Saturday, August 8, 2020

Cinta Ayudia 25

Cinta Ayudia 25
A story by Wati Darma
Part 25

Ayu kembali melirik arloji yang melingkari lengan kecilnya. 
Sudah pukul 09.30, tapi Alden belum datang juga. Untungnya saat ini Della tengah berkumpul dan berkenalan bersama teman-teman barunya, didampingi dua orang guru kelasnya. 
Dia tampak antusias berbaur dengan orang-orang baru dikenalnya. 
Sementara anak-anak diajak mengunjungi kelas yang akan mereka tempati sambil berkenalan dengan teman lainnya, para orangtua wali murid sedang duduk di bawah tenda yang telah disediakan, mendengarkan sambutan dan ramah tamah dengan pihak sekolah. 
Penjelasan mengenai metode pembelajaran yang digunakan, peraturan sekolah dan lain sebagainya.
Mata Ayu menoleh kembali ke arah pintu lobi, yang menjadi satu-satunya akses keluar masuk gedung sekolah itu. 
Raut wajah terkejut tampak, saat matanya melihat seseorang yang pernah ia lihat walaupun hanya sekilas dalam foto. 
Senyum yang manis, wajah polos dan cantik hanya saja rambutnya kini bukan hitam legam seperti di foto. Dan satu lagi, wanita itu kini duduk di kursi roda otomatis yang tampak mahal, dengan seorang pria gagah mendampinginya.
“Apakah itu dia?”
Mata Ayu terus mengikuti ke mana wanita itu bergerak dengan kursi rodanya. 
Senyum ramahnya dia berikan, kepada setiap orang yang dia temui.
“Hai, Sayang. Maafkan aku sedikit terlambat.”
Ayu tambah terkejut dengan kedatangan Alden, yang tiba-tiba duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya.
“Eh, ti-tidak apa-apa.”
“Whats wrong? Wajahmu tampak pucat. Kamu sakit?” 
Alden tampak khawatir, melihat raut wajah Ayu yang pias.
“Enggak, hanya was-was menunggu kamu. Takut kamu nggak datang dan membuat Della marah lagi.”
Tangan besar Alden menyentuh pipi Ayu dan mengelusnya pelan, berusaha menenangkan hati wanutanya. 
“Aku tidak akan mengecewakan putriku, Sayang.”
Hati Ayu menghangat. 
Raut wajahnya kini kembali santai, apalagi saat melihat wanita tadi sudah tidak terlihat lagi di sekelilingnya.
“Daddy... Daddy udah datang.” 
Pekikan riang gadis kecil bermata bulat dan pipi tembam itu, cukup membuat beberapa orang tua di situ menolehkan kepalanya.
“Kemari, Cantikku! Maafkan Daddy terlambat, Sweetie” 
Ucap Alden sambil membawa tubuh kecil Della ke dalam pelukannya, menghirup aroma khas bedak bayi yang lembut sama seperti bundanya.
“Tidak apa-apa, Dad. Yang penting Daddy sudah mau datang ke sini menemani Della dan Bunda. Oh yaa, ini kenalkan teman baru Della.”
Seorang bocah laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakang Della, kini maju menghampiri Ayu dan Alden. 
“Selamat Siang Om dan Tante, perkenalkan nama saya Ben Alexander,” 
Ucap bocah kecil itu, dengan tutur kata yang sopan dan lembut. Dia mencium punggung tangan Ayu juga Alden.
“Ben itu teman sekelas Della, Bun. Dia punya lesung pipi seperti Daddy. Ganteng, ‘kan?” 
Kata Della sambil menggelayuti tangan Ben.
Ayu menepuk dahinya pelan sambil menggelengkan kepala, sementara Alden tertawa terkekeh geli melihat tingkah Della yang langsung menempel pada Ben. 
Sepasang anak kecil itu kembali berlari menuju ke kelompok mereka lagi, meninggalkan Ayu dan Alden yang tersenyum gembira melihat Della yang tampaknya senang berada di sekolah ini.
“Sepertinya, aku harus usaha ekstra menjaga putri kecil kita dari pria-pria tampan terutama yang punya lesung pipi. Dia begitu mudah terpesona pria tampan seperti Daddynya,” gumam Alden.
Ayu menepuk bahu Alden pelan dan tertawa lagi. 
Ada getaran berbeda di hatinya saat Alden menyebut 'putri kita', terasa sempurna. 
“Iya. Tampaknya dia sudah jatuh hati dan melihatmu sebagai pria idamannya, sehingga ia menyukai anak laki-laki yang mirip denganmu.”
“Aku bisa membayangkan, bagaimana nanti ia membawa teman lelakinya ke rumah dan mengenalkannya kepada kita sebagai pacarnya. Oh Tuhan, semoga itu akan terjadi dua puluh tahun lagi. Aku masih ingin menggendong dan memeluknya seperti sekarang,” 
Ucap Alden, sambil menggengam tangan Ayu dan dibalas hangat oleh kekasihnya.
Semua bayangan masa depannya bersama Ayu dan Della, yang berkelebat di pikiran Alden terasa begitu indah dan membuatnya gembira menyambut masa itu. 
Dia dulu pernah bersedih dan terluka karena masa lalu. 
Kini ia telah menemukan kembali semangat hidupnya. 
Masa depannya.
🍀🍀🍀
Ayu kira, ia tidak akan pernah merasakan perasaan ini lagi. 
Perasaan tidak nyaman yang dulu timbul, saat Dessi yang notabene 'kekasih' suaminya bercerita dengan santai kepada dirinya yang menjadi isteri dari pacarnya itu. 
Ia membiarkan Dessi menceritakan bagaimana hubungan dirinya dengan Rangga, tanpa mengetahui bahwa dirinya adalah isteri sahnya Rangga.
Marah? Terluka?! 
Tentu saja, tapi ia sengaja tidak memberitahukan statusnya sebenarnya karena ia memang ingin tahu seberapa jauh hubungan Dessi dan Rangga. 
Apa saja yang mereka lakukan di belakangnya, dan juga ia ingin tahu apakah Rangga pernah mengungkit tentang dirinya dan Della.
Ternyata jawabannya adalah, Tidak. 
Ia juga tahu bahwa dalam hubungan mereka, Dessi yang lebih agresif dibandingkan Rangga, apakah karena Rangga tidak mau menyakiti Dessi makanya ia merahasiakannya? 
Apakah memang Rangga tidak serius dengan Dessi? 
Hanya Rangga yang tahu alasannya.
Kini Ayu kembali merasakan perasaan tidak nyaman dan gelisah yang sama saat berhadapan dengan wanita anggun di hadapannya. 
Cantik, sangat cantik malahan. 
Ayu yakin orang-orang yang mengatakan bahwa ia mirip dengan wanita di hadapannya itu sekarang adalah kesalahan. 
Wanita itu lebih segalanya dari dirinya.
Ya, saat ini ia berhadapan dengan wanita yang pernah ia lihat di foto bersama Alden, namanya Reihana, dia Mommynya Ben Alexander, anak laki-laki tampan dengan lesung pipi yang Della kenalkan tadi pagi. 
Apakah dunia sesempit itu sehingga kini ia harus berhadapan dengan wanita itu? 
Seketika rasa percaya dirinya menciut setelah melihat wanita di hadapannya.
Sikapnya, gaya bicaranya yang anggun dengan senyuman ramah yang selalu menghiasi wajah cantiknya mencerminkan pribadi yang anggun, pintar dan berkelas.
Untung saja, Alden tidak berada di sini saat Reihana mendekati dirinya. 
Ia bisa bertemu Reihana karena ditarik untuk berkenalan oleh Ben. 
Sedangkan Alden sedang keluar gedung, sesaat setelah menerima telepon penting dari kliennya.
“Saya tidak keberatan jika kalian mengunjungiku di galeriku. Datanglah. Saya yakin Della akan senang jika bermain ke sana menemani Ben,” 
Ucap Reihana membuyarkan lamunan Ayu.
“Insya Allah Mbak Hana, terimakasih undangannya. Jika saya ada waktu senggang, saya usahakan mampir ke sana” balas Ayu.
“Ben pasti akan senang sekali jika kalian datang. Della adalah teman pertamanya sejak kami kembali ke Indonesia. Lihatlah wajahnya yang dengan senang hati mengekori Della, ke mana pun ia pergi,” 
Ucap Reihana, sambil memperhatikan tingkah Della dan Ben bersama teman-teman sekelasnya yang lain.
“Oh, mbak Hana baru pindahan ya? Pindah dari mana?”
“Iya, baru sebulanan ini. Karena orang tua sudah tidak mau berjauhan terus dengan saya, dan cucu tersayangnya. Lima tahun di Jerman dan tiga tahun di Singapore.”
“Wah, jadi selama ini di luar negeri ya? Betah ya Mbak di sana?”
“Enggak juga. Di sana saya menjalani pengobatan. Sekarang sudah lebih baik, sudah bisa berjalan walaupun belum bisa lama dan jauh.”
“Oh, maaf, semoga Mbak Hana cepat pulih seperti sediakala.”
“Tidak apa-apa. Hadirnya Ben jadi obat dan vitamin saya, penyemangat saya agar bisa sembuh.”
Pembicaraan mereka terhenti, saat ada sesosok pria tampan datang menghampiri Reihana dan mengusap puncak kepalanya penuh sayang.
“Sorry I’m late,” ucap pria itu.
“Its ok, Ben-nya pun nggak sadar kamu nggak ada di sini. Dia sudah menemukan teman-temannya. Tuh, sama gadis cantik itu.” 
Reihana menunjuk ke arah Ben dan Della.
“Oh ya, kenalkan ini Ayu, Bundanya Della temannya Ben. Ayu kenalkan dokter tampan ini namanya Kyle,” tambah Reihana
Ayu pun menyambut uluran tangan Kyle yang mengarah kepadanya. 
Seketika hatinya tergelitik ingin tahu siapa pria di hadapannya. 
Setidaknya jika Reihana sudah menikah, maka dia mungkin tidak akan mempermasalahkan jika Ayu sekarang berhubungan dengan Alden, mantan calon suaminya dulu.
“I'm Kyle.”
“Saya Ayu.”
“Kyle ini pelindungku, My guardian Angel,” 
Ucap Reihana, sambil mengeratkan genggaman tangannya yang digenggam erat oleh Kyle. 
“Eh, maaf kalau kami kurang sopan. Saya ngerasa cocok banget ngobrol sama kamu, mungkin kita bisa jadi teman dekat,” 
Tambah Reihana sambil tersenyum malu.
“Eh, i-iya Mbak. Anak-anak kita berteman baik, kemungkinan kita juga akan sering ketemu juga ke depannya.”
Ayu memperhatikan interaksi Reihana bersama Kyle yang tampak begitu dekat. 
Ia pernah melihat tatapan pria yang penuh kasih dan tulus seperti itu, pada Alden. Ia yakin pria bernama Kyle itu mencintai Reihana.
🍀🍀🍀
Hatinya bisa tenang menjalani hubungan nya dengan Alden, karena kemungkinan besar kemunculan Reihana tidak seperti cerita-cerita novel yang pernah dibacanya. 
Kemunculan kekasih masa lalu yang berniat merusak kisah cintanya. 
Ayu menggelengkan kepalanya mengusir bayangan-bayangan jelek yang berkelebat di kepalanya. 
Reihana tidak mungkin sejahat tokoh-tokoh fiksi itu. Buktinya, ia kini ia terlihat bahagia bersama anaknya, juga Kyle.
Keluarga yang sempurna, pikirnya.
“Kenapa Ayu? Kamu sakit?” tanya Reihana
“Eh, sa-saya tidak apa-apa, hanya teringat sesuatu.”
Ben dan Della berlarian ke arah mereka.
“Bunda, Daddy mana?”
“Daddy di luar, di mobil kayaknya. Tadi Daddy terima telpon penting. Sudah selesai ya?”
“Sudah Bun, sudah boleh pulang.”
“Yuk, kita cari Daddy.”
Ayu dan Della menghampiri Ben, yang tengah bercerita dengan antusias di depan Reihana dan Kyle.
“Ben, aku pulang duluan ya. Daddy aku udah nunggu di mobil.” 
Della pamit kepada Ben dan keluarganya.
“Oke, besok kita ketemu lagi ya,” 
Balas Ben sambil mengacak-acak poni Della.
“Aishhh ... jangan kayak gitu, nanti aku nggak cantik lagi.” Cemberut Della.
Seketika tawa riuh terdengar mendengar celetukan Della.
“Kamu teman Ben yang paling cantik kok, Sayang,” puji Reihana
“Terima kasih, Tante Hana,” 
Balas Della sambil menampilkan senyum terbaiknya.
“Sama-sama, Sayang. Kami juga pamit ya. Besok kita berjumpa lagi.”
“Iya Tante, bye Ben.”
🍀🍀🍀
Mobil Alden berhenti di depan rumah Ayu. 
Setelah keluar dari sekolah Della, mereka bertiga pergi makan siang bersama dan Alden mengantarkan Ayu pulang karena ia harus segera kembali ke kantornya.
“Kenapa kamu sedari tadi diam saja, Ayu? Ada yang kamu pikirkan?” 
Tanya Alden saat ia tiba di pintu masuk rumah Ayu. Della telah melangkah masuk ke dalam rumah, dan lari ke dapur mencari minuman dingin.
“E-eh, biasa aja kok,” jawab Ayu.
“Aku perhatikan, sejak pulang dari sekolah Della kamu lebih banyak diam dan melamun. Apakah ada sesuatu terjadi?”
“Nggak Al, di sekolah Della nggak terjadi apa-apa kok. Hanya memikirkan hal yang lain.”
Kedua tangan besar Alden menarik tangan Ayu dan menggenggamnya erat, bibirnya menampilkan senyuman terbaik yang pria itu miliki dengan tatapan sayang yang tulus terpancar dari matanya. 
Siapa pun yang melihatnya pasti akan luluh akan tatapannya itu.
“Apa ada hubungannya dengan aku?” tanya Alden lembut.
Ayu menggigit bibir bawahnya pelan mendengar pertanyaan telak Alden, ia menganggukkan kepalanya pelan.
“Ada apa, heum? Aku ingin tak ada rahasia antara kita, yang bisa mengakibatkan kesalahpahaman di kemudian hari. Lebih baik utarakan sekarang,” pinta Alden.
“Tapi jangan marah ya?” 
Jawab Ayu gugup.
Alden tergelak dengan permintaan Ayu, dia mengusap puncak kepala Ayu pelan. 
“Keluarkan saja apa yang ada di dalam kepala mungilmu itu.”
“Ehm, apakah kamu benar-benar sudah yakin memilih aku untuk jadi pendamping hidup kamu? Apa jika Reihana kembali, kamu tidak akan menyesali pilihanmu ini?” 
Ayu mengucapkan pertanyaan nya dengan cepat, tanpa jeda. Ia yakin Alden tidak akan suka jika ia mengungkit masa lalunya.
Benar saja, raut wajah Alden berubah saat nama seseorang hadir diperbincangan mereka.
“Stop!! Jangan sebut lagi namanya! Dari mana kamu tahu tentang dia? Seingatku aku tidak pernah menyebutkan namanya.”
“Itu tidak penting, Al, yang aku ingin tahu hanyalah sikapmu jika ia kembali kepadamu. Apa yang akan kamu lakukan? Aku pernah merasakan bagaimana rasanya tersakiti karena cinta, dan aku tidak mau merasakannya lagi. Apalagi saat ini aku sudah membukakan hatiku untukmu sepenuhnya, aku tak sanggup menanggung kekecewaan lagi disaat nanti hatiku sudah terpaut untukmu. Lebih baik dipikirkan lagi sekarang hubungan kita, sebelum terlalu jauh kita melangkah.”
Alden menarik Ayu ke dalam dada bidangnya dan mendekap erat. 
Dia mengecup puncak kepala kekasihnya.
“Dia hanya masa laluku, semenjak ia memutuskan pergi tanpa penjelasan, tidak pernah mengabari apa-apa, maka sejak itu juga dia keluar dari kehidupanku. Aku tidak peduli jika ia kembali lagi, karena sekarang ada kamu dan Della yang sedang aku perjuangkan. Kamu bukan pelarianku. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Percayalah kepadaku, aku akan membuktikan bahwa cintaku benar-benar tulus untukmu. Kamu boleh bertanya mengenai masa laluku hanya kepadaku, jangan orang lain. Aku akan menjawabnya, walaupun aku enggan untuk menggali luka lama itu lagi,” jelas Alden.
Ayu membalas pelukan erat Alden, berusaha menenangkan hatinya dari kecemasannya yang berlebihan. 
Mungkin ini hanya efek dari novel-novel yang pernah ia baca bahwa seseorang dari masa lalu pasti akan membuat prahara dalam suatu kisah cinta, tapi itu sebenarnya bisa menjadi ujian yang menguatkan cinta mereka. 
Ia yakin kembalinya Reihana bukan berkaitan dengan Alden, apalagi tadi ia lihat wanita itu tampak bahagia bersama Ben dan Kyle walaupun ia tidak tahu seperti apa hubungan mereka. Ayu berharap kali ini kisah cintanya akan bahagia seperti keinginannya.
Ayu tak dapat pungkiri bahwa kehadiran pria yang tengah memeluknya kini sudah memiliki tempat sendiri di dalam hatinya. 
Seseorang yang tak pernah menyerah untuk berada di sisinya. 
Tak pernah mempertanyakan dan mempermasalahkan masa lalunya. 
Yang dia lakukan, hanya mendukung dan memberikan perhatian yang membuat hatinya nyaman saat berada dekat dengannya.

Bersambung

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER