Beliau tidak menyetujui
pendapat Umar yang menghendaki mereka
dibunuh. Tetapi kemudian turun ayat yang
membenarkan pendapat Umar . Allah
berfirman : “Tidak patut bagi Nabi mempunyai
tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan
musuhnya di muka bumi”. (Q.S. al Anfal, 67).
Bayangkan…! Bahkan Tuhan lebih membenarkan
pendapat Umar padahal Nabi sendiri lebih
cenderung pada pendapat Abu Bakar!
Ada beberapa ayat yang turun karena Umar.
Umar pernah menyampaikan keinginannya
kepada Nabi saw. agar maqam Ibrahim
dijadikan tempat shalat. Maka turunlah ayat:
“Dan jadikanlah maqam Ibrahim tempat
shalat” . ( Q.S. al Baqarah, 125). Ia juga pernah
menyampaikan kepada Nabi saw.: “Bagaimana
kalau anda perintahkan saja isteri-isteri anda
untuk memakai hijab ( penutup wajah ). Sebab
mereka dilihat bukan saja oleh orang baik-baik,
tetapi juga orang-orang yang jahat”. Lalu Allah
menurunkan ayat: “Apabila mereka meminta
sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri
Nabi), maka mintalah dari belakang tabir”. (Q.S.
al Ahzab, 53).
Sebagian ulama mengatakan bahwa pendapat-
pendapat Umar yang sejalan dengan kehendak
Allah berjumlah 14 masalah. Antara lain;
usulannya kepada Nabi agar tidak
menyembahyangi jenazah Abdullah bin Ubay
bin Salul. Al Qur-an menyatakan :”Dan
janganlah kamu sekali-kali menyembahyangi
(seorang) yang mati di antara mereka, dan
janganlah kamu berdiri (mendo’akan) di
kuburnya …”. (Q.S. al Taubah, 84). Umar juga
berkeinginan mendapatkan penjelasan yang
tegas mengenai persoalan khamr (minuman
keras). Ia mengemukakan keinginan itu dalam
do’anya : “Ya Allah, berikan kami kejelasan
tentang khamar secara tegas dan tuntas. Maka
turunlah ayat yang mengharamkannya.
http://
ceritainspirasimuslim.blogspot.com/2010/04/
umar-bin-khaththab-al-faruq-ra.html
Ini semua menunjukkan bahwa Allah tidaklah
‘sewenang-wenang’ dalam menetapkan aturan
meski pun tentu saja Allah adalah Maha
Berkuasa. Bahkan tidak selamanya Tuhan
membenarkan pendapat NabiNya dan
mengesampingkan pendapat sahabat Nabi yang
hanya manusia biasa. Tuhan itu demokratis…!
Apa bukti lain bahwa Tuhan itu demokratis dan
tidak sewenang-wenang? Salah satu bukti yang
sangat penting adalah tentang masalah IMAN.
Kalau Tuhan ingin semua manusia beriman ,
mengapa dia membiarkan orang menjadi kafir
atau atheis? Padahal ia Maha Kuasa untuk
membuat semua hambaNya beriman. Ini bukti
bahwa Tuhan tidak hanya Maha Kuasa, tapi juga
Maha Demokratis. Dia tidak mendikte, tetapi
memberi pilihan. Dengan konsekuensi tentunya.
Jika kita memilih beriman maka ada reward dan
ada caranya. Tuhan tetap memberi panduan
dan petunjuk melalui Rasul dan Kitab-Nya.
Tuhan juga memberi kita akal agar bisa berpikir
dan memilih sendiri mana jalan yang akan kita
lalui, jalan yang lurus atau jalan yang sesat.
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya? (QS
Yunus ayat 99)
Tentu dengan sangat mudah saja Tuhan bisa
menjadikan semua manusia menjadi
pengikutNya. Tapi Tuhan ingin manusia beriman
karena kehendak mereka sendiri, bukan dengan
paksaan. Maka Tuhan memberi kita petunjuk
dan akal, tapi kita sendirilah yang memutuskan
apakah hendak mengikuti petunjuk itu atau
tidak dengan mempergunakan akal kita. Justru
keimanan sesorang pada Tuhan itu harus
didasarkan pada kemerdekaan memilih yang
diberikan oleh Allah khusus pada mahluk yang
namanya manusia, dan kemerdekaan adalah
salah satu pilar demokrasi yang hakiki.
”Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin
(beriman), hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir), biarlah ia
kafir.” (QS. Al-Kahf ayat 29).
”Tidak ada paksaan dalam menganut agama.
Sesungguhnya telah jelas antara yang benar dan
yang sesat.” (QS. Al-Baqarah 2:256).
Kepada para Nabi pun Tuhan berpesan agar
tidak memaksa. Nabi hanyalah seorang pemberi
peringatan, keputusan untuk mengikuti atau
tidak ada dalam diri setiap manusia masing2.
“Jika mereka berserah diri, maka sesungguhnya
mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanya
menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-
hambaNya.” (QS. Al-’Imran ayat 20)
Contoh lain adalah soal perintah sholat. Ketika
mi’raj, awalnya Tuhan memerintahkan shalat
sebanyak 50 rakaat. Nabi Muhammad kemudian
menawar jumlah rakaat itu diturunkan dengan
alasan umatnya tidak akan kuat sholat sebanyak
itu dalam sehari semalam. Tawar menawar itu
terjadi beberapa kali hingga akhirnya disepakati
shalat hanya 5 rakaat.
Bukankah ini semua menunjukkan betapa
demokratisnya Allah SWT? Lantas mengapa
dikatakan bahwa demokrasi itu adalah sistem
kufur. Padahal Tuhan sendiri yang mengajrkan
pada kita bagaimana bersikap demokratis…?!
Balikpapan, 11 Desember 2011
Salam
Satria Dharma
No comments:
Post a Comment