Friday, October 30, 2020

Pelukan Cinta Sang Dosen 12

Pelukan Cinta Sang Dosen 12
By : Fahriani

Malam harinya Adam sudah bersiap untuk pergi ke apartemen Kayla,  sebelum dia berangkat tiba-tiba saja Kayla memutuskan untuk bertemu di salah satu pusat perbelanjaan saja,  ia pun menyetujuinya, karena lebih baik dari pada bertemu di apartemen gadis itu. 

"Makasih ya, Dam,  kamu sudah mau datang," ucap Kayla yang senang karena sang mantan mau datang menemuinya. 

"Iya sama-sama." 

"Oh ya,  aku belum pesankan makanan untuk kamu, Dam,  kamu pesan sendiri ya," ucap Kayla. 

Di tempat yang sama. Hawa yang meminta Rossa menemaninya mencari kado untuk Adam yang akan berulang tahun.

"Cepatan dong, Wa, pilih-pilihnya, lu belanja rempong deh," omel Rossa yang melihat sahabatnya sibuk memilih-milih baju untuk Adam sejak tadi. 

"Woi! Udah dua jam belum nemu juga yang pas?" Rossa meletakan kepalanya di tumpukan Baju pada mall tersebut. 

"Gua tidak tahu ukurannya, Ssa," ucap Hawa dengan polosnya. 

"Emang lu tidak nanya apa?" 

Hawa pun menggelengkan kepalanya, membuat Rossa sedikit meradang. 

"Gimana sih lu? " ucap Rossa yang gregetan melihat Hawa kebingungan. 

"Lu tau ukuran baju kak Haikal?" tanya Hawa. 

"Tahu lah!" jawab Rossa. 

"Ya udah,  berarti ukurannya sama,  gak beda-beda jauh kok badan mereka menurut aku. 

Gadis itu pun melanjutkan pencariannya. Hawa bertanya mengenai hubungan sahabatnya dengan Haikal. 

"Sha, Lu seriusan sama kak Haikal ya?"

"Serius lah ... emangnya lu aja yang mau serius dengan Pak Adam?"

Hawa hanya tersenyum mendengar jawaban Rossa. 

***

"Dam, aku mau kasih sesuatu buat Hawa dan kamu," ucap Kayla. 

"Untuk apa?" ucap Adam. 

"Kalau untuk kamu karena mau ulang tahun,  untuk Hawa karena aku bersalah dengan dia dan ini hanya sebagai perminta maaf saja,  mau ya bantu gua cariin barangnya," ucap Kayla. 

"Ya sudah," ucap Adam. 

"cepatan habisin makanananya," ucap Kayla. 
____

Selesai makan,  mereka pun ke toko baju yang ada di mall tersebut. 

"Udah belom, Haura?" Rossa melorotkan tubuhnya lalu menselonjorkan kakinya di lantai.

"Bawel ikh, belum!" 

"Lama amat sih ...!"

"Mana yang bagus nih ... " 

Hawa menunjukan baju- baju yang dipilihnya. 

"Semuanya bagus Haura Natasyah putri!" 

"Kok kesel sih," cibir Hawa sambil mengerucutkan bibirnya. 

"Gua bete lama-lama di mall ini."

"Sudah! Bangun yuk ...," ucap Hawa yang sudah mendapatkan pilihannya. 

Saat mereka berjalan ke kasir, Rossa melihat Adam dan Kayla yang sedang memilih baju. Gadis tomboy itu melihat mereka sedang tertawa dan bercanda memilih baju yang dicocokkan Adam pada Kayla. 

"Gua tidak salah lihat, Kak Adam dan Kayla?"

"Apa Sha? Kak Adam ...?" ucap Hawa dan yang melihat Adam dan Kayla. 

"Wa, lu tidak berpikiran jelekkan?" 

Namun, Hawa hanya terdiam melihat apa yang baru dilihatnya, keberanian untuk mendekati Adam surut seketika, saat dia memergoki kekasihnya sedang bersama dengan wanita lain. 

"Hawa ...?" sapa Rossa. 

"Pulang sekarang!" Hawa berlari keluar dari toko baju tersebut, dan disusul oleh Rossa. 

"Hawa! Tunggu, lu tidak boleh seperti ini!"

"Apa yang gua lihat sudah cukup, Sha,  selama ini gua udah percaya sama dia,  gua tidak perduli tentang masa lalunya." 

"Tapi apa ... yang barusan gua lihat tadi itu udah cukup,  dan gua memutuskan batal menikah dengan dia," ucap Hawa sambil menangis. 

"Ini yang gua tak pernah suka dari lu, terlalu cepat mengambil keputusan,  bisa tidak ..., sekali aja lu tidak gegabah dalam mengambil keputusan?" 

"Apalagi saat keadaan lu seperti ini,  gua mau sekarang lu tanya dulu pada Pak Adam, Wa,  ayo kita samperin," ajak Rossa. 

"Enggak! Keputusan gua udah bulat, sekarang pulang!" 

"Ya udah, gua yang bawa motornya,  gua tidak mau lu yang bawa!" ucap Ocha.

"Gak!"

"Susah banget lu dikasih tau, Wa, siniin kuncinya!" pekik Rossa. 

"Lu mau ikut atau tidak terserah,  gua mau pulang!"  ucap Hawa. 

Saat Rossa hendak mengejar Hawa. dirinya tersandung, belum sempat ia bangun tiba-tiba sebuah motor yang melaju dengan kecepatan tinggi menghantam tubuhnya. 

Sehingga membuat tubuhnya terlempar kembali, Hawa mendengar teriakan sahabatnya yang sudah tak berdaya dan berlumuran darah. 

Hawa berteriak minta tolong,  saat itu Adam dan Kayla yang baru saja keluar dari mall, melihat keramain langsung mendekatinya, melihat Rossa yang masih terbaring tidak berdaya. 

Adam langsung mengangkat tubuh Rossa dan membawanya ke rumah sakit.

***

Dokter pun keluar dari ruang IGD, dan menyampaikan jika Rossa sudah tidak dapat diselamatkan, gadis itu banyak kehilangan darah. 

Hawa merasa terpukul dan bersalah pada Rossa, membuatnya menangis histeris, melihat sang kekasih yang terpukul atas kehilangan sahabatnya, Adam berusaha menguatkannya. 

"Pergi!" ucap Hawa pada Adam. 

"Kamu kenapa, Wa? Kenapa aku diusir? " 

"Diam!"  bentak Hawa. 

Adam berpikiran Hawa seperti ini karena kepergian sahabatnya, dia berusaha menenangkannya, saat Adam ingin kembali mendekati, ia mendorong keras pemuda itu. 

"Jangan sentuh saya," ucap Hawa. 

Tidak berapa lama kemudian datang orang tua Rossa dan Haikal. Gadis itu memeluk Haikal dan menangis. Adam merasa heran dengan sikap Hawa padanya, Haikal pun berusaha menenangkan gadis itu.  

Saat melihat mama Rossa,  tangis Hawa semakin menjadi. "Tante ... Ini gara-gara Hawa, Tante ...," ucap Hawa yang terus merasa bersalah. 

Wanita paruh baya itu begitu tegar dengan kepergian anaknya ikut menguatkan Hawa. "Bukan karena kamu sayang,  ini memang sudah keputusan Allah,  batas usia Rossa hanya sampai saat ini,  kamu tak perlu merasa bersalah seperti ini," ucap wanita paruh baya itu. 

"Nggak tante,  andai Hawa tidak ngajak Rossa pergi, mau menuruti kata-katanya, dan tidak ninggalin dia,  Rossa tidak bakalan seperti ini, Tante." 

Hawa masih terus menangis. 

"Tante sudah ikhlas, Sayang, kamu juga harus ikhlas ya atas kepergian Rossa,  bantu doa untuk dia, " ucap wanita paruh baya itu sambil memeluk Hawa. 

***

Selesai pemakaman Rossa

Adam mencoba mendekat kepada Hawa lagi,  tetapi dia terus menghindari Adam,  bahkan diajak bicara ia tidak memperdulikan pemuda itu sama sekali. 

"Hawa kenapa sikapnya gua perhatikan seperti itu, Dam?" tanya Haikal yang merasakan juga atas  keanehan sikap Hawa. 

"Gak tau Kal,  dari kemaren dia tidak mau gua dekati,  bahkan kalau ditanya, dia marah sama gua," jawab Adam. 

"Ya  sudah, tunggu dia tenang aja dulu,  baru tanya sikapnya kenapa seperti itu pada lu."

Adam mengangguk. 

"Iya, buat lu, Kal yang sabar ya, gua tau lu sayang Rossa,  tapi Allah lebih sayang dia," ucap Adam pada Haikal. 

"Thanks, Dam,  in syaa Allah gua udah ikhlas, kok."

___

Doni yang melihat Hawa masih terus menangisi kepergian sahabatnya, sambil melihat foto-foto kebersamaannya bersama Rossa, mencoba mendekati adiknya itu. 

"Dek ... udah dong, Kakak tak mau kamu terus seperti ini,  kakak takut kamu ngedrop kalau terus-terusan menangis seperti ini, Dek. Rossa udah tenang di sana, kalau kamu sedih,  itu nanti akan menghambat perjalanannya."

"Kakak yakin Rossa juga tidak mau kamu terus-terusan seperti ini."

Hawa memeluk kakaknya itu, masih terus menangis di pelukan Doni, sambil sesegukan ia menceritakan kejadian sebenarnya sama pemuda itu kenapa Rossa sampai bisa celaka. 

"Rossa benar,  kamu tidak boleh berpikiran jelek dulu, kamu tanyakan sama Adam hal yang sebenarnya dahulu. " 

"Untuk apa, Kak?  Semua udah jelas,  aku udah tidak percaya sama dia, padahal, selama ini aku selalu percaya dia. " 

"Kakak tidak mau kamu mengambil keputusan sebelah pihak begini,  ingat pernikahan kalian sudah dekat,  sudah 80% hampir selesai. " 

"Tapi, Kak ...," ucap Hawa

"Pokoknya kakak tidak mau kamu mengambil keputusan itu, apalagi dalam keadaan seperti ini,  kamu harus mendengarkan penjelasan Adam dulu," ucap Doni. 

"Sekarang istirahat dan tidur,  biar besok pagi kamu fresh lagi," titah Doni. 

"Iya, Kak," ucap Hawa. 

***

Hawa menerima beberapa pesan chat dari Adam. Namun, tidak satu pun yang dibalas oleh Hawa. 

[Bagaimana keadaan kamu?] 

[Wa,  jawab telpon saya.] 

[Wa,  kamu masih sedih ya, Sayang?] 

[Sayang,  kenapa tidak dibalas, jawab dong, aku benar-benar khawatir dengan Kamu.]

[Kamu balas pesanku atau aku ke rumahmu  ... Aku tak mau kamu seperti ini.] 

Namun, pesan Adam tak kunjung berbalas. 
Kesal melanda dirinya, dia membanting ponselnya. 

[Ok, aku ke rumah kamu,  sekarang.]

Hawa masih tak mau membalas pesan dari Adam,  dan berpikiran mana mungkin dia akan datang ke rumahnya malam- malam seperti ini. 

Lima belas menit kemudian.... 

[Aku udah di depan rumah kamu, turun dong,  buka pintunya.]

Setelah menunggu 15 menit di luar Hawa tetap tidak mau menemui Adam. Kembali pemuda itu mengirim pesan pada Hawa. 

[Aku tak akan pulang,  jika kamu tidak ngebuka pintu, Aku akan tunggu kamu di luar sampai  menemuiku] .¡

'Gila nih orang,' gumam Hawa. 

"TERSERAH!" Hawa membalas pesan chat Adam. 

Doni yang menyadari ada orang di depan rumahnya keluar dan membukakan pintu. "Dam,  sejak kapan kamu di luar?  Kenapa tak manggil? " tanya Doni heran. 

"Sejak tadi, Kak,  aku nunggu Hawa mau menemuiku."

"Aku bingung dan tak tau kenapa dua  hari ini sikapnya beda banget, dia tidak mau menjawab telponku,  tidak mau bicara." 

"Saat aku mencoba mendekatinya, dia menghindar terus," jawab Adam. 

"Kamu punya salah tidak?" tanya Doni yang sebenarnya sudah tau kalau adiknya cemburu pada Adam.

"Aku pribadi ngerasa tak ada salah." 

Adam menginginkan jika Hawa bicara,  andai saja dirinya ada salah, jangan mendiamkan seperti ini. 

Doni pun menanyakan tentang apa yang diceritakan Hawa pada Adam. Mendengar penjelasan Doni, dirinya tersenyum, kini dia mengerti kenapa Hawa berubah.

"Hawa itu cemburu, Kak, dia salah paham,  saya akan telpon Kayla,  biar kak Doni juga tau cerita yang sebenarnya."

Adam pun menelpon Kayla, dan meminta sang mantan kekasih menjelaskan pada Doni cerita sebenarnya. Gadis itu pun menceritakan hal yang sebenarnya via telpon pada Doni. 

"Adek gua bisa cemburu juga ternyata," ucap Doni. 

"Tapi salahnya kamu, Dam, kenapa kamu tak cerita pada Hawa kalau mau bertemu Kayla."

"Itulah kesalahan saya,  karena saya tak mau Hawa khawatir, Kak. "

Sebentar aku panggil Hawa ya, kamu tunggu di sini. 

Doni mengetuk pintu kamar Hawa. "Dek ... Dah tidur ya?" 

Namun, Hawa tidak menjawab. "Dek,  di bawah ada Adam tuh,  kasih kesempatan dia menjelaskan kejadian sebenarnya dong." 

"Suruh pulang aja, aku ngantuk."

"Ya udah deh." 

Doni keluar dari kamar Hawa dan kembali menemui Adam. "Dam, Adek gua tidak mau,  masih ngambek dia."

"Gak apa-apa, Kak, aku tunggu sampai Hawa mau keluar"

"Masuk gih, di luar hujan, kamu inap aja di sini." 

"Aku di sini aja, kalau Hawa keras,  aku juga bisa keras, kakak masuk aja udah malam juga,  aku tetap tunggu Hawa sampai pagi." 

"Ini hujan Adam! Kamu mau nunggu Hawa sampai pagi ya tunggu,  tapi di dalam."

"Aku di luar aja, Kak."

"Ah pusing deh gua lihat kalian, terserah lu deh! Ya udah aku tunggu di dalam, kalau kamu mau masuk, nanti masuk aja, pintu tak gua kunci,"

"Iya, Kak," jawab Adam

***

Hujan semakin deras, Adam berlari ke arah motornya yang terparkir, dia berdiri dekat kendaraan roda dua itu. Mengarah pada jendela kamar Hawa. 

Doni yang melihat Adam, mengambil payung,  dan menyusul Adam. "Kamu ngapain ... masuk! " perintah Doni. 

"Aku tak apa- apa, Kak, biar aku tetap berdiri di sini,  sampai Hawa memaafkan aku." 

"Kamu jangan gila deh, Dam,  kamu sakit nanti,  ini tengah malam .... " 

"Demi maaf Hawa." 

"Kalo dia tetap tak mau keluar bagaimana? " 

"Aku tetap berdiri di sini." 

Doni mulai kesal juga terhadap Adam, dan meninggalkan pemuda yang masih setia di bawah guyuran hujan. 

Doni yang sudah masuk ke rumah menjadi tidak dapat tidur,  kepikiran Adam yang lagi hujan- hujanan demi maaf adiknya. Ia pun kembali memujuk Hawa. 

"Dek, kakak tau kamu belum tidur."

"Kenapa sih, Kak, dia dah pulangkan? " 

"Cie ... yang nanyain,  dia gak pulang,  sekarang kamu lihat ke luar jendela gih,  ada apa coba." 

Hawa bangun dan menuju jendela kamarnya, mengintip ke arah luar. 

"Ngapain sih ...  hujan-hujanan malam-malam begini,  tak ada kerjaan! " dumel Hawa. 

"Bo do ah .... " 

"Kok bo do,  kalau anak orang mati gimana? Sekarang jam berapa nih." 

Hawa kembali mengintip dari jendela,  melihat Adam yang sudah mulai menginggil kedinginan. 

"Masih tega juga melihat dia seperti itu?"

Hawa berlari turun menemui Adam. 

"Dasar cowok gila! Bodoh! Pulang sana!" bentak Hawa.

Maafin aku, Wa ..."  

Belum sempat menjawab, karena kedinginan Hawa yang tak kuat membuatnya terjatuh,  dan Adam langsung membawa Hawa ke dalam rumah. 

"Sudah, sekarang minum dulu,  habis tuh istirahat,  kamu tidur di kamar tamu, Dam, dan besok bicarakan masalah kalian."

Bersambung

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER