Cinta Ayudia 30
A story by Wati Darma
Part 30
Rangga dan Rania berjalan menuju sang ratu acara malam itu, Ayu.
Sebuah paper bag besar disodorkan Rania kepada Ayu.
“Semoga kamu menyukainya. Ini hadiah dari kami berdua,”
Ucap Rania, yang disambut baik oleh Ayu dan ia pun memeluk mantan kakak iparnya itu,
“Terima kasih, Kak.”
“Kakak selalu berdoa semua yang terbaik untuk kamu, Ayu. Kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan menyertai hidupmu. Sekali lagi maafkan kami atas apa yang telah terjadi di masa lalu,” bisik Rania.
“Terima kasih doanya Kak Rania. Itu lebih bermakna daripada apa pun. Aku sudah memaafkannya sejak dulu, Kak. Yang penting saat ini kita bersama-sama membesarkan Della,” ucap Ayu sambil mengelus punggung wanita cantik itu yang kini melepaskan pelukannya.
Tampak teman-teman Ayu pun berdiri, bergantian untuk memberi selamat kepadanya.
“Selamat ulang tahun Ayu, panjang umur, tambah cantik semoga cepet naik pelaminan sama si Bos,” ucap Sarah yang kini berdiri di hadapannya.
“Terima kasih Mbak Sarah”
“Oh, ya, aku yang undang Dika dan Dessi. Al nyuruh aku untuk mengundang teman-teman kamu. Nggak apa-apa, ‘kan?”
Ayu tersenyum tipis, akhirnya ia tahu bagaimana Dika dan Dessi bisa hadir di sini.
‘Tapi untuk apa Alden mengundang mereka? Bukannya Alden tidak menyukai jika Dika berada di dekatnya? Dessi pun tampaknya senang bertemu kembali dengan Mas Angga.’
“Nggak apa, Mbak Sarah. Aku senang mereka ikut hadir di sini.”
Ayu mau tak mau harus berbohong. Ia tidak ingin ada keributan malam ini, lagipula Sarah hanya menjalankan perintah Alden.
“Ayu ....”
Ayu kesulitan menelan ludahnya saat wanita cantik itu sekarang berada di hadapannya, Dessi. Dan akhirnya, hari ini rahasia itu pun terkuak.
“Kamu jahat, Ayu. Kamu membuatku seperti perebut suami orang. Aku takkan menjalin hubungan dengannya jika aku tahu dia sudah menikah dengan kamu, bahkan kalian sudah punya anak,” ucap Dessi penuh penyesalan.
Ayu tahu dengan pasti kemana arah perkataan Dessi barusan. Ia hanya tersenyum pahit.
Matanya melirik ke arah Rangga yang kini juga tengah memperhatikan dirinya dan Dessi. Untungnya pembicaraan ini hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya, karena beberapa orang tampak sudah duduk di meja bundar besar yang sudah disediakan.
“Kamu tidak salah, Des, karena dia yang memilih untuk merahasiakannya dari kamu.”
“Apakah kalian berpisah karena aku? Aku merasa sangat buruk,”
Tanya Dessi pelan, dengan wajah gugup.
“Tidak, bukan karena kamu. Ada hal lain yang lebih rumit dari itu,” jawab Ayu.
Ia menangkap ketegangan yang mengendur di wajah Dessi yang kini memeluknya .
“Sekali lagi selamat, kamu akhirnya mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Rangga,” bisik Dessi.
Ayu tak menjawab, ia hanya tersenyum menanggapi perkataan Dessi.
“Terima kasih sudah mau hadir di sini.”
“No problem” ucap Dessi sambil berlalu dari hadapan Ayu.
Dan sekarang seorang pria yang tengah dihindarinya beberapa hari ini, berdiri di hadapannya sambil mengulurkan tangannya yang memegang paper bag kecil.
“Cuma satu kata, Ayu. Wow!!
Ternyata banyak yang terjadi selama delapan tahun ini, dan semuanya bikin gue shock,”
Ucap Dika, sambil tersenyum penuh makna.
Dia menarik tangan Ayu dan mejabat tangannya tanpa disuruh.
“Selamat ulang tahun, dan juga selamat kamu telah berhasil menggaet The Most Wanted Bachelor this year.”
Ayu sebenarnya enggan untuk menanggapi perkataan Dika yang seolah menyindirnya itu.
Ia hanya tersenyum untuk menunjukkan kesopanan.
“Terima kasih atas kehadirannya ya, Dika.”
Wanita itu enggan untuk merespon perkataan Dika juga berbasa-basi lebih lama lagi dengannya.
Dika mengendikkan bahunya lalu pergi dari hadapan Ayu.
Kini tubuh mungil Ayu tiba-tiba masuk dalam pelukan hangat Jessi.
“Congrats sister, semua doa terbaik kupanjatkan hanya untukmu. Kamu tau ‘kan, kalau aku akan selalu ada di sampingmu saat kamu membutuhkan sesuatu?”
“Thanks, Jess. Cuma kamu yang selalu setia di sampingku apa pun yang terjadi. Jangan ragu untuk memarahi dan meneriakiku, jika aku melakukan kebodohan lagi.”
“Dengan senang hati akan kulakukan itu. Oh ya, maaf sebelumnya, aku benar-benar tidak tahu sama sekali dan tidak terlibat dengan pesta dadakan ini beserta para undangan itu. Aku kira hanya makan malam keluarga biasa sambil membicarakan pernikahan kalian, tapi ini jauh dari kata biasa. Ini pesta, private party.Ingin sekali aku melempar kepala orang yang telah merencanakan ini semua dan mengundang orang-orang itu, melihat beberapa wajah mereka yang ada di sini membuat kepalaku berdenyut sakit.”
“Sudahlah, kita nikmati saja acara ini. Tak ada yang bisa kita lakukan karena acaranya sudah dimulai. Berdoa saja semoga semuanya berjalan dengan lancar.”
“Aku pun berharap begitu.”
Langkah-langkah kecil yang berlari menuju ke arahnya menyita perhatian Ayu.
Ia merentangkan kedua tangan, dan menangkap tubuh kecil putrinya yang kini berada di dekapannya
“Selamat ulang tahun, bundaku yang paling cantik, baik, dan yang terbaik di dunia. Semoga Bunda selalu sayang sama aku. Della juga ikhlas kalo Bunda menikah dengan Daddy Al yang tampan dan baik. Kata Ayah, kalau Bunda dan Daddy menikah, Della akan cepat punya adik, dan semakin disayang karena sudah membuat Bunda bahagia,” ucap Della.
Ayu menarik dan memeluk tubuh mungil putrinya, menyembunyikan wajah di lekukan leher Della, berusaha menahan tangis yang ia tahan sedari tadi.
Entah kenapa hatinya malah terasa sangat sakit, menerima kenyataan bahwa semua orang menginginkannya untuk bahagia, tapi hatinya masih terasa hampa.
‘Duhai Allah Maha Pembolak-balik hati, biarkan hati ini berlabuh pada jodoh yang Engkau pilihkan untuk hamba. Jauhkan dari keraguan dan penghalang, biarkan hatiku hanya untuk pria itu, orang yang sangat ingin membahagiakanku.’
“Bunda, Della punya hadiah spesial. Bunda duduk di sana ya, Della mau nyanyi sama Ayah,” ucap Della.
Alden menarik bahu Ayu, lalu membawanya duduk di bangku terdepan agar mereka dapat leluasa menikmati penampilan ayah dan anak tersebut.
Rangga mengangkat tubuh mungil Della untuk duduk di kursi berkaki tinggi, dengan microphone di hadapannya.
Pria ia duduk di sebelahnya, meminjam gitar milik pemain band dan mulai memetiknya perlahan.
Ayu tertegun mendengar alunan musik itu, lagu yang sering Della nyanyikan bersama dengan Rangga dan dirinya.
Dulu lagu itu terdengar hanya seperti lagu-lagu di film Disney lainnya, tapi sekarang semuanya terasa berbeda, liriknya sedikit membuat hatinya terasa sesak.
🍀🍀🍀
Oh stop your cryin'
Oh hentikanlah tangismu
It'll be alright
Semua kan baik-baik saja
Just take my hand
Raih tanganku
Hold it tight
Genggamlah yang erat
Suara imut khas anak-anak meluncur dari bibir mungil Della.
Della membawakan lagu berbahasa Inggris dengan fasih membuat semua orang di tempat itu terkesima dengan suara dan nyanyiannya, belum lagi dengan gayanya yang menggemaskan.
Hati Ayu menghangat mendengar lagu yang kini berefek magis bagi dirinya.
I will protect you
Aku kan menjagamu
From all around you
Dari semua di sekitarmu
I will be here
Aku kan selalu di sini
Don't you cry
Janganlah menangis
Suara imut menggemaskan itu berganti dengan suara bariton khas lelaki yang terdengar syahdu di telinga Ayu.
Ini pertama kalinya ia mendengar Rangga bernyanyi khusus untuk dirinya.
Saat menyanyikan bait bagiannya, mata Rangga menatap langsung ke mata Ayu, enggan beralih lagi. Seolah ingin menyampaikan isi hatinya melalui lagu itu.
For one so small
Untuk seseorang yang begitu kecil
You seem so strong
Kau tampak begitu tegar
My arms will hold you
Tanganku kan memelukmu
Keep you safe and warm
Menjaga dan menghangatkanmu
I know we're different
Aku tahu kita memang beda
But deep inside us
Tapi jauh di lubuk hati
We're not that different at all
Kita sama sekali tak berbeda
“Aku akan melakukan apapun untuk menjagamu, selalu di belakangmu, memperhatikanmu agar tetap aman dan nyaman. Lebih baik kita seperti ini daripada kamu tahu kenyataan sesungguhnya tentang rahasia itu. Aku tidak sanggup jika kamu membenciku biarlah seperti ini,” ucap Rangga dalam hati.
Cause
Karena kau kan selalu di hatiku
Yes, you'll be in my heart
Ya, kau kan selalu di hatiku
From this day on
Sejak hari ini dan seterusnya
Now and forever more
Kini dan selama-lamanya
You'll be in my heart
Kau kan selalu di hatiku
No matter what they say
Tak peduli apa kata mereka
You'll be here in my heart
Kau kan selalu di sini, di hatiku
Always
Selalu
Semua orang terkesima dengan penampilan Della dan Rangga.
Suara dan gaya cutenya membuat semua orang terhipnotis dengan kepolosannya.
Begitupun dengan Ayu, air mata haru menetes di sudut matanya. Cepat-cepat ia menghapusnya dan kembali tersenyum lebar.
Setelah Della menyelesaikan nyanyiannya, gadis itu melesat berlari kembali ke pelukan Ayu
“You've doing a great job, princess.”
Alden memuji Della sambil mengedipkan matanya.
“IIhh, si Cantik ini pinter banget nyanyinya. Oma tambah sayaaang deh, sini peluk Oma,”
Ucap bu Riana sambil menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya dan mencium puncak kepalanya.
“Terima kasih Oma, itu lagu kesukaan Della sama Ayah loh,” ucap Della.
“Suatu saat nanti kamu bisa juga menyanyi dengan Daddy kamu atau auntyAlice, dia memiliki suara yang indah loh,” ucap Riana.
“Benarkah? Della nanti duet sama Aunty Alice kalau mereka sudah kembali ke sini. Bolehkan, Oma?” tanya Della.
“Tentu saja, Cantik. Anything for you.”
Bu Riana pun mengecup kedua pipi tembem Della.
“Princess, kita masih punya satu pertunjukan lagi. Sudah siap?” tanya Alden.
“Oke, Daddy,”
Jawab Della riang, sambil menerima uluran tangan Alden berjalan menuju panggung. Entah pertunjukkan apa yang akan mereka tampilkan selanjutnya.
Siapa pun di ruangan itu sudah pasti iri melihat kedekatan gadis kecil itu dengan keluarga Richardson, keluarga terpandang di negeri ini dan sebentar lagi gadis kecil itu akan menjadi salah satu anggota keluarga tersebut.
Rangga yang berdiri di samping Rania hanya bisa memegang bahu kakaknya, dan menepuknya pelan. Hanya mereka berdua yang mengerti maksud tepukan menenangkan itu.
Rania merenungi nasibnya yang mungkin akan semakin jauh dari putri kandungnya, bahkan kini putrinya tampak dekat dan akrab layaknya keluarga kandung bersama Alden dan bu Riana.
Ayu dan Alden, kelak akan menjadi orangtua Della padahal mereka tidak memiliki ikatan darah sedikit pun tapi perasaan sayang nan tulus terpancar dari hati mereka.
Sedangkan dirinya yang merupakan ibu kandungnya, tidak mendapat kasih sayang sebesar itu dari Della, putrinya sendiri.
Yang dia tahu, Della menyayanginya layaknya seorang keponakan pada tantenya dan itu adalah buah yang harus ia petik dari perbuatannya dahulu.
“Maafkan Bunda, anakku,” ucap Rania pelan.
Bersambung
No comments:
Post a Comment