Wednesday, October 28, 2020

Pelukan Cinta Sang Dosen 07

Pelukan Cinta Sang Dokter 07

Hawa yang terbangun, ia melihat Adam yang masih menemaninya sedang tertidur dengan posisi duduk dan kepala menyandar di bantalan kursi. 

'Kasihan juga,' gumamnya. 

Adam yang sudah bangun sejak tadi, ia hanya memejamkan mata. Dirinya menyadari jika gadis yang sedang terbaring itu sedang memperhatikannya. 

'Hawa, kamu memperhatikan saya. Kamu lucu, Wa,  egomu terlalu tinggi  untuk mengakui rasa yang sama seperti yang aku rasakan terhadapmu,' ucap Adam dalam hatinya. 

Adam bangun dan  berjalan mendekati Hawa, gadis itu kembali memejamkan matanya. 

"Tidak usah pura-pura tidur, saya tahu, kamu sudah bangun dari tadi." 

Hawa membuka matanya. "Pak Adam, tak ke kampus?" 

"Saya sudah tidak ada jadwal, oh ya kamu mau makan apa?" 

"Saya makan, makanan dari rumah sakit saja nanti, sekarang ... saya pengen keluar jalan-jalan, saya sudah suntuk di kamar terus."

"Jangan dulu, Wa," cegah Adam. Namun, Hawa tetap berkeras pengen keluar. 

"Ok, saya bantu ya?" pinta Adam. 

"Saya bisa sendiri, Pak,  sudah! Pak Adam, minggir saja."  

"Tapi, Wa ...." 

Belum selesai Adam bicara, Hawa terjatuh, dan dirinya kaget karena tak dapat berdiri. 

'Kakiku? kenapa sakit sekali, kenapa aku tak bisa berdiri.'

Air mata Hawa pun, sudah mulai mengalir di pipinya. Adam panik melihat Hawa, ia mencoba membantu gadis itu untuk berdiri. 

"Saya, bantu kamu naik lagi ke ranjang ya? " bujuk Adam. 

"Tidak! Saya, bisa sendiri!" bentak Hawa. 

Hawa mencoba berdiri lagi tapi gagal, tangis Hawa semakin menjadi,  dia memukuli kakinya. 

"Aku tak ingin lumpuh!" teriak Hawa sambil menangis. 

Adam mencoba kembali mendekat dan menenangkan Hawa. Ia menerangkan jika gadis itu tidak lumpuh, hanya saja tak dapat berjalan sementara tanpa alat bantu. Akibat cidera pada kakinya yang terjepit sewaktu kecelakaan. 

"Sekarang, saya bantu kamu naik ke ranjang lagi." 

Adam mencoba memegang Hawa. Namun, ia mendorongnya keras. 

"Tidak mau!" bentak Hawa.

Adam kehilangan kesabarannya, tanpa basa-basi langsung mengangkat tubuh Hawa, dan meletakannya di ranjang. 

"Lepasin saya, Pak. Jangan modus deh, karena saya tidak bisa apa-apa, lantas bapak mau macem-macemin saya,"  omel Hawa. 

Adam mendekati wajahnya pada telinga Hawa. Mengatakan jika ingin modus dan berniat jelek sudah dilakukannya sejak kemarin malam saat berduaan saja dengan gadis itu. Bukankah menjadi kesempatan untuknya. 

Hawa tertunduk, menyimpan  rona di wajahnya yang terlihat memerah karena menahan malu. 

*

Kini Hawa akan memulai aktivitasnya kembali di kampus, setelah beberapa hari dirawat pasca kecelakaan dirinya.  

Doni yang melihat Hawa yang belum terbiasa menggunakan alat penyangga untuk berjalan merasa kasihan. 

"Sulit ya, Dek?" 

"Tidak, Kak. Mungkin ... karena belum terbiasa saja dan sedikit capek sih," jawab Hawa. 

"Ya sudah, pelan-pelan saja."

Hawa memikirkan dirinya saat di kampus nanti, bagaimana caranya jika dia berkuliah di lantai atas. 

"Kakak yang gendong kamu."

"Terus, pulangnya bagaimana?" 

"Aduh, iya bagaimana ya, ehm ... minta tolong Haikal ya? " jawab Doni. 

"Kak Haikal? Enak banget dia gendong-gendong aku .... " 

Doni hanya tersenyum mendengar jawaban adiknya itu, Hawa yang hendak memasukan roti ke mulutnya, tiba-tiba sebuah tangan mengambilnya. 

Haikal yang baru saja datang langsung menyambar roti yang hendak dimakan Hawa. 

"Bawel! Emangnya kenapa kalau aku gendong,  dulu kamu waktu kecil sering minta gendong sama aku," jawab Haikal sambil memakan roti yang dirampasnya dari Hawa. 

"Roti ... aku! Kak!" pekik Hawa. 

Doni hanya dapat menutup telinganya, melihat kelakuan adik dan temannya itu. Jika bertemu selalu saja ribut layaknya tom dan jerry. 

"Ngapain ke sini?" tanya Hawa. 

"Mau numpang sarapan." 

Doni menjelaskan jika dirinya yang meminta bantuan Haikal untuk mengantar sang adik ke kampus, karena ia sibuk. Banyak pekerjaan yang tertinggal saat mengurus adik tersayangnya sewaktu di rumah sakit. 

"Kakak belum ijinkan kamu menyetir, Dek." 

"Tuh! Dengerin," ledek Haikal. 

"Kenapa kak Haikal? Kok bukan kakak? Katanya, kak Doni yang mau anterin aku  setiap hari," protes Hawa. 

"Bawel amat sih lu, Wa, kakak lu sibuk, manja amat jadi anak."

"Maafin kakak, Dek. Haikal benar,  hari ini kakak sibuk banget,  banyak kerjaan yang tertinggal waktu kamu di rumah sakit, maaf ya, Sayang,  mulai besok kakak yang antar kamu," jawab Doni. 

"Iya-iya ... maafin aku, Kak. Udah banyak merepotin Kak Doni."  

Selesai sarapan Doni pun pamit pada Hawa dan Haikal untuk berangkat duluan ke kantor. 

"Jaga adik gua, Kal,  awas lu macem-macem ya ...," ucap Doni

"Siap! Komandan," jawab Haikal. 

*

"Eh, bawel,  yok berangkat," ajak Haikal. 

"Ogah! Noh kunci,  pergi sana sendiri,  aku males,"  jawab Hawa. 

Haikal sedikit bingung menghadapi sikap kolokan adik temannya itu, akhirnya dia mendapatkan ide agar Hawa mau ikut dengannya. 

"Gua telpon Adam nih, tinggal pilih ...  dijemput Adam, apa pergi sama aku, " ancam Haikal. 

Haikal tahu pasti, Hawa tak akan berani membantah jika mendengar nama Adam. 

"Dasar! Buaya, tukang ngadu, yok berangkat!" ucap Hawa. 

*

KAMPUS

"Gua kangen banget sama elu, Wa,"  ucap Dara langsung memeluk Hawa ketika melihat dia datang, begitu juga dengan Alya dan Rossa. 

"Eh ... petasan banting,  lu ikut gua bentar deh," ucap Haikal pada Rossa. 

"Eh!  Buaya! Lu tau nama gua,  Rossa! Enak aja ganti-ganti nama gua, tak mau!" 

"Ayo ... ikut!" paksa Haikal

"Tidak mau! Gua pengen kangen-kangenan sama Hawa dulu," ucap Rossa. 

Melihat keduanya Alya dan Dara saling pandang, menahan tawa. 

"Fix Jodoh!" ucap Alya. 

"Jodoh? Gak!" jawab Rossa dan Haikal berbarengan. 

"Ngomong aja barengan,  udah fix jodoh, iya kan, Wa?" ledek Alya

"Amit-amit dah, kalau gua sama buaya ini," jawab Rossa. 

"Apalagi gua,  bisa budek kuping denger lu teriak-teriak kalau ngomong,  anak kota kaya' tinggal di hutan,  pacaran sana sama tarzan." balas Haikal. 

"Diam!" 

Haikal menggaruk kepalanya. 

"Udah deh, Sha,  nanti aja lu  kangen-kangenan sama Hawa, ini lebih penting, Ayo!" Haikal langsung menarik lengan Rossa. 

*

"Ya udah, kita masuk yuk, kamu pelan-pelan aja, Wa," ucap Dara. 

"Haikal tidak tanggung jawab banget sih,  padahal dia disuruh kakakku, buat anterin aku ke kelas," ucap Hawa. 

"Bareng kita aja, sini barang-barang lu gua yang bawa," ucap Alya. 

"Maafin aku ya, Al,  Dara, aku banyak merepotkan kalian."

"Tak ada kata repot untuk sahabat, Wa," jawab Alya. 

Saat Hawa hendak menaiki anak tangga, Adam melihat Hawa kesusahan dengan dirinya sendiri, lalu menghampirinya. 

"Saya tidak suka, jika ada mahasiswa yang telat masuk kelas saya." 

Adam langsung menggendong Hawa ala bridal style dan membawanya ke kelas.

"Lepasin saya, Pak, saya malu di 
lihatin teman yang lain, jangan modus deh," ucap Hawa.

Namun, Adam tidak memperdulikannya, dan langsung menuju ke kelas. 

"Wah ... bakalan ada perang dunia perkampusan antara dosen dan mahasiswa, nih." 

"Hahahah, kakak gua kok bisa berubah gitu ya," ucap Dara.

"Kita tunggu kisah selanjutnnya," jawab Alya sambil tertawa. Lalu menyusul ke kelas. 

__

TAMAN

"Mau bawa gua ke mana sih lu buaya?"  tanya Rossa. 

"Berisik! Gua cium juga lu," jawab Haikal. 

"Berani ...!  Gua gampar, lu!" balas Rossa. 

"Nih, mau yang mana? kiri apa kanan, kejam lu petasan ... masa air susu, lu balas tuba." 

"Gak lucu!" 

"Gua juga tidak ngelawak! Wajarlah tak lucu, aneh lu!" 

Hening.... 

"Sha,  Gua seneng banget bikin lu marah, tau tidak kenapa?" 

"Bodo!" 

Haikal tertawa, "Karena kalau lu marah tambah cantik," goda Haikal. 

"Sekali lagi lu ngegembel,  gua siram lu!" 

"Pake apa? " tanya Haikal

"Cinta! Eh.... " Rossa menutup mulutnya, sadar akan keceplosannya. 

"Apa? Gua mau," jawab Haikal sambil tertawa. 

"Becanda buaya ...,"  tegas Rossa. . 

"Serius juga tak apa-apa, gua mau kok." 

"Udah, cepat emangnya ... kakak mau ngomong apa sama aku?" tanya Rossa dengan nada lembut. 

Haikal melongo sedikit  kaget, seorang Rossa bisa bicara selembut itu.  Lama merasa di perhatikan Haikal, gadis itu kembali berteriak. 

"Buaya!  gua nanya,  kok lu malah ngelongo sih,  beneran lu naksir gua ya?" pekik Rossa yang membuat Haikal kaget. 

Haikal menarik rambut Rossa. "Gua tak budek woi! lu makan toa ya? Suara kok kenceng amat!" ucap  Haikal, sambil memegangi telinganya. 

"Gua mau ajak lu kerja sama," ucap Haikal. 

"Untuk? Awas! Lu melongo lagi, gua getok pake sepatu," ancam Rossa. . 

"Untuk menyatukan Hawa dan Adam,  bagaimana setuju tidak? " 

"Mau ... mau deal, " ucap Rossa dengan semangat. 

"Tapi ... lu udah tidak apa-apakan, Sha? Masih ada rasa gitu pada Adam?" tanya Haikal. 

"Gua? Sudah tidak apa-apa kok, gua ikhlas, Kak, ... Demi Tuhan, gua ikhlas, "jawab Rossa. .

"Alhamdulillah, gua juga ikhlas kok, kalo lu mau jadi pacar gua," ucap Haikal. 

"Becanda lagi,  beneran gua getok lu pake hells gua nih," ancam Rossa. 

"Rossa, sang petasan banting tercantik di kampus ini, gua serius kok,  sebenarnya ... gua suka elu, Sha," 

"Bodo amat!  Bye ... gua mau sama Hawa dan kawan-kawan,  daaaahhh." Rossa pun meninggalkan Haikal sendiri di taman. 

"Gua, akan bantu obati luka hati lu petasan banting,  ahhhh ..., "  ucap Haikal,  

__

Hawa kini sudah mulai terbiasa berjalan dengan penyanggahnya, sudah dua bulan dia menggunakan alat itu,  tetapi dia masih belum dapat berjalan dengan normal kembali,  dan dirinya masih harus latihan dan terapi. 

TAMAN KAMPUS

"Kalian ada yang bisa temani aku terapi tidak, sore ini?" tanya Hawa kepada ketiga temannnya. 

"Aku tidak bisa, Wa. Maaf ya," jawab Alya dan Dara.

"Kamu, Sha? " 

"Gua juga tidak bisa, Sayang, kalau nggak batalin aja deh janji gua, untuk temani lu," jawab Rossa.

"Gak usah, Sha,  biar aku minta tolong sama Haikal aja."

"Saya yang yang menemani kamu," ucap Adam yang tiba-tiba muncul. 

"Nah ... Pak Adam, bisa kan, Pak? " tanya Rossa dengan semangat. 

Adam mengangguk. 

"Tidak usah, Pak, terimakasih," ucap Hawa. 

Adam mengatakan jika Doni yang meminta tolong padanya. Karena Haikal. Juga sibuk mengenai skripsinya. Ia tak ingin gadis itu mengulur waktu untuk latihan. Hawa hanya diam dan tidak membantah Adam lagi. 

"Sebelum ke tempat terapi, sekarang kita latihan di sini, ayo! Kita coba, Wa," usul Alya. 

"Iya, setuju! Kita latihan di sini dulu. Lepas pelan-pelan,  jangan takut kita pegangin." timpal Dara.

"Setuju!" jawab Adam. 

"Guys, gua pamit dulu ya,  ada urusan, " ucap Rossa,  lalu berlalu meninggalkan mereka. 

"Ayo!  Kita mulai ya ...," ucap Alya. 

Adam berdiri tepat di hadapan Hawa,  dan perlahan gadis itu melepaskan penyanggahnya, dibantu oleh kedua temannya. 

Adam menyarankan agar Hawa melangkahkan secara perlahan-lahan. 

"Pelan-pelan, sekarang ... langkahkan kaki kamu, Wa," ucap Adam.

Hawa melangkahkan perlahan dan dipegangin kedua temannya. 

"Sakit ...," ucap Hawa pelan. 

"Sabar," jawab Alya. 

Hawa mulai berjalan selangkah dua langkah,  dan Dara pun melepaskan pegangannya pada Hawa perlahan. 

"Ayo terus, Wa, semangaat!" ucap kedua sahabatnya itu. 

Tak sengaja Hawa tersandung oleh kakinya sendiri, dengan cepat Adam menangkap tubuh gadis itu dari depan. 

Adam dan Hawa terjatuh bersamaan. Pemuda itu tidak dapat menahan tubuh Hawa yang terjatuh tepat berada di atas tubuhnya. 

"Ehm ... gua tidak mau lihat, Dar," ucap Alya menutup matanya.

"Gua fotoin, ah! Ini so sweet banget," ucap Dara. 

Adam menggeser tubuh Hawa pelan ke sampingnya, dan membantu membenarkan posisi gadis itu. 

"Maaf, Pak." ucap Hawa dengan wajah yang memerah menahan malu. 

"Iya, tidsk apa-apa, Wa." 

'Kamu tak tau aja, Wa,  rasanya ... jantung ini detaknya lebih kencang dibandingkan ketika aku habis lari maraton,' gumam Adam. 

Adam memegangi Hawa dan membantunya bangun lalu membawanya duduk di bangku taman. 

"Ayo, saya bantu duduk di bangku itu."

"Kalian kenapa? Teman jatuh,  malah diketawain, bukan dibantuin," omel Hawa. 

"Gua Kaget, sumpah! Romantis banget ...!" goda Alya. 

---

Adam membawakan minuman buat Hawa, menyuruh gadis itu minum. Dara yang melihat sang kakak hanya memberikannya kepada sahabatnya menimbulkan nada protes. 

"Masa' Hawa aja sih kak ... kita mana?" 

"Nih ...!" Adam mengepalkan tangannya ke arah Dara. 

"Kejam!" Gadis itu mengerucutkan bibirnya. 

"Pelit!" timpalnya lagi

"Biarin, mana handphone?" tanya Adam pada Dara. 

"Untuk apa?" jawab Dara Sambil memberikan ponselnya. 

"Dasar! Anak kecil, mau ngerjain kakaknya,"  Adam menghapus foto dirinya bersama Hawa saat terjatuh tadi. 

"Hapus aja, masih ada kok," ledek Dara lalu menarik Alya lari. 

"Dasar. Bocah!" 

*

Kini Hawa sudah dapat berjalan seperti semula kembali. 

Hawa dan Adam yang menggunakan motor di perjalanan terkena hujan deras, dan meraka berhenti untuk berteduh. 

"Wa, kenapa kamu masih bersikap seperti ini pada saya," tanya Adam. 

Hawa sama sekali tidak menjawab pertanyaan Adam, matanya menatap  lurus ke depan, melihat hujan yang turun. 

"Diam dan diam lagi,  salah saya apa sih? Sehingga saya tidak boleh untuk mendekati kamu," tanya Adam. 

"Salah mencintai," jawab Hawa. 

"Salah? Kamu yang menutup diri untuk saya." 

Namun, Hawa sama sekali tidak menanggapi omongan Adam. 

"Hujan sudah berhenti,  kita pulang, Pak," ucap Hawa. 

Adam pun menurutinya dan mencoba bersabar atas sikap gadis itu padanya

**

Sehabis maghrib, kini Hawa sudah sampai di rumahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering, dan menerima telepon dari Rossa. 

[Wa ... Tolongin gua....] 

[Lu, Kenapa Sha?] 

Namun, tak terdengar jawaban Rossa lagi, Hawa mendengar suara berisik dan orang  marah-marah, ia mendengar suara teriakan sahabatnya itu. 

[Jemput gua di taman belakang kafe kenangan, tolongin gua, Wa] 

Suara telepon pun terputus. 

Hawa menutup teleponnya, langsung bergegas ke taman di dekat kafe tersebut. Di perjalanan dia mencoba menelpon Haikal,  tetapi tidak di jawab. 

Sesampai di taman Hawa menelpon Rossa kembali,  tetapi nomornya sudah tidak aktif lagi. 

'Ya Allah, Sha ... Kamu di mana...,' gumam Hawa, gadis itu gelisah. 

Ia mencoba kembali menelpon Haikal, rasa gelisah semakin menggelayut, nomor lelaki itu tidak dapat dihubungi. 

'Kak Haikal di telepon tidak jawab lagi,' dumel Hawa. 

'Mana sepi, tolong aku ya ... Allah,' ucap Hawa dalam gelisahnya. 

Tiba-tiba Hawa melihat sosok bayangan berjalan ke arahnya, dirinya sangat mengenal sosok itu.

Bersambung

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER