SA'AT HATI BCARA 016
(Tien Kumalasari)
Ketika mobil Panji berhenti didepan pagar rumah Dita, mobil yang mengikuti dibelakangnya terus melaju. Setidaknya dia tau dimana Panji sa'at itu. Apakah dia mengenal Panji, tentu saja, pengemudi itu adalah seorang wanita cantik. Santi, yang dengan perasaan kesal pulang menuju rumahnya.
***
Malam itu Dita mengeluh karena cuma sebentar bepergian bersama Panji. Maruti yang sebenarnya kurang menyukai sikap adiknya, tetap menghiburnya untuk mengobati rasa kecewa adiknya.
"Ini kan sudah malam, kalau masih mau jalan lagi, pasti ibu dan mbak jadi kepikiran donk, jadi sudah bener kalau mas Panji cepat2 mengajak kamu pulang."
"Iya sih, tapi Dita senang mas Panji memperhatikan Dita, menurut mbak .. apakah mas Panji suka sama Dita?" pertanyaan Dita ini membuat Maruti terkejut.
"Maksudmu apa?Mas Panji itu orangnya baik, dan dia pasti suka pada semua orang."
"Maksud Dita, suka yag bukan sembarang suka, ada lebihnya, gitu," nekat Dita mencari jawaban dari kakaknya.
"Ah, kamu ada2 saja, mbak nggak ngerti lah. Sudah sekarang tidur, sudah malam nih."
Dita keluar dari kamar Maruti, namun ada senyum senang dibibirnya. Ia masih saja menganggap sikap Panji yang baik seperti sikap seseorang yang menyukai, atau lebih tepatnya jatuh cinta. Ahh.. Dita berharap ada mimpi2 indah menghiasi tidurnya nanti. Tapi sebelum direbahkannya tubuhnya ke pembaringan, diraihnya dulu buku hariannya, dan dituliskannya sesuatu disitu.
***
Pagi itu Dita bangun lebih pagi. Sebelum semuanya terbangun dia sudah sibuk didapur. Membuat minum untuk semua orang, lalu membuat nasi goreng kesukaan keluarga yang kemudian ditatanya apik diatas meja. Hm... harum nasi goreng ini pasti membangkitkan selera semua orang. Pikir Dita. Sambil bersenandung kecl ia membereskan meja makan. Ia terkejut ketika tiba2 Maruti menepuk bahunya.
"Tumben nih !!"
"Aduh mbak, hampr copot jantungku," kata Dita sambil mengelus dadanya.
"Mbak terkejut, kok semua sudah rapi? Tumben, mimpi apa kamu semalam?"
"Mimpi indah dong."
"Hm.. sedap... kamu sendiri bikin nasi gorengnya ini?"
"Iya lah, siapa lagi? Kan baru aku yang bangun pagi ini."
"Ibu juga sudah bangun lho," tiba2 bu Tarjo menyela sambil keluar dari kamarnya.
"Ibu... " Dita menyambut ibunya kemudian menggelendot dibahunya dengan manja.
"Ibu tau lho waktu kamu bangun dan mengerjakan semuanya, tapi ibu diam saja, takut kamu kecewa. Lagian ibu ingin ngerasain nasi goreng masakan kamu," kata bu Tarjo sambil mengelus kepala Dita.
"Kalau begitu ayo semua sarapan..." kata Dita sambil menarik kursi buat ibunya.
"mBak juga sudah bangun dari tadi lho, tapi mbak diamkan saja, pengin lihat kamu mau bikin apa pagi ini," Maruti juga menimpali sambil duduk disamping ibunya.
"O.. gitu ya, bagus deh.. cuma ngelihatin nggak mau bantuin," Dita pura2 cemberut, dan disambut tawa semua orang.
"Hm.. enak teh buatanmu Dita," kata bu Tarjo setelah meneguk teh yang terhidang dihadapannya.
"Terimakasih bu, " jawab Dita senang.
"Semoga besok ada lagi yang mau bangun pagi," celetuk Maruti sambil melirik adiknya.
"Iya.. beres lah, kan Dita sudah dewasa, dan harus belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik. Bangun pagi, bikin sarapan untuk keluarga. Jadi besok kalau Dita sudah punya suami, nggak ada lagi yang mengecewakan. Iya kan bu?"
"Iya.. betul..Sekarang mari kita santap nasi goreng buatan si cantik kecintaan keluarga ini," kata bu Tarjo sambil membalikkan piring makannya.
Maruti menyendokkan nasi goreng ke piring ibunya. Kemudian ke piringnya sendiri.
"Hm.. sedap.. harum baunya..," kata bu Tarjo. Disendoknya sesendok nasi goreng, diikuti anak2nya. Namun tiba2...
"Asiiiin.... ," teriak Maruti dan bu Tarjo hampir bersamaan.
Dita berhenti mengunyah nasi gorengnya, dikecap kecapkannya lidahnya.
"Iya.. keasinan ya? Ma'af...." wajah Dita muram seketika.
"Tapi aku suka kok makanan asin.. ini enak.." Maruti mencoba menghibur adiknya dengan meneruskan menyendok nasi gorengnya dengan lahap.
"Enak, bener enak.. nanti mbak mau nambah lho..."
"Iya, ini lumayan, biar ibu nggak begitu suka asin, tapi ini enak.." bu Tarjo juga ingin menghibur anak gadisnya. Namun Dita tau bahwa mereka sedang menghiburnya.
"Ma'af ya..." katanya sendu.
"Dibilang enak kok. Nanti kalau sisa, tolong masukin ke kotak bekal mbak ya, biar mbak makan nanti pas makan siang juga."
Mereka adalah keluarga yang saling mangasihi dan menjaga. Kebehagiaan adalah ketika mereka menikmati apapun secara bersama sama. Dan itu tertanam sejak Maruti serta Dita masih kecil. Bu Tarjo lah yang selalu menanamkan kasih sayang diantara mereka. Jangan saling menyakiti, jangan saling melukai, karena kita adalah keluarga yang harus selalu memikul suka dan duka bersama sama. Dan itu terbawa terus sampai Maruti dan Dita tumbuh dewasa.
***
Siang itu sa'at jam istirahat tiba, Laras muncul dihadapan Maruti. Maruti heran karena mereka tidak berjanji untuk ketemuan siang itu.
"Tumben, ada apa?" sapa Maruti setelah Laras duduk dihadapannya.
"Nggak apa2. Ini kan waktu istirahat, boleh dong nemuin kamu sebentar saja."
"Boleh, aku kira ada perlu."
"Nggak, yuk kita makan diluar," ajak Laras tiba2.
"Tapi aku bawa bekal," Maruti menunjukkan kotak bekalnya yang telah berisi nasi goreng buatan Dita pagi tadi.
"Bawa bekal kan kamu, aku makan apa? Ayo lah.. ini kan waktu istirahat?"
Terpaksa Maruti menuruti kemauan sahabatnya. Keduanya keluar dari ruangan sambil bergandengan tangan.
Pada sa'at itulah Agus muncul, dan dengan kecewa didapatinya Maruti sudah tidak ada lagi dimeja kerjanya.
***
"Ada yang penting ya?" tanya Maruti setelah mereka memesan makanan.
"Semalam mas Panji dari rumahmu?"
"Iya, nggak tau tuh.. datang2 ngajakin makan, tapi yang berangkat Dita, habis ibu nggak ada yang nemenin. Tapi cuma sebentar, habis itu dia pulang."
"Ya.. kecewa dong dia, maunya kan sama kamu."
"Huuh.. ada2 saja.." jawaab Maruti merengut, walau sebenarnya hatinya berdebar. Benarkah? Pikirnya.
"Iya, benar, dia bilang sama aku."
"Kamu ketemu dia atau telponan saja?"
"Kan semalam dia tidur dirumahku."
"Apa? Tidur disana lagi?"
Makanan pesanan mereka sudah dihidangkan, Laras menghirup minumannya dan mengangguk.
"Stress dia... gara2 dokter itu."
"Ough.. memangnya kenapa?"
"Kamu itu kan sudah aku kasih tau, mas Panji nggak suka sama dia, sukanya sama kamu."
"Ahhh..." Maruti menahan debar jantungnya, hampir separo minumannya diteguknya.
"Semalam Santi kerumah mas Panji, nggak ketemu terus kerumah aku.. nggak tau aku setelah itu dia kemana. Pokoknya terus mengejar mas Panji."
"Apa sebetulnya kekurangan dokter Santi? Kalau dia janda, apakah itu halangan?" kata Maruti pelan.
"Ini bukan masalah janda atau kecantikan seseorang, tapi so'al rasa.Mas Panji sukanya sama kamu, ini benar, dia bilang sama aku."
"Tapi..."
"Di belum berani bilang sama kamu, takutnya kamu sudah punya pacar."
"Lalu dia menyuruh kamu mengatakannya?"
"Nggak juga... aku sendiri yang ingin mengatakannya sama kamu."
Tiba2 keduanya terkejut ketika mendengar seseorang menyapa.
"Rupanya kalian disini."
"Oh, pak Agus.."Laras mengajak saya menemani makan.
"Hai Laras, apa kabar," sapa Agus
"Baik mas, ma'af, Maruti saya minta menemani makan."
"Nggak apa2. Boleh gabung disini?"
"Oh, silahkan, tentu saja," jawab Laras ramah. Ada perasaan senang ketika bos berkumis itu duduk didekatnya.
***
Siang itu bu Tarjo dan Dita makan siang dengan lahap. Bu Tarjo memasak sayur asem dan tahu bacem yang sungguh2 lezat. Ia sudah merasa sehat sehingga nggak bisa kalau hanya disuruh diam tak melakukan apa2.
"Mengapa ya, Dita nggak pernah bisa masak seenak masakan ibu?"
"Bisa, pasti bisa... Masakan kamu sudah enak kok, tinggal kurang pas asinnya.. manisnya.. dan itu bisa kamu rasakan sendiri setiap kamu memasak."
"Dita kan sudah dewasa, kalau Dita punya suami nanti.. Dita sudah harus pintar memasak dan mengerjakan semua pekerjaan ibu rumah tangga. Ya kan bu?"
"Iya nak, itu benar, dan kamu sudah memulainya kok."
Tiba2 terdengar sebuah mobil berhenti didepan pagar. Dita berlari kearah depan.
"Apa itu mas Panji?" bisiknya lirih penuh harap.
Tapi bukan, Dita tak mengenali mobil siapa itu, sampai ketika seseorang turun dari mobil.
Dita terkejut dan tak menduga, mau apa dia datang kemari?
***
No comments:
Post a Comment