Wednesday, April 8, 2020

Comblang Syar'i 15

👩‍🏫 COMBLANG SYAR'I 👩‍🏫
                    PART 15

Suasana kelas begitu terlihat kondusif, Ainun duduk di depan. 
Mendengarkan dengan serius apa yang disampaikan dosen. 

Ia mencatat semua hal yang akan ia butuhkan untuk skripsi. 
Ainun tak ingin lama-lama menempuh pendidikan, ia ingin segera lulus lalu bekerja. 

Wajah Abah, Ambu dan dua orang adiknya selalu tergambar jelas di bayangan. 
Ainun bersyukur, kini ia dikeliling orang-orang baik. 
Bimo, Raiyan, Radit, Marni mereka orang baik yang selalu menemani Ainun. 
Kelas usai, Ainun mengecek jumlah sks, ia sudah bisa menyiapkan judul untuk skripsinya. 
Target semester genap, ia sudah sidang dan semester 7 ia sudah lulus. 
Ainun yakin, ia bisa melampaui banyak hal.

Kelas usai, Ainun mulai beredar. 
Ia menuju ke kelompok tarbiyah tempat teman-teman liqo di kampus. 
Ia ingin mencari mereka yang hendak mecari jodoh, dua kali sudah ia berhasil menikahkan pasangan dari kelompok ini. 
Hanya orang-orang yang mengenal syariat islam saja yang tahu apa itu indahnya pacaran setelah menikah. 
Comblang Syar'i adalah panggilan yang melekat pada Ainun di kelompok ini, dan mereka sudah tahu. 
Jika Ainun datang, Ainun pasti akan menawarkan jodoh.

Ainun masuk dalam kelompok bundaran kecil, beberapa wanita tengah berkumpul di sana mendengarkan mentoring dari seorang kakak kelas.  
Sembari mendengar..., Ainun sibuk menatap satu persatu anggota liqo, ia lihat beberapa kiranya cocok dengan Raiyan, pelan Ainun bergeser, ia pindah ke tempat salah seorang perempuan lalu meminta no telepon dan begitu seterusnya. 
Lima nomor ponsel kini sudah di tangan. 
Ainun semakin semangat, ia hanya tinggal melakukan pendekatan melalui pesan atau telepon
Tak lama wanita berkacamata itu turun ke bawah, Bimo terlihat duduk di depan seperti menunggu gadis pujaan hati. 

“Hiii...............................!” 
Ainun mendesis, perasaan Ainun tak karuan jika bertemu Bimo. 
Ainun memindahkan tas ransel kedepan, dan menutupi wajahnya dengan tas. 

“Nun..............................!” 

“Haaaa..........................!” 
Ainun berlari karena kaget. 

“Nun............................!” 
Teriak Bimo mengejar.

“Kakak, kenapa sih.......! 
Gangguin Ainun terus....!”

“Biar kamu nggak lepas...!”

“Huuu...........................! 
Ainun stress kak, setiap ketemu kakak, Ainun takut....!”

“Takut kenapa..............?”

Ainun diam, ia mulai jujur akan perasaannya. 

“Itu … takut kita dipanggil lagi....!”

“Kalo mereka manggil kamu lagi, aku yang hadapin...!”

“Kamu mau kemana.....?” 
Lanjut Bimo. 

“Aku mau ke tempat teman aku.”

“Ngapain.......................?”

“Mencari orang.”

“Jodoh Bos kamu lagi....?”

“Iya...............................!”

“Ikut aku.......................!”

Bimo membawa Ainun menuju kampus tekhnik jurusan tata rias dan boga. 
Disana pun Bimo banyak memiliki teman wanita, lelaki itu pun kini mulai menyelami kehidupan Ainun. 
Bimo duduk bersama Ainun menunggu di kafe dekat dengan gedung Tata boga dan Rias. 
Kursi taman dengan payung di tengah, Ainun duduk menjaga jarak dari Bimo seraya memeluk tasnya. 
Sedangkan Bimo terus tersenyum melihat wajah Ainun dengan kacamatanya yang kendur karena wajah cemberutnya.

“Kakak...., berhenti nggak liatin aku...!”

“Heheee........................ ! 
Kamu geer............., Nun. 
Aku lihat kacamata kamu....!”

“Ya sama aja.................!”

“Ya bedalah....................! 
Kamu masa kacamata..!”

Ainun terusik, ia melepas kaca matanya. 
Bimo diam, ia memandang wajah Ainun yang terlihat cantik saat melepas kacamata, bahkan lebih cantik dari Syahira, polos, bersih, tiada sentuhan make up, matanya bulat, bibirnya mungil dan hidungnya ….

“Nun...., Pake Nun.........!” 

“Apa...............................!”

“Kacamatanya...............! 
Kamu nggak boleh lepasin kacamata kamu ya, termasuk didepan bos kamu...!” 
Pinta Bimo seraya melengos dan tak terasa sudah kesekian kali salivanya tertelan. 

“Bimo..........................!” 
Teriak salah seorang perempuan dari arah timur, wanita berpakaian modis, rambutnya lurus sebahu, tinggi hampir menyamai tinggi Bimo, bibirnya mengkilap, bedak di wajah pun terlihat sangat tebal. 
Wanita itu berjalan mendekat ke arah Bimo, mendadak tangannya berusaha menggapai pundak Bimo.

“Hai Nes....., wait ...!”  
Bimo menghindar dari pelukan Nesa. 

“Kenapa sih....................? 
Kaku amat, biasanya juga nggak apa-apa....!”  
Ucap Nesa, sahabat Bimo. 
Dulu jika berjumpa Nesa memang selalu memeluk Bimo layaknya pasangan. 
Ainun melengos. 
Matanya mendelik dengan mulut menyungging ke atas.

“Gua udah tobat............!”

“Lucu, cuteee….!” 
Nesa memuji. 

Ainun semakin terkejut melihat tingkah Nesa, kedua alis Ainun terangkat.

“Ehhh … kenalin, calon istri...!” 

“BOHONG......................!” 
Teriak Ainun terkejut seraya melotot ke arah Bimo. 
Tak lama keduanya berjabat tangan. 

“Akhirnya Bimo dapet bu ustadzah...!”

Ha.................................! 
Ainun tertawa dalam hati, tak sangka Nesa menyebutnya ustadzah.

“Nesa. .., gua mau ngenalin lu sama cowo, ganteng, kaya, sukses ….”

Ainun diam, membiarkan Bimo terus menawarkan Raiyan padanya. 

“Mau nggak..................?”

“Ya mauu donk.............!”

Ainun kaget semudah itu.
Ia sedikit tertawa melihat Nesa yang terlihat gemulai dan sedikit manja dengan Bimo. 

“Kapan ketemu............?” 
Tanya Nesa.

Uhuk.............................! 
Ainun tersedak, Nesa sangat aggresif. 

“kapan....., Nun.............?” 
Tanya Bimo. 

“Hmmm … sekarang......!” 
Jawab Ainun ragu, sebelah kanan bibirnya menyungging ke atas.

“Ya udah, jalan.............!” 
Jawab Bimo.

“Tunggu ya, aku ambil tas dulu,” 
Ucap Nesa seraya kembali ke dalam gedung.

“Kakak..., apa dia wanita baik hati, lembut yang kakak maksud....?”

“Kan udah aku bilang, wanita yang kamu sebutin itu cuma ada satu. 
Kamu doank, Nun........!” 

“Kakak.........................!” 
Rutuk Ainun.

“Nesa orangnya baik. 
Cuma dia banyak bergaul dengan anak laki, lagian Nun. 
Bos kamu itu aneh ya, kenapa dia minta carikan jodoh sama kamu....? 
Kayaknya dia nggak kekurangan apapun....?”

“Pak Raiyan, nggak cuma cari istri. 
Tapi ibu buat anak-anaknya, yang penting calonnya sayang sama anaknya itu aja.”

Bimo diam, ia mulai menatap Ainun dan mendadak khawatir datang, Ainun begitu lugu dan polos. 
Dulu saat pertama kali Bimo berjumpa dengan Ainun, Ainun sedang sibuk mengasuh anak yang menderita cerebal palsy, saat itulah Bimo tersentuh dan begitu tertarik untuk mendekati Ainun. 

“Tunggu, apa kamu dekat dengan anak-anaknya....?”

“Sangat..........................!”

“Nun ….......................... ! 
Berat Bimo bicara, ia pun belum memiliki hak atas Ainun. 
Ingin hati meminta Ainun untuk berhenti bekerja, Bimo begitu khawatir lelaki itu akan meminta Ainun untuk menjadi Ibu dari anak-anaknya.

“Kenapa........................?” 

“Nggak apa-apa, semoga Nesa cocok.”

Tak lama Nesa datang, wanita itu semakin cantik bedak di wajah semakin tebal. 

“Ayo..............................!”

“Sholat dulu..........., Nun. 
Sebentar lagi ashar.......,” 
Ucap Bimo. 
Ainun terenyuh, Bimo memang benar sudah berubah. 

“Oh ya udah, kalo gitu aku tunggu di mobil ya,” 
Ucap Nesa, Nesa memiliki mobil untuk ia bawa ke kampus, untuk kelas Raiyan wanita itu terlihat cocok, tubuhnya tinggi bak model, wajahnyapun cantik.

Ainun berjalan menuju masjid Alumni, Masjid yang didanai oleh Alumni mahasiswa UNJ. 
Bersama Bimo mereka melangkah beriringan dengan jarak satu meter tak boleh lebih dekat dari itu.

“Nun … apa kamu betah kerja di sana...?” 
Tanya Bimo cemas.

“Betah...., orangnya baik-baik. 
Tambahan Radit, Rania mereka lucu-lucu,” 
Jawab Ainun polos. 
Jawaban Ainun sangat mengganggu relung Bimo, ia mulai resah. 

 “Nun … aku sudah belajar sholat, ada seorang mubaligh yang selalu datang kerumah. 
Ia mengajarkan aku kitab … bus …sholah,”

“Kitabusholah...............?” 

“Iya itu...........................!” 

“Alhamdulillah................, 
Kakak udah bisa sholat donk...?”

“Udah donk Nun............, 
Mubaligh itu juga mengajarkan aku Nun, tentang Sunah, baca Quran, banyak lagi Nun.”

Ainun mendelik, ia iri dengan Bimo. 
Lelaki dihadapannya pasti membayar guru privat ke rumah.

“Ainun iri sama kakak, Ainun juga kepingin masih belajar.”

“Suatu saat kita akan belajar bersama,” 
Jawab Bimo penuh harap.

Ainun melengos, percakapan mereka kian dekat. 
Mereka pun berpencar sebelah kiri tempat wudhu wanita dan sebelah kanan tempat wudhu lelaki. 
Keduanya hanya dibatasi sebuah tembok. 
Ainun mengambil wudhu, lalu terdengar suara Bimo melafalkan doa setelah wudhu dengan terbata-bata … 
“Asyh ….” Ainun diam dan menguping, ia tempelkan telinganya pada dinding “Asyh ….” tak lama wanita itu meneruskan “Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalahu. Wa asyhadu anna Muhammadan'abduhu wa rasuuluhu ….” 
Ucap Ainun dengan nada sedikit agak ia besarkan agar Bimo mendengar.  

Keduanya pun melangkah, beriringan menuju masjid. 
Bimo ke lantai dua dan Ainun ke lantai dasar, masjid ini memang terdiri dua lantai ruang akhwat dan ikhwan dipisahkan. 
Jika ingin melakukan sholat jamaah sebuah layar led di lantai bawah akan dihidupkan.

Tak lama Ainun selesai sholat, Bimo tengah menunggu di luar. 
Senyumnya lebar menyambut Ainun, rambut Bimo basah karena air wudhu. 
Ainun semakin senang melihat semangat Bimo. 
Mobil Nesa datang, Ainun pun pergi bersama Nesa meninggalkan Bimo di belakang. 
Rasa kehilangan mendadak hadir di hati Ainun, wanita berkacamata besar itu mencuri-curi pandang dari kaca spion mobil, Bimo masih berdiri di belakang. 

Sejujurnya Ainun pun memiliki perasaan yang sama dengannya, namun Ainun sangat tahu batas-batas seorang wanita dalam menjaga izzah. 
Ainun tahu bahwa setan selalu mengiringi setiap langkah wanita ataupun dua orang manusia yang sedang dimabuk asmara, setan akan terus merayu umat adam agar melakukan pelanggaran had atau berzina. 

Ainun tahu betapa berat hukuman seseorang yang melakukan pelanggaran tersebut, tidak akan masuk surga seseorang yang melakukan zina jika ia belum melaksanakan taubatnya dan hanya hukum ranjam yang bisa melebur semua dosa.

“Sudah lama dengan Bimo....?” 
Suara Nesa membangunkan Ainun akan bayangan Bimo. 
Wanita bertubuh jangkung ini terlihat lihai membawa mobil.

“Ehhh … maksudnya.....?”

“Looh, bukannya Ainun pacarnya Bimo....?”

“Bukan..........................!”

“Hehe, Itu anak berarti main ngaku-ngaku donk ya Nun.”

“Hmmm ….....................”

“Bimo itu baik........, Nun. 
Meskipun bandelnya minta ampun, tapi dia care dengan teman, care dengan sesama. 
Acara sosial kampus selalui dia yang memprakasai, jiwa sosialnya tinggi dia.”

Ainun diam, “pantas saja Bimo begitu baik denganku,” 
Pikir Ainun. 

“Kadang dia nggak mentingin dirinya sendiri, selalu orang lain yang dia pikirkan. 
Coba bayangin, Bimo hampir nggak lulus-lulus cuma gara-gara mikirin nasib teman-temannya, ada yang ibunya masuk Rumah sakit Bimo bantu, ada yang temannya kecelakaan Bimo bantu. 
Banyak deh … aku iri loh sama kamu, Nun.....!” 
Ucap  Nesa seraya melirik Ainun. 

Bagi Nesa Ainun bukanlah saingannya, Ainun kalah cantik dengan wanita bak model disampingnya. 
Nesa lebih mirip atau pantas jika disandingkan dengan artis seperti Tyas Mirasih wajahnya 11-12 dengan artis papan atas itu. 

“Kita sampai................,”

“Ok................................! 
Eh … namanya siapa....?” 
Tanya Nesa penasaran.

“Pak Raiyan,  oh ya Bapak punya dua anak satu putra dan putri.”

“Uuuu...., saya suka duda.”

Ainun mendelik dan tersenyum. 
Nesa begitu agressif dan lucu.

“Ayo Kak ....................….” 
Ajak Ainun.

Nesa langkahkan kaki masuk ke dalam, Nesa edarkan pandangan ke sekeliling rumah, wanita itu takjub lelaki yang Ainun hendak kenalkan dengannya adalah orang kaya, ia berjalan begitu percaya diri. 
Tak lama suara-suara rindu terdengar, anak-anak berteriak memanggil nama Inoon.

“Inooon........................!” 
Rania berlari ke arah Inoon, dan Radit menarik tangan Ainun agar duduk di sofa bersamanya. 

“Hai anak-anak.............!” 
Teriak Nesa. 

Rania berlindung di balik tubuh Ainun, dan Radit tak merespon sapaan Nesa. 

“Hmm …........................” 
Ucap Nesa seraya mencari cara, Ainun mulai menyukai Nesa. 
Sepertinya Nesa juga suka anak-anak. 

“Assalamualaikum........!” 
Suara Raiyan terdengar, lelaki itu baru saja tiba. 
Wajahnya tampak lusuh, wanita bernama Nesa mendadak diam melihat Raiyan, lelaki di hadapannya begitu tampan, wajahnya indo keturunan, putih. 

“Kamu siapa.................?”

“Ohhh … saya temannya Ainun.”

“Ohhh.., Ainun mana......?”

“Ambil minum.”

Raiyan tak mempedulikan Nesa, ia tinggalkan Nesa bersama anak-anak dan menemui Ainun di dapur. 

“Nun …..........................” 
Sapanya.

“Bapak.........................!” 

“Itu siapa....................?”

“Nesa...., 24 tahun, jurusan tata rias, cantik kaya model ….” 
Ainun terus nerocos menjelaskan tentang Nesa. 
Raiyan tertawa mendengar penjelasan Ainun.

“Terus … apa dia sayang anak-anak...?”

“Ya … nggak tahu sih Pak.”

“Kalo gitu ajak dia ke kamar anak-anak, saya aktifkan CCTV di kamar.”

“C …C TV.....................?!” 
Tanya Ainun kaget.

“Iya...............................!”

“Sejak kapan Bapak pasang CCTV....?”

“Sudah lama.................!”

“HAAAAAA...................!” 
Ainun meringis, Ainun begitu malu ia pernah joget, lompat-lompat seperti badut untuk menghibur Radit dan Rania.

Ainun mengajak Nesa juga anak-anak ke dalam kamar Radit di lantai dua, entah apa yang diinginkan Raiyan, lelaki itu sungguh aneh. 
Nesa sama sekali tak ia ajak bicara, ia hanya ingin melihat Nesa bisa menghadapi Radit dan Rania atau tidak. 

“Nun..., kita ngapain kesini.....?” 
Tanya Nesa kesal, melihat keangkuhan Raiyan yang tak seperti mencari pasangan.

“Begini … Bapak minta, Kak Nesa berbaur dulu dengan anaknya.”

“Nun...., bahkan saya kenalan saja belum sama dia...! 
Dia mau cari istri atau apa sih....!”

“Heee ...........................!” 
Ainun mencoba untuk tersenyum melihat Nesa yang mulai emosi. 

“Bapak juga ingin mencari ibu untuk anak-anaknya, Kak.”

“Okeh … gampang.......!”

Ainun diam, ia tak nyaman dengan jawaban Nesa. 
Ainun keluar tak lama Raiyan naik ia menunggu di luar bersama Ainun seraya menghitung dengan jari, Raiyan seperti kenal sifat anak-anaknya. 

“Satu, dua , tiga, empat …," 
Ucap Raiyan seraya mengangkat jemarinya.

“Bapak ngapain............?”

“Lima, enam, tujuh …..”

“HAAA...........................!” 
Suara teriakan terdengar. 
Mulut Ainun menganga panik, dan Raiyan hanya tertawa. 
Tak lama Nesa keluar seraya memegang telinganya.

“Anak itu gigit kuping aku Nun....!”

Raiyan tertawa lepas, ia melihat ekspresi Ainun yang panik juga melihat Nesa yang kesakitan. 
Nesa menatap Raiyan, lelaki itu seperti hanya mempermainkannya. 

“Kalian hanya mampermainkan saya...!” 
Nesa pergi dengan luka di telinga.

 “Tunggu...., Kak …........!” 
Jawab Ainun mengekor.

“Kak..., maafkan Ainun...!” 
Teriak Ainun. 
Emosi Nesa begitu memuncak, ia menatap nanar pada Ainun, kesal, kecewa dan merasa dipermainkan. 
Nesa masuk ke dalam mobil  dan membanting pintu. 

“Nun.............................!” 
Teriak Raiyan.

“Bapak seharusnya kenalan dulu dengan Nesa.....!”

“Loh............................!”

“Nesa jadi merasa dipermainkan.....!”

“Kan saya sudah bilang, yang penting anak-anak saya Nun. 
Saya tahu wanita macam apa dia, teman wanita saya seperti dia banyak Nun ….” 
Tuturnya lalu kembali tertawa.

Ainun kesal ia masuk ke dalam sementara Raiyan terus tertawa.

Di kamarnya Raiyan melihat beberapa rekaman CCTV , dari kesekian perempuan yang pernah mendekati anak-anaknya hanya Ainun yang tulus merawat juga menyayangi. 

Beberapa rekaman ia perhatikan hampir semua perempuan tak sabar menghadapi anak-anaknya, bahkan salah satu dari mereka ada yang sampai memukul Radit. 
Raiyan cukup trauma dengan apa yang ia lihat, perhatian ia kini hanya tertuju pada Radit dan Rania. 
Minta dicarikan jodoh sebenarnya hanya alasan Raiyan agar lebih dekat dengan Ainun, ia ingin berbicara banyak, ia ingin Ainun merasa nyaman dengan sikap dia yang 

......BERSAMBUNG......

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER