Cinta Ayudia 29
A story by Wati Darma
Part 29
Udara pagi kali ini berbeda dari yang biasa Ayu, Jessi, dan Alden hirup setiap hari.
Bau tanah basah sisa hujan semalam, wangi bunga kenanga dan kamboja yang banyak tumbuh di pelataran pemakaman, membuat suasana hening yang tercipta semakin syahdu dan membuat semakin larut dalam doa masing-masing insan itu, untuk kedua orang tua Ayu yang telah tiada.
Setelah tadi malam Ayu dan Della menjemput Alden di bandara, kekasihnya itu mengutarakan niatnya untuk berziarah ke makam orang tua Ayu sebelum malamnya mereka menggelar acara lamaran.
Dan di sinilah mereka bertiga, berdoa bersama dan juga mengutarakan isi hati mereka masing-masing walau hanya dalam hati.
“Ayah, Ibu, ini adalah calon suami Ayu, Alden Richardson. Dia pria baik hati, yang selama beberapa tahun ini gigih menunjukkan perasaannya kepada putrimu ini, walaupun penolakan sering ia dapatkan. Keluarganya telah menerima masa lalu Ayu yang hanya seorang janda. Mereka juga menyayangi Della. Maafkan putrimu yang tidak bisa menikah sekali seumur hidup. Nyatanya, sulit sekali mempertahankan itu semua walaupun cinta itu ada antara Ayu dan Mas Angga. Ayu ingin memiliki suami seperti Ayah, membina rumah tangga seperti kalian, saling mencintai sampai maut menjemput. Ayu akan belajar mencintainya demi kebahagiaan yang Ayu impikan selama ini.”
“Ayah dan Ibu, ijinkan saya untuk mempersunting putri kesayangan Anda. Menjadikan dia sebagai pedamping hidup dan ratu dalam kehidupan saya, menjadi ibu dari anak-anak saya kelak. Putri kalian adalah wanita tegar nan hebat yang mampu menggetarkan hati saya, yang mampu menumbuhkan kembali perasaan bernama cinta dalam hati ini. Saya dan Ayu sama-sama pernah terluka dan tersakiti di masa lalu, dan berjanji untuk belajar dari kesalahan kami dulu untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pun akan saya lakukan untuk membahagiakan dan mempertahankan Ayu di sisi saya. Mohon restui kami.” Ucap Alden.
“Ibu, Jessi berjanji kali ini tidak akan melakukan kesalahan lagi seperti dulu. Jessi dan Mas Yogi berjanji, kali ini akan mendampingi Ayu sebaik mungkin untuk membantunya mendapatkan kebahagian. Tidak akan ada lagi yang akan membuatnya menangis dan menanggung masalahnya sendirian.” Doa Jessi
Panas sinar matahari yang mulai menusuk kulit, membuat ketiga orang itu bangun beranjak dari sisi makam yang saling bersebelahan itu.
Doa-doa yang dipanjatkan dan niat hati sudah tersampaikan, mereka pun melangkahkan kakinya keluar dari pelataran makam tersebut. Alden berjalan di depan menuju di parkiran, diikuti Jessi dan Ayu.
Langkah Ayu terhenti saat melihat bayangan dua orang yang ia kenal, kurang lebih tiga ratus meter dari tempatnya berjalan. Reihana yang duduk di samping sebuah pusara kecil, didampingi oleh Kyle yang berdiri di sebelahnya.
‘Makam anak kecil. Apakah itu pusara Richie?’
Ayu tersenyum lalu menganggukkan kepala saat Kyle menoleh ke arahnya, tapi pria itu tak membalas.
Ternyata dia bukan menoleh ke arahnya, tapi tepatnya ke arah pria yang berjalan di depannya, Alden. Wajah Kyle yang biasanya ramah kini tampak datar dan dingin, seolah tidak suka akan apa yang dilihatnya saat ini.
Mata Kyle dan Ayu bertemu, tapi pria itu langsung memalingkan wajah. Ayu melanjutkan perjalanannya dengan hati yang penuh tanda tanya.
🍀🍀🍀
Ayu, Jessi, Chika, dan Della tengah berada di sebuah butik.
Mereka akan mengambil dress pesanan yang telah dipesan beberapa hari sebelumnya, dress yang akan dipakai untuk acara dinner special mereka nanti malam.
Yogi dan Alden tidak mengikuti para wanita itu pergi. Mereka beralasan akan menyiapkan untuk persiapan nanti malam.
Hal itu sempat membuat Jessi curiga. Setahu dirinya, nanti malam hanya akan diadakan acara makan malam biasa di sebuah resto hotel bintang lima.
Hanya sebuah pertemuan keluarga membahas hubungan Alden dan Ayu, juga makan malam untuk merayakan ulang tahun Ayu. Menurutnya, tidak perlu perhatian khusus hanya untuk makan malam saja.
Kecurigaan Jessi hilang, saat kedua owner butik tersebut membawa gaun-gaun indah yang mereka pesan. Gaun indah itu langsung menarik perhatian ketiga perempuan itu, terutama Della dan Chika yang terpesona melihat gaun mirip putri-putri dongeng itu.
“Indah sekali gaunnya, Mbak Re,”
Pekik Ayu kepada Renata, yang menyerahkan dress pesanan milik mereka.
Renata Anastasia adalah pemilik butik ini bersama sahabatnya, Joanna Henderson.
Ayu terpikat dengan butik ini, saat dirinya tengah mencari gaun untuk acara di kantornya. Owner-nya dengan sabar dan telaten membantu mencarikan gaun yang cocok dengan tubuh mungilnya.
Semenjak itu, ia memercayakan pilihan butik ini untuk gaun-gaun yang akan dipakainya dalam acara formal berkaitan dengan pekerjaannya.
“Glad you like it, darl. Sana cobain sekali lagi, biar kita bisa liat apalagi yang kita butuhkan untuk menyempurnakan penampilan kalian,” seru Renata.
Ayu dan Jessi pun melangkah dengan antusias ke kamar ganti, untuk mencoba kembali gaun mereka. Sementara itu, Joanna Henderson tengah membantu Della memakai gaun yang dibuat khususnya, Chika duduk manis di tempatnya menunggu giliran mencoba gaunnya.
“Uunchh, kamu cantik banget sih, Sayang. Udah kayak princess beneran. Tante harap anak Tante yang perempuan akan cantik dan menggemaskan seperti kamu,”
Ucap Joanna, sambil mengelus-elus perut besar miliknya. Dia kini tengah hamil besar, mengandung anak kembar sepasang.
“Terima kasih, Tante. Bolehkah Della mengelus perutnya?” tanya Della.
“Tentu, Sayang,” jawab Joanna, sambil menarik tangan mungil Della ke perut buncitnya.
Mata Della membelalak takjub saat ia merasakan pergerakan di perut Joanna.
“Baby-nya bergerak, Tante!!” pekiknya gembira.
“Hihihi ... tampaknya, anak-anak Tante senang berkenalan dengan Kakak Della,”ucap Joanna tulus.
Senyum lebar Della berubah sendu saat mendengar kata itu, dan Joanna bisa menangkap perubahan raut wajah gadis kecil di hadapannya.
“Nanti Della akan menjadi kakak juga, walaupun mungkin berbeda ayah,” ucapnya pelan.
Hati Joanna trenyuh sedih mendengar perkataan Della.
Dia tahu gadis kecil di hadapannya memiliki kisah rumit mengenai orang tuanya, dan anak sekecil itu harus bisa menerima tanpa bisa melakukan apa-apa, walaupun hal itu bertentangan dengan keinginannya. Joanna mengelus lembut rambut panjang Della dan mengecupnya pelan.
“Tante yakin, Della akan menjadi kakak terbaik dan tercantik di dunia. Membanggakan orang tua, dan mereka makin sayang sama Della,”
Puji Joanna, sambil menarik gadis kecil itu dalam pelukan, mendekapnya penuh kasih dan sayang.
🍀🍀🍀
Ayu, Jessi, Chika, dan Della tiba di hotel, tempat mereka akan melakukan acara makan malam dengan keluarga Richardson.
Jessi dan Ayu kebingungan, saat petugas hotel mengantar mereka bukan ke restoran seperti yang mereka rencanakan sebelumnya, tapi mereka digiring keluar menuju taman hotel yang kini diubah menjadi private garden party.
Saat ia membuka pintunya, terdengar suara terompet dan confetti yang bertaburan.
Di sana tertera tulisan Happy Birthday cukup besar ,di tengah-tengah taman yang telah didekorasi sedemikian indah.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, selain Yogi, Alden, dan Mami Riana juga ada Sarah, Dika, juga Dessi tengah berdiri dan tersenyum menyambutnya.
Kenapa ada Dika di sini?
Belum hilang keterkejutan Ayu, alunan nyanyian khas kemeriahan ulang tahun terdengar dari mini stage di depannya.
Di sana ada sebuah band yang bernyanyi khusus untuk dirinya, dan sebuah kue indah berwarna putih biru sangat indah dengan hiasan lilin berada di tengah-tengah panggung.
“Selamat ulang tahun Ayudia Permata, wanitaku yang begitu cantik malam ini. Calon istri dan ibu dari anak-anakku,” ucap Alden dari atas panggung.
Dia mengulurkan tangan, mengisyaratkan Ayu untuk naik ke panggung bersamanya.
Bu Riana yang telah berdiri di samping Ayu, kini mendorong bahu calon menantunya—yang tampak masih terpana dan terkejut itu—ke atas panggung.
Ayu yang masih bingung dengan acara yang tidak direncanakannya ini, hanya dapat tersenyum canggung dan melangkah menaiki stage di mana Alden berdiri menantinya. Ia menatap semua orang yang hadir di sana.
“Kamu yang menyiapkan ini semua?” tanya Ayu.
“Iya. Kamu suka? Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan kita dengan keluarga dan teman-teman kamu,” jawab Alden
“Terima kasih, Al, kamu harusnya tidak usah melakukan ini.”
“Aku tidak keberatan, kok, walaupun ada beberapa undangan yang belum lengkap sepertinya. Tapi kita bisa mulai acaranya sekarang sebelum ke acara utamanya.”
“Acara utama?”
Ayu mengernyitkan dahinya bingung.
“Akan ada banyak kejutan yang kusiapkan khusus untukmu, Sayang.”
Alden menggengam tangan Ayu.
“Sekarang kita tiup lilinnya dulu ya, dan jangan lupa make a wish,” lanjut Alden.
Ayu menatap kue tart cantik di hadapannya dengan lilin yang berjumlah sesuai umurnya. Ini pertama kalinya ia merayakan ulangtahun, karena orang tuanya sengaja tidak memberikan perlakuan khusus setiap tahunnya.
Setiap hari spesial itu mereka akan berkumpul bersama keluarganya, menikmati makanan spesial, berbincang mengenai apa saja yang ia telah lalui dan rencana apa yang ia ingin wujudkan selanjutnya.
Semenjak ada Jessi dan Rangga, mereka berdua juga ikut berkumpul pada acara keluarga itu. Dan saat tiba di taman ini, ia benar-benar terpana dengan apa yang ia lihat karena memang tidak pernah mengalaminya sebelumnya.
Ayu mengikuti keinginan Alden.
Ia memejamkan matanya sejenak, berdoa dalam hati agar senantiasa berada bersama dengan orang-orang yang tulus mencintainya, dan bisa mendapatkan kebahagiaannya.
Saat ia membuka mata, sudah ada bu Riana dan Della di sampingnya yang ikut membantu meniup lilin-lilin kecil di atas kue. Semua tamu pun bertepuk tangan meriah. Tepat dengan kedatangan tamu yang lain.
“Maaf, kami terlambat.”
Semua orang tertuju pada tamu yang baru saja datang, Rangga dan Rania.
Seketika wajah Ayu tegang, begitupun Jessi. Mereka berdua berpandangan, dan lalu menoleh ke arah satu orang wanita lagi yang tengah terkejut dengan tatapan mata penuh kerinduan, Dessi. Namun, tampaknya wanita itu semakin terkejut dengan apa yang terjadi setelahnya.
Tidak hanya Dessi yang terkejut begitupun dengan Dika.
“Ayaaahhh!!”
Della berlari gembira menuju pelukan Rangga yang tersenyum lebar kepada putrinya.
“Aduuhh, anak Ayah cantik banget kayak princess,”
Ucap Rangga sambil menciumi pipi tembam Della.
Ayah?!
Wajah terkejut Dika dan Dessi tidak bisa disembunyikan lagi, mengetahui kenyataan bahwa Ayu dan Rangga memiliki seorang putri, apalagi saat melihat interaksi ayah dan anak itu.
Rangga pun terkejut melihat mantan kekasihnya juga Dika berada di tempat ini, tapi dia memilih untuk mengacuhkannya. Dia tidak ingin membuat keributan di hari bahagia Ayu.
“Mas Yogi ikut terlibat dengan rencana ini?”
Tanya Jessi kepada Yogi yang tengah menggendong Chika, dengan tatapan tajam seperti siap menerkam mangsanya.
“I-itu, Mas cuma bantu persiapannya aja, kok. Ini rencananya Alden.”
“Terus, kenapa Mas nggak bilang apa-apa sama aku?”
Jessi mendelik tajam, Yogi hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan gugup.
“Entah kenapa feelingku tidak enak dengan rencana ini, apalagi kamu terlibat di dalamnya tanpa memberitahu aku. Jika sesuatu yang buruk terjadi di pesta ini, aku pastikan kamu akan tidur di sofa selama satu bulan,” desis Jessi.
Yogi menelan ludahnya kasar. Dia tidak bisa menebak apa yang akan terjadi setelah 'kejutan utamanya' terjadi.
Entah kenapa, dia sekarang merasa menyesal membantu rencana Alden.
Bersambung
No comments:
Post a Comment