Friday, June 5, 2020

CINTA SEORANG IBU PENGGANTI 20a

Part 20a
A SURROGATE MOTHER
( CINTA SEORANG IBU PENGGANTI )


Setiap malam, setiap ada kesempatan, William berdoa dan bersujud agar hatinya diberi keikhalasan dan kesabaran ketika mengetahui Kirana akan menikah. Tapi yang namanya hati terkadang tidak bisa diajak kompromi, dia terus mengusik dan mengganggu ketenangan sang pemilik hingga tidak konsen dalam bekerja.

Niatan untuk memperbaiki hubungan dengan sang istri yang telah dinikahi lebih dari lima belas tahun terasa berat. Karena Anna masih enggan untuk berubah bahkan ketika diminta minimal berkerudung dulu. Dia tetap menolak.

"Ga penting pake jilbab kalau hati ga di jilbabin. Banyak noh yang pake jilbab tapi tukang tipu, jadi lebih baik aku jilbabin hati aja dulu," tolak Anna ketika William memintanya berkerudung. Entah bagaimana cara menjilbabi hati, karena hati dan jilbab dua hal yang berbeda.

"Ann, aku ingin kita lebih baik dan lebih tenang dalam menjalani sisa hidup. Karena kita tidak tahu akhir hidup kita. Apalagi kita tidak memiliki keturunan."

"Sudahlah, Will. Aku bosan debat sama kamu, sok alim. Padahal cuma muallaf juga. Sok tahu!" Anna terus saja mengumpat.

Pria itu menyerah, meski tetap berterima kasih dan berusaha bersikap baik pada Anna karena dialah yang mengenalkan agama pada dirinya sebelum menikah. Meski hanya sebatas agama warisan, dan tak melakukan pencarian serta pemahaman dengan memperdalam ajarannya.

Dalam kekosongan diri pasca kepergian Rayyan karena memilih ibunya, William sering berdiskusi dengan Ustadz Misbah. Dia ceritakan sulitnya mengajak Anna berubah, padahal dia ingin kehidupan baru yang lebih menenangkan.

"Merubah orang lain memang hal paling sulit di dunia, jadi yang bisa anda lakukan adalah berdoa. Setelah itu, Anda juga harus menunjukkan betapa perubahan yang Anda lakukan benar-benar layak ditiru." Ustadz Misbah tersenyum.

Tak lama ponsel William bergetar, dia segera memeriksa pesan. Dari Rayyan, mengabarkan bahwa Kirana dan Wildan telah resmi menjadi sepasang suami istri. Seketika dadanya seperti tertindih batu besar. Sesak, sakit dan sulit menggerakkan tubuhnya.

Dia hanya membalas 'apa kau senang?', lalu dijawab 'ya' oleh Rayyan. Hatinya semakin sakit dan merintih. Hingga hanya mampu mengatakan 'ikut berbahagia'. Setelah itu ponsel terlepas dari tangannya dan dia hanya memijat batang hidung sembari berusaha menahan tangis.

"Ada apa lagi, Mister?" Ustadz Misbah heran.

William mengangkat wajah, lalu dia berusaha menguatkan diri.

"Orang yang saya cintai menikah," jawabnya singkat.

Ustadz Misbah mengerutkan alis karena bingung. Bukankah William sudah punya istri? Lalu siapa yang menikah dan disebut orang yang dicintai?

"Izinkan saya menceritakan sebuah kisah. Dan tolong bantu kuatkan hati saya." William menatap sang Ustadz dengan mata basah dan hati yang rapuh.

"Silahkan," jawab Ustadz penasaran.

William mulai menceritakan bagaimana dia bertemu Anna, lalu jatuh cinta dan lebih jauh lagi mereka membebaskan diri dalam hubungan. Keduanya menuhankan cinta, sehingga ... meski tanpa pernikahan mereka seperti sepasang suami istri ketika bertemu. Akhirnya Anna hamil. Setelah Anna hamil, dia berniat menikahi Anna namun terganjal perbedaan keyakinan. Keluarga Anna meminta dia memeluk agama yang sama dengan Anna.

William menurut dan mereka menikah. Namun di tengah perjalanan, Anna mengalami keguguran hingga harus diangkat sebagian rahimnya dan tidak dapat memiliki anak. Namun, karena mereka dalam rasa jatuh cinta yang menggila, seolah yang paling tinggi kedudukan dalam kehidupan adalah cinta, maka mereka berjanji tidak akan berpisah. William tidak akan menikah lagi dan akan mencari orang yang bersedia mengandung anak mereka atau surrogate mother.

Akhirnya bertemu dengan Kirana, dan seperti apa kebersamaan William dan Kirana selama di Hongkong.

"Jujur, saya sudah sangat kagum dengan gadis itu. Ternyata di balik keindahan tubuhnya dan kecantikan paras seorang wanita ... ada yang lebih berarti dari pada keduanya, yaitu rahim. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Bahwa wanita yang sempurna, yang bisa memberikan anak lebih berharga dari seorang wanita bertubuh indah dan berwajah sangat cantik." William menundukkan kepala, sambil sesekali mengusap matanya.

Ustadz Misbah hanya tersenyum, dia belum berani berkomentar. Menunggu William yang memintanya.

"Lalu, aku melakukan kecurangan. Kejahatan mengerikan yang tak pernah orang bayangkan, tampak tidak jahat tapi sungguh menghancurkan masa depan gadis itu." William terisak. Untuk kemudian menceritakan sel telur si ibu penggantilah yang digunakan. Hingga jatuhnya adalah suntikan sperma atau jadi semacam donor sperma. Yang lagi-lagi jatuhnya haram, secara tak langsung telah memperkosa gadis itu dengan cara yang sangat aneh dan juga diluar nalar manusia.

Dia terus menceritakan tahapan demi tahapan kehidupannya, hingga bayi itu lahir tapi membuat dirinya terus dihantui rasa bersalah pada sang gadis. Ditambah wajah bayi itu memiliki kemiripan yang kental dengan ibu pemilik sel telurnya. William merasa hancur, merasa bersalah. Mengakibatkan setiap kali dia menggendong dan menatap anak itu yang terbayang adalah senyuman gadis yang telah dia permainkan dan hianati. Dia tidak sanggup, dia menghindari anak itu.

Begitu juga sang istri--Anna--dia merasa anak itu tidak ada kemiripan dengan dirinya. Lebih buruk lagi mereka memang tidak memiliki ikatan batin satu sama lain, hingga Anna cuek dan tak peduli pada anak itu.

Sampai anak itu remaja, kehidupannya seolah sia-sia. Diasuh dan dibesarkan dengan materi, namun minim kasih sayang. Beruntung, genetik sang ibu membuatnya cerdas dalam mengarungi kehidupan. Dia tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas ala anak-anak kelebihan harta. Justru menjadi jembatan pertemuan antara William dan wanita yang mengandung anaknya.

Dan terjadilah kisah memilukan ini. Wiliam menyadari telah mencintai wanita itu, dan jujur tentang masa lalu. Namun malah dibenci dan diminta menjauh dari kehidupan sang pujaan. Sementara sang anak memilih ikut dengan ibu kandungnya. Karena berharap mendapat limpahan kasih sayang yang tak pernah dia dapatkan selama hidup bersama sang ayah.

"Subhanallah ...," ucap Ustadz Misbah mengusap wajah dan tersenyum miris. Dia mengerti sekarang, maksud dari setiap kata-kata Wililam.

"Jadi, Mister mau lanjut sama istri pertama atau nikah lagi dengan yang ngandung anak Mister?" tanya Ustadz Misbah.

"Tidak, bukan itu. Justru saya terluka karena wanita itu menikah dengan pria lain. Pria baik yang bahkan merebut cinta kasih anakku. Dia memilih tinggal dengan ibunya karena yakin ayah barunya akan menerima dan memberikan kasih sayang. Menjadi figur ayah yang tak pernah dia dapatkan dari diri saya," papar William.

Ustadz Misbah mengangguk, lalu terdiam beberapa saat. Dia pun tak mampu mencari jalan keluar dari permasalahan cinta ini.

"Saya hanya bisa bilang, bahwa cinta yang sejati itu pada Sang Pencipta. Janganlah mencintai manusia melebihi Penciptanya," ujar Ustadz Misbah menarik nafas panjang, "tapi saya juga memaklumi, tidak mudah. Karena memang itu sifat manusia, namun harus tetap dicoba dan diusahakan." Pak Ustadz meraih pundak William yang malah semakin rapuh.

Lalu membaca dzikir dan meminta pria itu mengikutinya perlahan. Belajar sabar dan mengikhlaskan. Belajar mengendalikan hawa nafsu, karena sejatinya cinta dan nafsu sangatlah tipis. Siapa tahu rasa sakit yang dia rasakan hanyalah nafsu yang harus dia kalahkan. Dan jika itu cinta, maka harus dia ikhlaskan.

Sedikit demi sedikit, William mengikuti kalimat demi kalimat indah yang dilantunkan Ustadz Misbah. Napasnya mulai normal, dan airmatanya mulai mengering perlahan.

"Ustadz, maaf saya merepotkan." William menerima air putih yang disodorkan sang ustadz.

"Ini air biasa, bukan jampe-jampe hehe. Supaya tidak kering tenggorakan dan konon air putih juga bisa menenangkan," balas Ustadz Misbah dengan senyuman.

William kini lebih tenang, dan dapat pulang dengan sedikit kelegaan. Meski jika mengingat wajah Kirana, sakit yang menusuk di dada kembali terasa. Tapi mengikuti saran Ustadz Misbah ... dia segera beristrighfar, bertahmid dan bertakbir. Berserah diri.

*

Komunikasi terakhir dengan Rayyan saat anak itu berada di pesantren. Namun dia tak memiliki keberanian untuk mengadu pada sang ayah. Bahwa dia dibuang Wildan. Dia tidak mau Wildan menyakiti ibunya jika sampai William marah dan mencari mereka. Pada akhirnya dia hanya mengatakan bahagia dan baik-baik saja.

Mengetahui semua itu, William mengatakan akan pergi ke London. Untuk bertemu dengan sang ibu yang telah dia abaikan demi Anna. 

Rayyan tidak berkomentar apa-apa. Namun esoknya nomor Rayyan tak bisa lagi dihubungi karena telah diambil alih oleh pihak pondok sesuai peraturan. Hanya boleh digunakan saat hari libur.

Pun William, naas iPhone-nya hancur ketika ribut dengan Anna yang marah karena dia memutuskan keluar dari pekerjaan dan berniat kembali ke London.

"Kau gila ya! Aku bertahan denganmu karena aku tak punya penghasilan lagi pasca memilih menikah denganmu. Dan sekarang kau bilang akan kembali ke London? Hah? Kau kira kau bisa apa di sana? Melanjutkan bisnis keluarga? Dan membuat aku diinjak oleh ibumu?" teriak Anna dengan beringas.

"Jaga mulutmu! Ibu memang tidak menyukaimu dan aku dapat melihat alasannya dengan jelas sekarang, kenapa dia tidak menyukaimu!" William tak kalah sengit marah.

"Dasar brengsek! Tidak tahu diri!" teriak Anna dengan membanting iPhone William dari lantai dua hingga terpantul dan pecah jatuh ke lantai bawah, "Aku tidak sudi hidup miskin denganmu. Aku ingin cerai darimu!"

William menarik nafas panjang dan juga cepat, "Baik. Enyah dari rumah ini karena kau bukan lagi istriku!"

"Tidak! Rumah ini hak aku! Kau yang pergi dari rumah ini!" Anna menjerit-jerit seperti orang gila. Membuat para pelayan di rumah kebingungan tapi tak ada yang berani mendekat apalagi ikut campur.

Saat itu William langsung meminta pengacara mengurus proses perceraian mereka. Seperti diketahui prosesnya cukup panjang dan lama. Hingga dia harus bolak balik pengadilan untuk mediasi, hingga putusan dijatuhkan. Harta telah dibagi dan rumah menjadi milik William karena tertulis atas nama Rayyan. Sedang restoran diberikan pada Anna. Mobil, tabungan, perhiasan semua dibagi sebagai harta gono gini.

Malangnya, nomor Rayyan telah hilang karena rusaknya iPhone William. Hingga dia datang ke rumah Paman kirana menanyakan kondisi Rayyan. Mereka juga menduga baik-baik saja. Jadi tidak ada alasan bagi William untuk tidak kembali ke negaranya.

Bersambung part 20b

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER