Sunday, August 9, 2020

Cinta Ayudia 28

Cinta Ayudia 28
A story by Wati Darma
Part 28

Ayu tengah duduk di ruang tamu, sambil menikmati secangkir susu coklat panas untuk merilekskan tubuh dan pikirannya. 
Di sebelahnya duduk Jessi yang sedang memangku putri kecilnya, Chika, yang tengah menyedot dudu dari botol susunya. Matanya mengarah ke kartun kegemarannya.
Della tengah bersama Rangga di kamar, mereka tidak terpisahkan sejak pulang bersama dari tempatnya Ben. 
Ayu tidak mengijinkan Rangga membawa Della, karena melihat kondisi lelaki itu yang tengah terluka, takut nanti malah merepotkannya. 
Jadi, ia membiarkan sang mantan suami  melakukan ritual Ayah dan anak sebelum tidur, membaca buku dan bercerita.
Mata wanita itu tidak benar-benar menatap televisi yang tengah menyala di hadapannya.Ingatan nya berulang pada kejadian di galeri tadi
🍀🍀🍀
“So cute,” ucap Ayu pelan
“Yes, He was. Dia malaikatku yang menungguku di surga.”
“Huh? Maaf, apa dia sudah meninggal?”
“Iya, dia kakaknya Ben. Richardson Junior.”
Kejutan apalagi ini? 
Jika namanya adalah Richardson, apakah ada hubungannya dengan Alden?
Ayu mendekatkan wajah dan mengerutkan dahinya saat melihat tulisan di pojok lukisan tersebut,
Was on my embraced at Dec, 8th 2010.
Forever in my heart.
“Ya, dia hanya sehari dalam pelukanku. Tepatnya hanya enam jam,” lirih Reihana.
Ayu menoleh melihat Reihana yang tersenyum geti,r sambil terus menatap lukisan di hadapannya. 
“Maaf, a-aku tidak bermaksud ...,” sesal Ayu.
“Tidak apa-apa. Dia sudah berbahagia di surga sana.”
“Tentu saja dia bahagia, ia mempunyai orang tua yang sangat menyayangi dan selalu mendoakannya. Dan sekarang kalian telah memiliki Ben, aku yakin dia dapat beristirahat dengan tenang di sana.”
Reihana tersenyum kecil dan menoleh ke arah Ayu. Dia merasa perlu meluruskan suatu hal pada Ayu.
“Ayu, Kyle itu bukan suamiku. Ayah Richardson dan Ben juga bukan dia,” jelas Reihana.
“Eh, Ma-maaf ... sekali lagi maaf,” 
Pinta Ayu dengan tulus
“Hehehe ... bukan hanya kamu orang yang menganggap dia adalah suamiku. Santai saja.”
“Benarkah? Tapi kalian bertiga memang terlihat cocok dan serasi, saya melihat gambaran keluarga harmonis pada kalian. Saya bisa melihat ketulusan dan perasaan yang tulus dari Dr. Kyle untuk kamu,” jelas Ayu
Reihana kembali tersenyum. 
“Aku pun dapat merasakan betapa besar cintanya itu, tapi masih ada ganjalan dalam hati ini. Masa lalu yang belum selesai antara aku dan seseorang, ayahnya Richie. Setelah ini selesai, mungkin aku akan melanjutkan hidupku bersama Kyle.”
Ayu berlutut mensejajarkan diri di depan kursi roda Reihana, lalu menggenggam kedua tangannya erat.
“Selesaikan apa yang belum tuntas di masa lalu kalian, walaupun berat tapi setelahnya hati kita akan lebih lega. Aku dan ayahnya Della, yang kamu lihat tadi, telah mengalami masa sulit itu. Kami sepakat untuk me-reset kembali hidup kami dari awal, melupakan semua kesedihan dan masalah yang membuat kami terpuruk. Sekarang kami berusaha melanjutkan kembali hidup,  lepas dari belenggu masa lalu. Demi putri kami, Della.”
“Semoga aku bisa seperti kalian, walau aku tahu dia pasti merasakan kebencian yang amat sangat karena aku.”
“Sst, kamu belum mencobanya. Dia benci, karena mungkin belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Percayalah, saat kamu sudah mengatakan kebenarannya akan terasa ringan beban di pundakmu.”
“Semoga saja. Terima kasih, Ayu. Aku merasa nyaman berbicara denganmu. Ini pertama kalinya aku mau terbuka dengan seseorang setelah bertahun-tahun. Akhirnya aku mendapatkan teman perempuan tempat aku berbagi.”
“Benarkah? Sungguh kehormatan untukku, hubungi saja jika kamu butuh teman bicara.”
“Pasti. Oh iya, ayahnya Della juga kelihatannya masih cinta banget sama bundanya Della.”
Ayu terdiam sejenak mendengar perkataan Reihana dan tersenyum kecil. “Cinta tak cukup menjadi alasan kami bersatu. Lagipula, sekarang sudah ada orang lain yang telah kuijinkan menjadi Daddy-nya Della”
“Oh, ya?! Selamat kalau begitu. Aku berdoa untuk kebahagiaan kamu.”
“Terima kasih.”
🍀🍀🍀
Ayu terperanjat, saat Jessi menepuk bahunya keras. 
Tepukan yang menyebabkan gelas berisi susu coklatnya sedikit menumpahi bajunya.
“Haishhh ... lo bikin baju gue kotor, Jess.”
Jessi terkekeh tidak menanggapi serius kemarahan Ayu. 
“Lagian ngelamunnya khusyuk banget sih, sampe gue panggil dari tadi nggak nyahut juga.”
“Kalo nggak khusyuk bukan ngelamun namanya Jess,” 
Ketus Ayu, sambil mengerucutkan bibirnya.
“Ishh, itu bibir minta dicipok.”
“Sialan, lo! Ditinggal seminggu sama Mas Yogi jadi jablay gini. Serem gue.”
“Hehehe... iya nih, udah lama nggak dapet Big O.”
Ayu langsung melempar bantal kursi ke wajah Jessi, yang tengah tersenyum mesum menggodanya.
“Najisss!!”
“Eh iya ya, gue lupa kalau elo masih perawan wkwkwkwk,” ledek Jessi.
“Sialan!” balas Ayu, 
“Jess, kapan Mas Yogi pulang? Rencananya ntar pulang Alden dari Singapore, dia mau ke sini sama maminya. Lamaran. Keluarga gue kan cuma tinggal elo sama Mas Yogi.”
“Klo nggak salah sih Jumat baru pulang, Entar gue telpon laki gue suruh cepet pulang. Biar elo bisa cepetan kawin kayak gue,” ucap Jessi
Bukkk ...
Sebuah bantalan kursi kembali melayang ke wajah Jessi. 
Mereka tertawa menikmati kebersamaan yang jarang mereka alami. 
Kesibukan Ayu dengan pekerjaan dan kuliah, membuat dirinya lebih sering pulang ke rumah kontrakan di dekat kampus daripada pulang ke rumahnya, apalagi ia pun tidak berani pergi malam setelah kejadian waktu itu.
Ayu juga tidak mengijinkan Jessi pindah dari rumahnya, karena ia juga khawatir dengan Jessi yang sering ditinggal suaminya tugas keluar kota. 
Lebih baik dia menempati rumahnya, karena ia tidak merasa sendirian lagi jika sedang berada di rumahnya. 
Della biasanya akan berada bersamanya saat weekend saja, tapi biasanya datang ke rumah ini setiap hari bermain bersama Chika walaupun Ayu tidak ada di rumah. Rumah Ayu dan keluarga Aditya hanya berbeda blok saja.
🍀🍀🍀
Tawa Ayu dan Jessi terhenti, saat mendengar suara derit pintu tertutup di belakang mereka. Rangga keluar dari kamar Ayu. 
Tampaknya Della sudah tertidur lelap sehingga dia bisa meninggalkannya sendiri di kamar.
“Kirain lo ikut ketiduran di dalem, Ga” celetuk Jessi.
“Nggaklah. Bisa-bisa gue digerebek hansip ntar,” 
Jawab Rangga, sambil duduk di sofa single dekat Ayu.
“Jaman gini mana ada hansip, adanya tetangga kepo. Palingan ntar ada yang ngegosip di grup ibu-ibu komplek hehehe,” balas Jessi.
“Sama aja Jess,” jawab Ayu dan Rangga berbarengan.
“Eh cie ... cie ... masih kompak ajaa,” 
Ledek Jessi pada Ayu dan Rangga.
“Lah, dari jaman sekolah dulu kan kita bertiga kompak, Jess.” 
Rangga mencoba mengalihkan suasana canggung antara dirinya dan Ayu.
“Eh, ngomong-ngomong jaman sekolah, si Dika jadi auditor di kantor gue. Beda banget dia sekarang, nggak nyaman gue,” sela Ayu.
“Kenapa emangnya?” tanya Rangga.
Ayu pun menceritakan seorang Sandika Pratama yang ia temui beberapa hari ini. 
Perubahan penampilan dan sikapnya, yang terkenal suka tebar pesona pada wanita-wanita di kantor tempat Ayu bekerja.
“Ah, dia mah emang dari dulu begitu. Cuma gue males aja bongkar aib orang, makanya gue nggak setuju dia deketin elo waktu itu,” ucap Rangga.
“Ah masa sih? Bukannya karena elo nggak rela Ayu dimiliki sama cowok lain selain elo?” tembak Jessi.
“Aish, ini bocah!”
 Rangga menggerutu, yang didukung oleh lemparan bantal oleh Ayu.
Jessi tertawa terbahak-bahak melihat wajah keduanya yang memerah malu. 
Tentu saja Jessi tau bagaimana perasaan kedua sahabatnya saat ini, tapi selama keduanya enjoy dengan keadaan mereka yang seperti ini, dia tidak akan mengeluarkan pendapatnya. 
Suasana santai seperti ini, ber-elo gue seperti dulu, sungguh pengalaman langka yang menyenangkan setelah apa yang terjadi sebelumnya. 
Dia juga tidak menyangka bahwa tidak ada kecanggungan terlihat antara dua insan di hadapannya.
“Dia ngajakin ketemuan terus sama gue, minggu depan dia balik ke Surabaya,” ucap Ayu.
“Kalau mau ketemuan ajak Jessi atau cowok lo sekalian, nggak aman kalo ketemuan berduaan doang sama dia,” saran Rangga.
“Ikut aja sekalian, Mas, kita ngumpul sekalian reuni kecil-kecilan. Dessi juga udah ketemu sama Dika, mereka sering lunch bareng ngajakin aku tapi kerjaan masih banyak.”
Rangga terdiam mendengar nama perempuan yang pernah menjadi kekasihnya itu disebutkan. Dia benar-benar lupa, bahwa ada yang belum ia selesaikan dengan wanita itu. 
Selama ini Ayu telah menyita seluruh isi kepalanya, sehingga Dessi benar-benar hilang dari hati dan pikirannya.
“Ehmm, boleh. Mumpung gue masih di sini,” jawab Rangga.
Entah kenapa hati Ayu terasa sedikit terusik, saat Rangga menyetujui ajakannya setelah ia menyebutkan nama Dessi.
‘Sepertinya dia merindukan wanita itu,’ pikir Ayu
“Ga, kayaknya perban di tangan elo harus diganti deh,” 
Ucap Jessi, yang telah kembali dari dapur membawa kotak P3K di tangan lalu menyerahkan kepada Ayu. Mengisyaratkannya supaya membantu mengganti perban Rangga.
“Entar aja kalau udah pulang, Kak Rania yang bantuin gue,” tolak Rangga.
Namun Ayu tak mengindahkan penolakan Rangga, menarik tangan lelaki itu lalu meletakkannya di atas pangkuan.
“Jadi, ini alasan Kak Rania nggak bisa dateng pas open house di sekolah Della ya? Dia yang ngerawat kamu Mas?” tanya Ayu.
“Hemm, gue tinggal di apartemen Kak Rania. Ibu nggak tau gue kayak gini. Tau sendiri gimana ributnya Ibu kalau gue sakit. Apalagi kalo tau gue terluka kayak gini. Gue dapet MC sampe sembuh sekalian lanjutin libur aja, ambil cuti” jawab Rangga.
Ayu meringis saat berhasil membuka seluruh perban dari tangan Rangga. 
Di sana ada beberapa luka jahitan yang masih basah di sela-sela buku jarinya. 
Tidak hanya itu, banyak bekas luka-luka yang tampaknya sudah menahun di beberapa tempat dekat luka yang baru.
“Ke-kenapa bisa seperti ini?” lirih Ayu. 
Ia tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran pada pria di hadapannya itu. 
Ia mengangkat tangan Rangga dan meniupinya. Seperti seorang Ibu yang tengah membujuk anaknya yang menangis karena terluka.
“Jangan dilanjutkan, kamu pasti jijik liat ini,” 
Tolak Rangga, berusaha menarik tangannya dari genggaman Ayu, tapi rupanya genggaman wanita itu lebih kuat menahannya.
“Sakit?” tanya Ayu, sambil membersihkan sekeliling lukanya dengan anti septik. 
Ia terus menunduk menyembunyikan wajahnya. Entah kenapa matanya tiba-tiba memanas melihat luka itu.
“Enggak kok, kecelakaan kerja adalah hal biasa kalau kerja di proyek,” ucap Rangga.
Rangga bukannya tidak tahu bahwa wanita di hadapannya ini tengah mengkhawatirkan dirinya. Sedari dulu, Ayu selalu bersedih jika melihatnya sakit. 
Dia akan bolak balik ke rumahnya merawat dan menjaga saat sakit. Membawakan makanan enak khusus untuknya. Ini makin membuat hatinya semakin tidak bisa berpaling pada wanita lain.
Tidak mungkin dia mengatakan, bahwa luka di tangannya adalah bentuk frustasi dirinya yang masih dihantui masa lalu. 
Bisa-bisa Ayu akan semakin merasa bersalah jika mengetahui itu. Dia tidak mau Ayu mengasihaninya, dan membuatnya terjebak bersama dirinya hanya karena iba.
Rangga sudah sangat mensyukuri apa yang dialaminya hari ini bersama Ayu. 
Tidak ada kecanggungan dan emosi antara mereka berdua. Sangat menikmati setiap detik kebahagiaan yang dia rasakan bersama Ayu juga Della.
🍀🍀🍀
Tanpa diketahui Ayu dan Rangga, Jessi menyingkir dari kedua orang di hadapannya yang terpekur diam dengan pikirannya masing-masing. 
Memberikan waktu untuk mereka berdua mengeluarkan isi hatinya. Namun, sepertinya rencana Jessi percuma karena dua orang itu tak bersuara.
Ayu masih terdiam. 
Sebenarnya sedari siang tadi, ia sudah berusaha meredam detak jantungnya yang bertalu-talu saat mereka bertemu kembali, lalu berdekatan dan memeluknya saat di motor tadi. 
Cukup seperti ini saja sudah membuat hatinya senang, tidak mau berharap lebih.
Namun kini, ia tidak dapat menahan emosi saat melihat pria di hadapannya terluka seperti ini. Ternyata hatinya tidak pernah berubah walaupun Rangga telah menyakitinya. 
Ayu tidak bisa membenci pria di hadapannya. Apa yang terjadi di masa lalu bukanlah murni kesalahannya. Mereka berdua hanyalah korban dari keadaan, dan ia menyadari perasaan sayang itu masih ada.
Air matanya menetes mengenai lengan Rangga, yang buru-buru dihapusnya dengan kapas yang dipegang, berharap pria itu tidak melihatnya.
Terlambat, Rangga melihat dan merasakan saat tetesan hangat itu menyentuh lukanya. 
Terasa sejuk merasuk ke pori-pori tubuhnya. Menggetarkan hati. 
Dia refleks mendekati Ayu, dan mengecup puncak kepala wanita yang masih menundukkan kepalanya.
“Terima kasih karena kamu selalu peduli padaku dan mengkhawatirkanku. Hanya air mata yang selalu kuberikan kepadamu. Berbahagialah Ayu, jangan menangis lagi karena aku,” 
Ucap Rangga pelan.
Ayu menggigit bibirnya kuat, berusaha menahan isakan keluar dari bibirnya. 
Sungguh ia mencintai pria di hadapannya, tapi ia lelah berjuang sendiri memperjuangkan cintanya sedangkan pria yang dicintainya tidak menginginkan dirinya lagi. 
Ia lelah. Ia menyerah akan cintanya. 
Kini hanya berharap pada pria lain yang selalu siap membahagiakan dirinya, melimpahi dengan banyak cinta seperti yang ia dambakan selama ini.

Bersambung

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER