari tak bersayap datang padaku ..
Dikirim Tuhan dalam wujud wajah kamu ..
Ayu tersenyum kecil melihat gaya Alden yang bernyanyi dengan malu-malu. 
Ini pertama kalinya ia mendengar suara bassnya melantunkan sebuah lagu, tidak buruk tapi sikap gugupnya kentara sekali. 
Ayu memandangi kembali pria di itu, Alden. 
Ia baru tersadar bahwa pria itu malam ini terlihat sangat tampan, senyum yang disertai lesung pipi itu terlihat sejak pesta ini dimulai. 
Ia merasa kagum pada Alden yang mau melakukan semua ini untuk dirinya.
Mata Alden tak pernah lepas menatap ke arah Ayu, yang tengah duduk manis di kursi, sambil tersenyum menyaksikan penampilannya. 
Alden melangkah pelan menuruni tangga, sambil terus menyanyikan bait-bait lagunya. 
Di bawah tangga Della menantinya dan mereka berjalan bersama bergandengan tangan, menuju di mana Ayu berada.
πŸ€πŸ€πŸ€
Tuhan ku sayang sekali wanita ini
Sampai habis nyawaku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Saat tiba di bait lagu terakhir, Alden menurunkan satu kakinya untuk menjadi tumpuan tubuhnya. Dia pun berlutut di depan Ayu.
Katakan yes, I do,
Jadi teman hidupku
πŸ€πŸ€πŸ€
Tepuk tangan tamu pun bergemuruh melihat Alden melamar Ayu. 
Della berdiri di samping Alden sambil membukakan kotak beludru kecil, yang didalamnya terdapat cincin berlian sederhana yang berpendar indah tertimpa cahaya lampu.
Ayu merasa tersanjung, melihat seorang pengusaha muda terkenal yang tampan kini berlutut di hadapan, meminta dirinya untuk menjadi istrinya, menjadi teman hidupnya. 
Pria yang begitu sabar menemani dirinya tiga tahun belakangan ini, yang telah mencuri hati putrinya juga pria yang membuatnya merasa berharga menjadi seorang wanita. 
Diperjuangkan dan dicintai sedemikian rupa. 
Apalagi yang menjadi halangan? Tidak ada sebenarnya.
“Te- ri – ma ... te-ri-ma.”
Suara-suara di sekeliling mereka terdengar meriah, bertepuk tangan sambil meneriakan kata yang begitu ingin didengar oleh mereka saat itu juga. 
Ayu tersenyum gugup. 
Ia melihat ke sekelilingnya. 
Matanya berhenti pada Rangga yang ikut bertepuk tangan sambil tersenyum, pria itu tersenyum semakin lebar seraya menganggukkan kepalanya. 
Seolah memberi ijin mantan istrinya itu, untuk menikah kembali dengan pria yang tengah melamarnya.
Ayu kembali menatap pria di hadapannya yang kini tengah melamar dirinya untuk kesekian kalinya. 
Padahal ia sudah jelas menerima lamarannya dulu saat mereka berlibur bersama. 
Entah kenapa ia kembali melamarnya, melakukannya dengan cara yang lebih romantis di depan teman-temannya, keluarganya juga mantan suaminya.
Wanita itu menyingkirkan sementara pemikirannya, dan kembali fokus pada pertanyaan Alden yang kembali dilontarkan dari bibir tipisnya.
“Marry me... Please,” 
Ucap Alden dengan wajah yang sengaja dia ubah seperti puppy face, yang membuat Della terkikik geli melihat tingkah Daddy-nya.
“Yes, I do.”
Jawaban itu akhirnya meluncur pasti dari bibir Ayu, menjadi penanda bahwa semua kisah cintanya dengan Rangga telah berakhir di sini.
Alden dan Della bersorak gembira, dan berpelukan bersama Ayu.
Saat seorang pria berniat serius untuk menjadikan seorang wanita jadi ratu dalam hidupnya, melengkapi separuh jiwanya, menggenapkan tulang rusuknya, sementara tidak ada alasan untuk menolaknya, maka apalagi yang harus diragukan.
Ayu percaya bahwa rasa itu akan tumbuh seiring waktu, dan ia akan berusaha untuk itu. 
Seperti janjinya kepada orang tuanya dan Alden, untuk membuka kembali hatinya untuk cinta yang lain.
πŸ€πŸ€πŸ€
“Sebulan lagi?” 
Seru Ayu dengan suara agak meninggi, membuat beberapa tamu yang sedang menikmati makan malam menoleh semua ke arah kedua keluarga yang tengah membicarakan waktu pernikahan Ayu dan Alden.
“Ayu, pernikahan kalian harus dilaksanakan secepatnya, jangan ditunda-tunda lagi. Mami tau loh kamu sering menjadi bahan bully dan gunjingan temen-temen sekantor, karena kedekatanmu dengan Alden. Mami peduli sama kamu, Ayu” ucap bu Riana
“Iya, bukankah niat baik itu memang harus disegerakan? Tidak baik lama-lama melajang, jika sudah ada yang telah serius melamar kamu. Toh kuliah kamu sekarang juga tinggal skripsi sama sidang aja kan?” Dukung Yogi.
“Maafkan aku ya, Sayang. Aku sudah sampaikan rencana kita sebelumnya, tapi Mami ternyata punya pemikiran sendiri,” 
Kata Alden sambil menggengam tangan Ayu, tatapan mata memohon yang membuat wanita itu tidak berkutik.
“Ini semua demi kehormatan kamu juga keluarga kita, Ayu. Mami tak rela menantu Mami diomongin terus yang nggak-nggak sama mereka hanya karena status janda, padahal mereka nggak tau kalau kamu tuh sebenarnya masih ting-ting,” ucap bu Riana gemas.
“Mami ...,” tegur Alden.
Untungnya saja tempat mereka berbicara cukup jauh dari tamu yang lainnya, sehingga tidak terdengar oleh yang lain. 
Jessi dan Yogi tentu saja tahu mengenai hal itu, dan mereka cukup terkejut bu Riana dan Alden mengetahui hal itu juga.
“Ya, kamu tahu sendirikan, selama ini image janda di masyarakat itu gimana. Padahal siapa sih yang mau jadi janda? Semua orang pasti pengen nikah sekali untuk seumur hidupnya. Kita nggak bisa men-judge seenaknya, apalagi pas Mami tau Ayu masih virgin. Rasanya Mami pengen neriakin ke orang-orang yang bilang Ayu itu janda gatel, bahwa calon mantu Mami wanita baik-baik dan masih ting-ting,” jelas bu Riana.
Bu Riana tentu saja penasaran mengapa calon mantunya itu masih perawan sampai sekarang. 
Dia pun sedari tadi melirik ke arah Rangga mencoba mencari jawabannya. Namun yang terlihat, Rangga sepertinya pria yang baik. 
Pria itu mampu menempatkan dirinya dengan baik di acara ini, tidak ada raut wajah marah ataupun cemburu. Dia terlihat sangat menyayangi Della sama seperti Ayu.
Mungkinkah Della anak pria itu dengan wanita lain? Selingkuh?
Ah, sudahlah. Riana tidak mau ambil pusing, yang penting Ayu adalah wanita yang bisa menyembuhkan luka putranya, mengembalikan kepercayaan dirinya sampai bersedia berkomitmen lagi dengan seorang wanita, setelah pernikahan terdahulu kandas sebelum acaranya digelar.
“Tapi nggak bisa juga begitu Mi, itu sama aja membuka lagi luka lama Ayu. Malah bisa mempermalukan Ayu dan juga mantan keluarga besannya. Biarkan saja mereka mau bergunjing apa, toh apa yang mereka gunjingkan itu semuanya tidak benar. Cukup Mami percaya dan restui Al dan Ayu, itu sudah cukup bagi kami, Mami,” ucap Alden.
Hati Ayu menghangat mendengar pembelaan bu Riana dan Alden terhadap dirinya. 
Mereka tidak pernah mencoba mengorek masalah pernikahannya dahulu. Walaupun ia tahu calon mertuanya pasti memiliki keingintahuan yang besar. 
Ia hanya bilang bahwa pernikahan mereka dulu karena terpaksa, itu saja. Ia tidak mau mengumbar aib dan membuka lagi luka itu.
“Iya, Mami ngerti, Nak. Mami akan coba belajar menahan emosi lagi di depan mereka. Untuk urusan pernikahan serahkan saja sama Mami,”  kata bu Riana.
“Ehm, nanti saya bantu untuk persiapan pernikahannya boleh ‘kan, Tante?” tanya Jessi.
“Tentu saja, nanti kita berdua yang akan mengurus pernak-pernik pernikahannya. Biar Ayu fokus ke skripsi dan pekerjaannya saja,” ucap bu Riana.
Ayu tidak dapat menolak lagi. 
Ia menganggukkan kepala menyetujui rencana calon mertuanya itu. 
Ia hanya tidak menyangka, bahwa tiga puluh hari lagi dirinya akan kembali menikah dan menjadi seorang istri Alden Richardson, hal yang masih terasa seperti mimpi bagi dirinya.
Tidak kusangka inilah saatnya.
“Permisi, saya ke toilet sebentar,” pamit Ayu.
“Apa perlu kuantar?” tanya Alden pelan.
“Nggak perlu Al. Sebentar aja, kok.”
πŸ€πŸ€πŸ€
Ayu telah selesai mengeluarkan isi kandung kemihnya yang terasa penuh sejak tadi, mencuci tangan dan sedikit merapikan riasannya. 
Ia pun berjalan keluar dari toilet. 
Belum habis ia berjalan keluar dari lorong itu, langkahnya terhenti saat mendengar suara percakapan laki-laki yang dikenalnya. Rangga dan Dika
“Dan kalo gue liat dari umur anak perempuan elo berdua, gue pastiin kalo kalian ngelakuin itu semenjak kalian masih sekolah. Gue nggak nyangka, di balik alasan elo ngelarang gue dan temen cowok lainnya untuk ngejauhin Ayu ternyata bukan karena elo nganggap gue takut mempermainkan Ayu, tapi karena elo pengen nikmatin dia buat elo sendiri. Elo nidurin sahabat elo sendiri. And who's the jerk is?” ucap Dika sinis.
Rangga merangsek ke hadapan Dika dan mencengkeram erat kerah kemeja Dika.
“Jaga mulut elo! Elo nggak tau apa-apa tentang gue sama Ayu. Tarik semua ucapan lo,” geram Rangga.
“Apa yang nggak gue tahu tentang kalian? Kalian berdua sama-sama orang munafik. Bersembunyi di balik topeng persahabatan, tapi perbuatan kalian nista. Bahkan elo selingkuh juga di belakang Ayu sama si Dessi. Kalo udah bosen sama dia harusnya elo bilang sama gue! Gue dari dulu suka sama Ayu, gue rela walaupun dapet bekas elo!” 
Ucap Dika lagi, yang sukses memancing emosi Rangga.
Tak pelak bogeman Rangga bersarang di wajah tampan Dika, dan membuatnya jatuh terhuyung ke belakang.
“Jangan berani-berani hina Ayu dengan mulut elo! Dia ibu dari anak gue. Wanita paling baik yang gue kenal, elo bakal menyesal udah hina dia!” 
Teriak Rangga, yang masih berdiri kokoh menantang Dika.
“Bullshit! Kalau dia wanita baik-baik nggak mungkin dia ninggalin elo, dan kegatelan menggoda bosnya yang kaya raya dan lebih segala-galanya dari lo!” seru Dika.
Plakk.
Kini sebuah tamparan kembali mengenai wajah Dika, tapi kali ini datang dari Ayu yang sudah tidak bisa menahan emosinya mendengar perkataan pria itu. 
Seenaknya menghakimi dirinya dan Rangga, tanpa mengetahui kenyataan sebenarnya.
“Cukup. Orang brengsek kayak lo nggak usah ngomong sok bener! Beresin kelakuan diri sendiri, nggak usah ngurusin hidup gue sama Angga! Semua yang elo bilang salah besar!” seru Ayu.
“Eh ada Ayu, gue mau dong sehariii aja ngehabisin waktu sama lo. Dari dulu gue penasaran banget nggak bisa deket sama elo, selalu ada laki-laki sok baik, sok pahlawan yang jagain elo, dan ternyata laki-laki itu lebih brengsek dari gue. Mau ya? Sehari kencan sama gue, selagi janur kuning belum melengkung gue bakal dapetin elo apa pun caranya,” ucap Dika sinis.
Bugh ... Bugh ...
Rangga sudah tidak tahan mendengar perkataan Dika, yang sudah berani melecehkan Ayu di depan matanya.
“Gue udah bilang jaga mulut lo! Gue habisin lo,” teriak Rangga. 
Pria itu bak orang kesetanan terus memukuli Dika sekuat tenaga, perkelahian tak terelakkan antara mereka berdua.
“Mas, berhenti. Cukup, Mas!” pekik Ayu. 
Ia mencoba meraih lengan Rangga dan menahannya untuk memukuli Dika. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Rangga, karena terus memukuli Dika yang sudah kepayahan, laki-laki itu bisa mati ditangannya.
Keributan itu mengundang orang-orang untuk menghampiri mereka, dan mencoba melerai perkelahian tersebut. Di sana Alden, Rania, dan Jessi terkejut melihat baku hantam antara Rangga dan Dika.
“Mas, hentikan. Dia bisa mati kalau kamu pukuli terus seperti itu,” 
Ucap Ayu sambil terisak menahan tangisnya. Ia tak rela Rangga terkena masalah karena dirinya.
Aarghh!
Ayu terpelanting jatuh, saat mencoba menarik tangan Rangga yang hendak kembali memukul Dika. Tubuhnya membentur tembok walaupun tidak keras, tapi cukup membuat ngilu punggungnya.
“Ayu!!” 
Pekik Alden dan Jessi bersamaan. Mereka berlari menghampiri Ayu.
Rangga terdiam saat melihat Ayu jatuh di hadapan karena perbuatannya. 
Dia menatap kedua tangannya yang tak sengaja mendorong wanita itu. 
Otaknya berputar kembali ke kejadian malam itu, tiga tahun lalu, saat dirinya untuk pertama kali bertindak kasar pada Ayu yang masih istrinya, dan menyebabkan mereka berdua trauma.
Ya, pria itupun pun trauma akan kejadian itu.
Rangga masih berdiri kaku di tempatnya, sambil melihat kedua tangannya yang lagi-lagi melukai Ayu walaupun itu tidak disengaja. 
Dunianya terhenti, aliran darahnya memanas, napasnya terasa cepat dan memburu, tak sanggup meraup dengan tenang udara di sekelilingnya. 
Dirinya merasa amat sangat buruk, karena melakukan hal itu lagi terhadap wanita yang dicintainya. 
Bibirnya menggumam tidak jelas, dia seperti kehilangan orientasi sekitarnya dan larut dalam pemikirannya sendiri. Rania menangkup wajah adiknya dengan sayang, berusaha menarik kembali adiknya ke alam sadarnya.
“Rangga, look at me. Its me, Rania! Lihat Kakak, kembalilah. Jangan seperti ini lagi,” 
Ucap Rania terisak, sambil menepuk pipi Rangga berusaha menyadarkan kembali adiknya tersebut.
“Dia terluka lagi karena aku,” lirih Rangga.
“No, you not. Itu ketidaksengajaan, Ga. Ayu tidak mau kamu sampai membunuh laki-laki itu,” bela Rania.
“Tapi dia kesakitan Kak,” 
Ucap Rangga, sambil menoleh ke arah Ayu yang tengah berusaha berdiri dibantu Alden. Matanya terasa panas, melihat Ayu yang meringis memegangi pinggangnya.
“Ikut, Kakak!”
Rania menarik Rangga ke toilet, berusaha untuk menenangkan adiknya yang kembali larut dalam rasa bersalah yang berlebihan, menghindari hal lebih buruk terjadi. 
Gangguan yang diidap Rangga semenjak adiknya itu berpisah dengan Ayu, hanya dirinya yang mengetahuinya. 
Dia merasa bertanggung jawab untuk menjaga adiknya kembali normal seperti dulu. Karena secara tidak langsung, dia juga ikut andil atas apa yang terjadi pada Rangga.
Sementara itu, Dika sudah dibawa oleh pihak keamanan dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Alden menyuruh orang-orangnya untuk mengatasi keributan itu, agar tidak terendus oleh media.
“Untuk apa kamu mengundang dia ke acara ini? Aku kira malam ini hanya sekedar malam biasa. Lihatlah apa yang terjadi,” gerutu Ayu pada Alden.
“Aku hanya ingin mengundang teman-temanmu untuk ikut merayakan kebahagiaan kita,” bela Alden.
“Bukannya kamu tidak menyukai Dika sejak awal? Kamu yang menyuruh aku untuk menjauhinya? Lalu kenapa kamu ajak dia ke pesta ini? Dia mengacaukan semuanya, dia menghina dan menyakiti hati aku juga Rangga,” geram Ayu.
“Jujur sama aku, Al, apa tujuan kamu sebenarnya melakukan semua ini? Aku menghargai semua usahamu untuk memberikan kejutan indah ini untukku, tapi tidak perlu juga mengundang laki-laki yang pernah ada di masa lalu aku, apalagi jelas-jelas kamu tidak menyukai mereka,” tanya Ayu lagi.
“Baiklah, aku hanya ingin menunjukkan pada mereka bahwa kamu saat ini sudah resmi terikat menjadi milikku. Dan mereka tidak boleh lagi berharap atau berusaha untuk merebut apa yang telah menjadi milikku.”
“Aku kecewa sama kamu, Al. Kamu nggak percaya sama sekali denganku. Detik di mana aku siap berkomitmen denganmu, detik itu juga aku menutup semua akses pria-pria yang ingin mendekatiku. Kamu nggak perlu lakukan itu, cukup percaya sama aku.”
“Aku cuma tidak ingin kembali kehilangan calon pengantinku, direbut oleh orang lain.”
Ayu memijit pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. 
“Sudah kukatakan bahwa aku bukan dia!!” pekiknya.
“Alden, kamu harus hilangkan semua ketakutan tak beralasan itu dari pikiran kamu. Aku rasa kamu harus benar-benar selesaikan masa lalumu dengan Reihana. Pergilah temui dia dan selesaikan dengan tuntas, dengarkan penjelasannya. Aku tidak mau kamu terus berada di bayangan masa lalu itu,” tambah Ayu.
Alden terdiam. Semua yang Ayu katakan itu benar. 
Masa lalunya kembali menghantui dirinya. 
Dia takut kembali ditinggalkan oleh calon pengantinya. 
Apalagi dia tahu, banyak pria yang siap merebut Ayu darinya jika dirinya tidak bertindak cepat.
“Bicaralah baik-baik dengan Reihana. Tuntaskan semua, dan kembalilah padaku,” ucap Ayu.
“Aku akan melakukannya nanti. Aku tidak tahu dia berada di mana sekarang. Aku tidak pernah berminat mencarinya,” balas Alden
“Tidak perlu mencarinya. Mereka ada di sana.” Tunjuk Ayu.
Alden menoleh ke belakang, di lobi hotel sana dia melihat Della tengah bercanda dengan anak laki-laki sebayanya—yang Alden ingat bertemu dengannya saat hari pertama sekolah. 
Dan tak jauh dari mereka, dia melihat Kyle tengah mendorong kursi roda seorang wanita.
Itu Reihana.

Bersambung

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER