SA'AT HATI BICARA 01
{TIENKUMALASARI}
Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersenandung riang. Ia melemparkan tas tangannya begitu saja keatas kursi lalu duduk sambil menyelempangkan kakinya, sedangkan mulutnya tak berhenti bersenandung.
"Dita.. kamu kesurupan?"
"Dengar mbak, aku tadi nyaris ketabrak mobil." enteng suaranya ketika mengucapkan itu, dan Maruti terbelalak memandangi adiknya.
"Kamu ngomong apa? Nyaris ketabrak mobil dan kamu malah bersikp seperti orang yang sedang bergembira begitu?"
Maruti mendekati adiknya dan memegang dahinya.
"Panaskah?" Dita masih berusaha bercanda.
"Jangan main2 Dita.."
"mBak.. kalau aku benar2 ketabrak, ya nggak mungkin lah aku bisa ketawa ketiwi seperti ini. Makanya aku bilang nyaris, dan tu sebabnya aku tampak seperti orang kegirangan."
Namun Maruti tidak mengerti. Meskipun nggak jadi ketabrak, yang namanya hampir ketabrak mobil pastilah membuat orang berdebar debar untuk waktu yang cukup lama. Tapi Dita tidak..
"Sini mbak, aku ceritain, tadi itu.. pas aku menyeberang jalan setelah mengirimkan pesanan, tiba2 aku terkejut ketika sebuah mobil sudah berhenti tepat disamping aku. "
"Sembrono kamu memang." Maruti ngedumel.
"Terkejut sekali aku.. hadeeww.. hampir saja. Tapi mbak, ketika pengendara mobil itu membuka kaca depan lalu melongok kearahku, aku dibuat terpana. Debar jantungku ini tidak lagi disebabkan oleh ketakutan karena nyawaku hampir melayang.. tapi karena melihat wajah laki2 itu." kata Dita bersemangat, membuat Maruti kemudian meninggalkannya lalu melanjutkan pekerjaannya menata meja.
"mBak, laki2 itu guanteng banget, dan senyumnya itu... eh.. bukan.. tadinya dia melotot kearahku, lalu aku mengangguk dan mengucapkan ma'af sambil tanganku memegangi pintu mobilnya, dan gemetaran pastinya. Melihatku seperti itu dia kemudian tersenyum, sambil berkata maniis sekali, lain kali hati2 ya.. Wouw.. itu kan senyuman yang mirip... apa ya.. ah.. pokoknya ketakutanku sirna lalu aku berjalan menepi. Dia juga menepikan mobilnya dan turun, sambil bertanya apakah ada yang luka? Aku menggeleng sambil tak henti menatapnya dan kemudian dia berkata lagi, lain kali hati2 ya. Hm.. kenapa ya dia nggak mau menawari aku naik kemobilnya lalu mengantarku pulang?"
"Ya ogahlah.. mengantar pulang anak gadis yang sembrono seperti itu." Maruti menimpali sambil bersungut.
"Iya 'kali... ia malah kembali meneiki mobilnya dan pergi begitu saja. Tapi sungguh aku ingin bertemu dia lagi lho.."
"Ssst.. diam dan cuci kaki tanganmu.. lalu bantu aku menyiapkan makan siang."
"Sayang aku nggak sempat bertanya siapa namanya. Ah.. ya malu kan kalau itu aku lakukan?" Dita masih saja mengomel.
"Dita..."tegur Maruti kembali.
"Iya.. iya..." sahut Dita sambil berdiri, lalu berjalan kearah kamarnya sambil masih saja terus bersenandung.
****
Maruti dan Anindita adalah dua gadis bersaudara yang hanya terpaut 2 tahun umurnya. Ayahnya sudah lama meninggal, bahkan ketika keduanya masih kecil2..tinggal ibu Tarjo ibunya yang bekerja mati2an untuk menghidupi dan menyekolahkan kedua anak gadisnya dengan menerima pesanan2 catering. Itulah sebabnya keduanya hanya bisa bersekolah sampai jenjang SMA. Tak satupun dari mereka menuntut karena mereka maklum betapa beratnya menyekolahkan anak keperguruan tinggi. Mereka hanya membantu ibunya memasak dan mengirimkan pesanan2 pelanggan.
"Ibu.. apakah hari ini giliranku berbelanja?" kata Dita sambil mendekati ibunya, yang sedang memijit mijit kakinya yang diselonjorkan disofa kuna yang diletakkan didepan televisi.
"Terserah kamu saja, tanya sana sama kakakmu," jawab bu Tarjo.
"Ibu capek?Biar Dita pijitin dulu ya..," Dita bersimpuh dibawah lalu memijit mijit kaki ibunya.
"Nggak capek, tapi akhir2 ini memang ibu sering merasa ngilu dikaki."
"Nanti Dita antar ke dokter ya?"
"Enggak.. cuma begini saja ke dokter.. nanti juga sembuh."
"Oh, sebentar, Dita ambilin obat gosok ya bu..," Dita berlari kecil kekamar ibunya dan kembali dengan sebotol obat gosok yang kemudian diurutkannya pada kaki ibunya.
"Ibu.. Ruti pergi sebentar ya..," tiba2 Maruti menghampiri mereka sudah dengan pakaian rapi dan dandanan sederhana tapi cantik.
"Mau kemana nak ?" sang ibu bertanya sambil memandangi wajah gadis sulungnya. Ia bangkit duduk dan memandangi anak gadisnya tanpa berkedip. Tiba2 bu Tarjo sadar bahwa ia telah memiliki seorang gadis yang sudah matang. Senyumnya mengambang. Ada rasa haru yang menyelinap ketika menyadari bahwa sudah duapuluhan tahun ia membesarkan sendiri anak2nya. Kini mereka tumbuh dewasa, semuanya manis dan cantik.. bukan hanya wajahnya tapi juga perilakunya. Ia bersyukur telah mengajarkan anak2nya dengan tata krama yang tinggi, saling mengasihi dan menjaga.
"Ibu... kok ibu memandangi Ruti seperti ini?" Maruti membungkuk dan mencium pipi ibunya yang mulai keriput.
"Ibu baru sadar, kamu sudah dewasa, dan cantik. Bisik bu Tarjo sambil membalas ciuman anaknya.
"Iya bu, sudah sa'atnya dicarikan suami tuh..." sela Dita yang sedari tadi juga ikut mengagumi kecantikan kakaknya.
"Hussyy..." Maruti memelototi adiknya yang kemudian meloncat menjauh karena khawatir kena cubit kakaknya. Ya, Maruti paling suka mencubit. Setiap kali Dita membuatnya kesal selalu cubitlah senjatanya. Bu Tarjo hanya tertawa melihat ulah keduanya. Maruti memang lebih lembut dan manis, sementara Dita agak manja dan sedikit lincah .. nakal namun selalu ta'at pada ibu dan kakaknya.
Tiba2 terdengar suara klakson dari jalan besar. Maruti melongok.. lalu sekali lagi mencium ibunya, lalu berpamit sambil berlalu.
"Ruti pergi dulu ya bu, sudah disamperin temen tuh."
"Hati2 nak," pesan bu Tarjo.
Dita mengikuti dari belakang, dan melhat sebuah mobil berhenti tepat didepan pintu pagar. Ia melihat seorang gadis turun dari mobil itu dan membukakan pintu untuk Maruti. Namun Dita terkejut, ia seperti mengenali mobil itu.
****
No comments:
Post a Comment