Wednesday, April 1, 2020

Hati Bicara 15

SA'AT HATI BICARA 015

(Tien Kumalasari)

Santi menatap kosong kearah halaman yang temaram, sungguh kesal sekali menyadari bahwa Panji ternyata telah meninggalkannya. Ia ingat ketika bu Anjar menyatukan tangannya dan tangan Panji sesa'at sebelum meninggal, dan itu berarti dia menginginkan dirinya bersatu dengan Panji, tapi mengapa Panji mengartikan lain, gara2 ibunya tak menyebutkan namanya. Dengan cepat ia melangkah kearah mobilnya. Ia harus mengejarnya.

"Buu.. bu... ini ketinggalan..;" teriak simbok tiba2.

Santi berhenti melangkah, ia juga belum membawa kunci kontak mobilnya. Ia kembali menemui simbok yang sudah membawakan tas dan juga kunci kontaknya.

"Oh, ya mbok.. terimakasih banyak ya," katanya sambil cepat2 kembali ke mobilnya dan menjalankannya keluar dari halaman tanpa pamit pada simbok

Simbok berjalan kearah gerbang dan menguncinya. Selalu itu dilakukannya apa bila hari telah malam dan Panji belum juga pulang kerumah.

"Perempuan aneh, mengapa nggak malu mengejar laki2 yang tampaknnya selalu menghindarinya. Hm.. jaman edian, wong wedok ora duwe isin," gumam simbok sambil kelutak kelutik menggembok pintu pagar.

***

Laras terkejut ketika tiba2 Santi muncul dihadapannya. Waktu itu ia sedang duduk diteras sambil membaca majalah yang baru diterimanya.

"Dokter Santi?" sapanya sambil berdiri.

"Mas Panji kesini?" tanya Santi sambil duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.

Santi mengikuti kembali duduk sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi baru saja dia keluar rumah, pastinya kemari donk. " bantah Santi kesal.

"Ya nggak pasti dok siapa tau kerumah temannya.. memangnya ada apa?"

Santi mengeluh kesal.

Laras sudah tau, pasti Panji menghindari bertemu dengan dokter cantik ini. Laras sendiri juga heran, mengapa Panji menolak perempuan yang cantik luar biasa ini. Kulitnya bersih, tubuhnya semampai .. wajahnya sama sekali tidak mengecewakan, cantik sempurna. Hanya matanya tampak tajam, seakan menggambarkan hati yang keras. Mungkin keras kepala juga, pikir Laras.. Apa karena Santi seorang janda? Apa salahnya kalau dia janda? Tapi Laras mengerti, tampaknya kakak sepupunya itu jatuh cinta pada Maruti. Perempuan sederhana yang perilakunya memikat, lembut, dan bermata teduh.. 

"Kemana kira2 dia?" tanya Santi setelah  beberapa sa'at mereka terdiam.

"Nggak tau aku dok,Yang jelas nggak kemari."

"Menyebalkan," mumam Santi.

"Sebenarnya ada apa?"

"Mengapa dia selalu menghindari aku?" jawab Santi kesal.

"Ma'af, sebenarnya ada apa?"

"Mas Panji nggak pernah cerita? Pasti cerita donk permasalahannya. "

"Sungguh aku tidak sepenuhnya mengerti. Tapi.."

"Sebelum meninggal bu Anjar berpesan.. beliau ingin menjodohkan mas Panji dengan aku. Aku menghormati pesan itu, tapi mas Panji tamppaknya menolaknya. Sedih aku.. sudah aku coba mendekatinya dengan segala cara, tapi tak pernah berhasil.Aku merasa berdosa kalau tak bisa memenuhi pesan terakhirnya."

Laras mendengarkan sambil mengangguk angguk. Sebenarnya dia mengerti, Panji mengatakan habwa budenya tidak menyebut sebuah nama, tapi mengapa Santi nekat begitu? Ya pasti lah karena sudah ada bibit cinta dihati Santi, dan ambisi ingin memilikinya begitu besar.

"Laras, kamu mendengarkan apa kataku bukan?" tanya Santi ketika Laras diam saja .

"Oh ya dok, aku mendengar kok, tapi aku kan nggak tau apa2."

"Kamu itu manggilnya jangan dok begitu, aku ini bakal jadi kakak sepupu kamu lho."

Laras tersenyum lebar. Terlalu ke geeran perempuan ini, belum2 sudah yakin akan menjadi kakak sepupu.

"Benar kan?" tanya Santi meyakinkan perasaannya sendiri.

"Ya, kalau jadi kan dok?"

"Kamu tidak suka kalau aku jadi isterinya mas Panji?"

"Lho, yang mau menjalani kan dokter sama mas Panji. Kalau kalian suka ya aku pasti juga suka donk."

"Apa mas Panji sudah punya pacar? Bu Anjar almarhum pernah bilang kalau belum punya."

"Itu juga aku nggak tau dok, mungkin ya, mungkin tidak."

"Kamu kenal Maruti?" tiba2 Santi teringat Maruti yang tampak sangat dekat ketika bertemu sore tadi. 

"Itu juga aku nggak tau dok," kata Laras berpura pura. Kalau dia bilang ya, pasti akan lebih panjang pertanyaannya. Ia hanya berharap Santi segera pergi dari hadapannya.

Santi menghela nafas berat. Sudah beberapa sa'at dia menunggu, tapi tak ada tanda2 bahwa Panji akan datang.

***

Kemana perginya Panji? Ternyata dia mengajak Dita jalan2. Kok Dita sih... ada sebabnya donk.

"Horee.. mas Panji datang. Tumben malam2," sorak Dita sambil menyalami Panji penuh antusias.Waktu itu dia sedang kedepan rumah, maksudnya mau mengunci pintu pagar.

"Nggak boleh?" tanya Panji dengan senyum menggoda. Nah itulah salahnya Panji, apa dia tidak sadar bahwa senyum itu yang membuat perempuan2 jatuh hati? 

"Boleeeeh.. donk.. kapan saja," teriak Dita

Dan teriakan Dita itu membuat Maruti kemudian keluar dari dalam rumah, berdegup kencang jantungnya begitu melihat sosok Panji ada diteras rumah sedang bercanda dengan adiknya.

"Mas Panji?" sapanya heran.

"Maruti, sudah tidur ?"

"Belum, kan masih sore..silahkan duduk. Tumben malam2."

"Heei, mbak.. biar malam kan nggak apa2.. kan mas Panji lagi kangen sama Dita." jawab Dita seenaknya.

Panji terkekeh. Tentu dia menganggap bahwa Dita sedang bercanda. Tapi Maruti memelototi adiknya. Dia menganggap ucapan Dita tidak pantas.

"Iya kan mas?"

"Ya.. ya, pasti donk. Maruti, aku ingin mengajak kamu jalan2.."

"Yaaa.. aku ikut..." Dita menyambar tiba2.

"Ini sudah malam, temani aku makan ya,"

"Asyikk.. kan kita belum makan mbak," kmbali Dita menyambar.

"Kalau kita pergi, ibu sama siapa, biar Dita saja yang menemani mas, aku dirumah sama ibu."

"Asyiiik... aku ganti pakaian dulu ya, sambil pamit sama ibu," kata Dita sambil menghambur kebelakang tanpa menunggu persetujuan Panji lebih dulu.

Maruti menghela nafas sedikit kesal pada sikap adiknya.

"Ma'afkanlah Dita mas, dia seperti anak kecil."

"Nggak apa2, aku tau kok."

Namun sesungguhnya Panji ingin mengajak Maruti, bukannya Dita. Dan sekarang ini, tak enak rasanya kalaau dia menolak Dita. Apa boleh buat.

"Sebetulnya aku ingin jalan sama kamu Ruti," kata Panji dengan nada kecewa.

"Tapi Dita sudah bersiap untuk ikut. Ya sudah, nanti dia kecewa." kata Maruti, pasti dengan menahan perasaannya sendiri.

"Baiklah, kali ini tak apa2. Besok aku jemput setelah jam kantor selesai ya."

Maruti hanya mengangguk. Akhir2 ini perasaan canggung setiap kali berdekatan dengan Panji mulai sirna. Itu artinya hatinya mulai semakin dekat dengan pria yang sejak pertama bertemu telah menggetarkan hatinya. Apakah itu cinta? Entahlah..

***

Disebuah rumah makan, Dita tampak sangat gembira. Ia makan dengan lahap, dan sesekali mengerling kearah lelaki yang telah menarik hatinya. Memang benar Dita masih kekanak kanakan, ia ceplas ceplos seenaknya, dan terkadang tanpa malu mengatakan apa yang ada dihatinya.

"Mas Panji kecewa mbak Ruti nggak ikut bersama kita?" tanyanya dengan mulut masih dipenuhi makanan.

"Nggak, aku senang kamu menemani aku makan malam."

"Sungguh?" mata Dita berkejap penuh bahagia.

Panji hanya mengangguk sambil tersenyum, dan lagi2 senyum itu yang selalu membuat hati Dita berdegup kencang. Ia terpaksa menunduk, tak tahan menatapnya berlama lama.

"Aku sudah selesai, kamu mau nambah?" kata2 Panji ini sesungguhnya adalah ajakan agar Dita segera menyelesaikan makan malamnya, kemudian akan diajaknya cepat2 pulang.

"Nggak mas, sudah kenyang. Aku juga sudah selesai. Habis ini kita jalan kemana?"

"Pulang lah, hari sudah malam, nanti ibu khawatir kalau kita tidak segera pulang kerumah."

"Ah, mana mungkin ibu khawatir kalau aku jalan sama mas Panji. Aku sudah bilang sama ibu bahwa mas Panji laki2 yang baik."

"Oh ya?" Panji berdiri kearah kasir untuk membayar makanan mereka, sementara Dita menunggu sambil menatapnya kecewa. Sebenarnya ia ingin Panji mengajaknya kemana.. gitu, tapi alasan Panji mengajaknya segera pulang memang tepat. Jangan sampai ibunya khawatir karena hari memang sudah malam.

Mereka berjalan beriringan kearah mobil, dan sepasang mata memandanginya dikejauhan. Bahkan ketika mobil itu meluncur kerumah Dita, sepasang mata itu juga sedang mengemudikan mobilnya, mengikuti mereka dari belakang.

***

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER