Monday, October 19, 2020

Need A Wife 07

NEED  A  WIFE 7

Dara membuat nasi goreng spesial untuk Pak Seno. Ibunya sempat keheranan melihat anak gadisnya tiba-tiba ada di dapur, membuat nasi goreng dengan modal membawa smartphone untuk mencontek resep di google. Mencicipi meski dengan raut cemas, lalu bertepuk tangan karena dirasa enak.

"Tumben," sapa Ibunya dengan menatap anak gadisnya yang semakin hari semakin manis.

"Mau tanding. Nasi goreng terenak gitu deh," jawabnya asal sambil memasukkannya ke tempat makan berwarna pink.

Secepat kilat dia keluar dari dapur, tapi kembali dan mencium punggung tangan sang Ibu.

"Doakan menang dong, Bu. Katanya doa seorang Ibu itu kan dikabulkan," celoteh Dara sambil penuh harap.

"Iya, semoga menang. Emang hadiahnya apa sih?" Tanya ibunya keheranan.

"Hadiahnya... ah kejutan deh," jawab Dara sambil lari ke luar dan langsung memesan ojek online untuk pergi ke sekolah.

Lama, dia hanya duduk di pintu gerbang sekolah. Satu per satu murid dan guru melewatinya. Sapaan teman-temannya dia abaikan, hanya menjawab seperlunya. Hingga dia bersorak girang saat motor Nmax merah melewatinya dan berhenti di parkiran khsusus guru.

Dara terus menguntit pria yang badannya semakin tegap saja, bahkan cambang tipis sedikit tumbuh di pipi hingga dekat telinganya. Membuat para siswi memandangnya diam-diam dengan penuh pesona.

Pak Seno masuk ke ruang guru, menyapa rekan-rekannya. Sejurus senyuman termanis dia lemparkan untuk guru matematika yang juga tengah menatap terpana padanya.

"Pagi, Pak," sapa Dara yang ketika Seno sedang bertatapan dengan Bu Rara muncul di antara keduanya.

"Pagi. Ada apa?" Tanya Seno datar sambil melirik ke arah Bu Rara yang tidak senang.

"Ini, sebagai permintaan maaf karena kemarin menumpahkan nasi goreng untuk Bapak. Dara bikin gantinya. Ini Dara yang masak lho, pertama kali dan spesial buat Bapak."

"Duh, buat kita mana dong Dara. Masa cuma Pak Seno," canda guru yang lain yang ikut mendengar.

"Ih, ‘kan yang nasinya Dara tumpahin eh nggak sengaja Dara tumpahin, nasinya Pak Seno." Dara tersenyum manis. 

Membuka kotak makan tersebut dan memperlihatkan isinya yang memang terlihat menggoda.

"Tahu aja saya belum sarapan. Makasih ya," ujar Seno sambil menepuk pundak muridnya.

Dara senang bukan main, dia lari ke luar ruang guru dan mengintip di balik pintu. Penasaran akankah di makan atau justru dibuang.

Ternyata, pria itu mengambil sendok dan menikmatinya dengan senyuman.

"Enak nggak? Saya juga belum sarapan," sapa Bu Rara mendekat, membuat Dara mulai cemas karena takut gurunya tersebut balas dendam.

"Mau nyobain?" Tanya Pak Seno dengan senyuman.

"Boleh emang?"

"Boleh dong," jawab pria tampan tersebut. 

Menyerahkan sendok bekas dirinya dan langsung diterima Bu Rara.

Tanpa canggung dan malu mereka makan berdua di tempat makan yang sama. Menyisakan canda dan goda dari rekan sejawat mereka yang semakin menganjurkan untuk segera meresmikan hubungan mereka. Namun menyisakan sesak dan penyesalan bagi Dara yang meratapi nasi goreng buatannya, kini menjadi perantara kisah cinta dua orang gurunya.

*****  

Pelajaran pagi ini kebetulan Seno mengajar di kelas Dara, di ruang lab bahasa. Seno menjelaskan beberapa metode membuat lamaran pekerjaan dan lain sebagainya.

"Oke, sudah bisa difahami?" Tanyanya sambil mematikan layar slideshow karena bell istirahat telah terdengar.

Semua siswa berhamburan, menyisakan Seno yang masih menandatangani agenda kehadiran kelas dan juga absen. Setelah itu dia melihat semua siswa siswi telah keluar, dia pun berdiri dan berniat meninggalkan ruangan bahasa.

Hingga tiba-tiba pintu kembali ditutup dan dikunci dari dalam oleh Dara.

"Ada yang harus kita omongin, Pak." Dara berdiri di depan Seno yang menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar sambil berpangku tangan.

"Apa lagi sih? Urusan kita udah kelar masalah traktir dan janji," balas Seno dengan tidak suka.

"Dara nggak ikhlas Bapak kasih nasi dari Dara buat Bu Rara, itu kan cuma buat Pak Seno."

"Ya kalau buat saya, setelah saya terima... bebas mau saya kasih ke siapa. Sudah jadi hak saya ‘kan?" Tanya Seno dengan kesal.

"Pak Seno faham nggak sih arti tersirat di balik ini semua?" Tanya Dara dengan kesal.

"Enggak," jawab Seno singkat. 

Membuat Dara mencebik dan menarik bibirnya ke samping seperti akan menangis.

"Dara... Dara itu suka sama Bapak. Dara naksir sama Bapak. Aku tuh cinta sama kamu, Sen!"

"Gila kamu, kalau ada yang dengar gimana?" Seno spontan membekap mulut Dara dengan tangannya, tapi malah menjadikan mereka berdua bertabrakan dan mengalirkan sensasi yang tak pernah dia duga sebelumnya.

Bagaimanapun juga, Dara gadis yang sudah baligh dengan usia yang sudah masuk dewasa yaitu 18 tahun. Menjadikan tabrakan antara dirinya dan Dara seolah mengalirkan dua panas yang berbeda, proton dan netron seolah menarik keduanya untuk tetap saling berdekatan hanya dibatasi pakaian yang mereka kenakan.

Seno, yang sudah lama tak sedekat ini dengan perempuan, seperti merasakan tarikan kuat ketika menatap wajah muridnya yang polos dan lugu pasca menyatakan perasaannya. Kewarasan hampir hilang darinya saat Dara memejamkan mata dan menengadah dengan pasrah.

Antara dilema untuk memanfaatkan kesempatan yang sangat jarang, atau tetap waras bahwa hidangan yang tersaji di hadapannya tidaklah halal.

Dara membuka mata dengan kecewa, karena tak kunjung juga mendapatkan apa yang dia harapkan. Cengkraman di kemeja gurunya melemah, dan tertunduk pasrah.

"Apa Dara nggak menarik di mata Bapak? Apakah Bu Rara lebih istimewa?" Tanyanya pelan dengan mundur satu langkah hingga kini ada jarak antara dirinya dan Seno, memberikan kelegaan tersendiri bagi gurunya yang hampir khilaf.

"Kamu menarik, tapi bukan selera saya. Saya bukan lagi pria yang cari pacar, tapi cari istri. Nggak mungkin ‘kan kamu nikah habis lulus? Kelamaan saya kalau harus nungguin kamu," papar Seno dengan berusaha setenang mungkin. Menormalkan hormon yang sejak tadi minta dipuaskan.

Dara tertunduk, dia juga sadar akan hal itu.

"Baiklah, tapi bisa nggak bantu Dara kali ini aja?" Tanyanya lemah.

"Apa?"

"Mau ya pura-pura jadian ama Dara, soalnya... Dara taruhan lagi sama Vivi," katanya jujur.

Seno berdecak kesal. Sia-sia mengutarakan isi hati soal mencari istri. Rupanya Dara hanya sedang taruhan.

"Enggak," jawabnya singkat dan kecewa.

"Please," rengek Dara menghalangi langkah Seno.

"Aku ini bukan barang yang kamu bisa mainin, enak aja harus pura-pura. Kalau Bu Rara tahu dan salah faham?"

"Jadi Bapak beneran naksir Bu Rara?" Tanya Dara penasaran.

"Iya, saya akan melamar dia dalam waktu dekat," jawab Seno cepat dan langsung keluar dari ruang lab, meninggalkan Dara yang mematung dan membisu.

"Kok gue ngerasa sakit ya dengernya. Apa gue suka beneran sama dia?" Gumam Dara sambil menyandar di dinding ruangan.

*****  

Seno menatap kosong. Batinnya bingung dengan apa yang dirasakan saat ini. Dia begitu menyukai kenakalan Dara yang memang berdarah muda serta segar. Namun dia menginginkan keseriusan dan itu hanya akan dia dapatkan dari Bu Rara yang juga sama-sama dewasa serta siap menikah.

Dalam kegamangan, ponselnya berdering. Tanpa melihat siapa yang menghubungi, dengan cepat dia menerima telepon.

_‘No, aku kangeng,’_ ujar suara dari seberang.

‘Mau kamu apa sih?’ Tanya Seno ketus.

_‘Balikan sama kamu,’_ jawab Indri sambil menutup tubuhnya yang tak memakai pakaian lengkap. 

Ia baru saja bertualang ke negeri yang panas bersama suaminya, Andre. Namun tak pernah mendapatkan kepuasan seperti dulu saat berselingkuh, justru merindukan dan membayangkan sosok mantan suaminya.

Andre sibuk membersihkan diri di kamar mandi sehingga Indri leluasa menghubungi Seno dan terus menebarkan bujuk rayunya.

‘Aku udah mau nikah lagi, Ndri.’ Seno datar menanggapi kerinduan mantan istrinya.

_‘Sama anak piyik itu? Nggak mungkin, dia masih SMA kok,’_ cibir Indri.

‘Ya bukanlah, anak itu kan cuma...,’ Seno tidak melanjutkan kata-katanya.  

Lagipula tidak penting membahas hidupnya pada mantan istri. Dia seharusnya tak perlu tahu tentang dirinya lagi.

Indri segera mematikan telepon. Dia bahkan mengganti nama kontak Seno menjadi nama perempuan agar suaminya tidak curiga. Beberapa kali Andre kedapatan tengah memeriksa ponsel istrinya.

"Perempuan tukang selingkuh bukan nggak mungkin bakal selingkuh lagi," katanya, padahal dia sendiri sama saja. Bukan laki-laki bersih.

Janda Seno itu tidak jarang menerima perlakuan buruk, dari mulai kata-kata kasar bahkan pernah juga ditampar karena mendapati Andre tengah menghubungi wanita lain.

Kehidupan Indri seperti tidak jelas arahnya, harapan hidup lebih baik secara finansial justru malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan. KDRT bahkan hinaan sebagai wanita murahan oleh suaminya sendiri yang memang dulu didapat dari hasil perselingkuhan.

*****  

Seno baru saja mengeluarkan motor dari dalam rumah. Hari ini dia berniat menemui Bu Rara untuk sekedar membahas masa depan mereka. Meminangnya, sebelum meminang secara resmi pada orangtuanya.

Dengan kemeja navy dan celana jeans hitam, dia berpamitan pada ibunya. Senyumnya terus terukir mengingat dia akan memulai sebuah lembaran baru dengan seorang wanita  yang tak hanya cantik parasnya tapi juga baik dan selalu tampak menjaga diri dan nama baiknya.

Seno membelokkan motor dan tiba-tiba seorang wanita menghentikan laju kendaraannya.

"Indri?" Tanyanya heran melihat wanita yang mencegatnya di jalan.

Tanpa basa basi, wanita itu naik ke motor Seno dan duduk nyaman disana.

"Ada apa sih?" Tanya Seno kesal dan meminta Indri turun.

"Aku mau cerita sama kamu, mau bahas banyak hal. Kalau ke rumah takut Ibumu nggak suka, jadi aku cegat kamu di sini." Indri tahu persis jalanan yang selalu dilewati mantan suaminya ini.

"Nggak bisa hari ini, aku ada acara ketemu sama orang."

"Please, No. Aku kemarin dipukul sama Andre. Bahkan dikatain pelacur, aku bingung ngadu sama siapa," katanya dengan terisak.

"Bukan solusi ngadu sama aku, ngadulah sama Ibu Bapakku lah."

"Aku takut, mereka pasti akan marah dan bikin aku makin disakiti ama Andre."

Seno kehabisan kata, motornya tak bergerak karena menunggu Indri turun.  Namun perempuan itu tetap bertahan, duduk nyaman dengan senyuman mengembang. Menatap rambut pria yang selalu dia rindukan. Dia cinta, tapi sayang dulu tidak memiliki harta.

Sebuah lagu romantis terdengar dari ponsel Seno, foto wanita cantik berjilbab motif bunga muncul. Menandakan dia ingin tahu di manakah gerangan pria yang berjanji akan menemuinya hari ini.

‘Assalaamualaikum,’ sapa Seno dengan senyuman. 

Membuat Indri penasaran dan menyimak dengan seksama.

_‘Sudah sampai mana? Aku dah di resto tempat kita janjian lho,’_ ujar Bu Rara dengan senyuman gugup.

‘Hmm, ini masih di jalan. Kena macet. Tunggu sebentar nggak apa kan?’

_‘Iya deh, hati-hati di jalan.’_

‘Pesen dulu aja makanan apa yang Bu Rara suka, saya samain aja ya,’ pinta Seno dengan manja, meski masih memanggil formal dengan sebutan Bu di depannya.

Indri mencium aroma cinta di setiap kata mantan suaminya. Dengan jantung yang menggebu, dia kecup leher Seno yang sudah melepas helm saat bertemu dirinya.

Spontan Seno terkejut, 

"Dri, kamu apa-apaan sih?"

"Cium kamu," jawab Indri keras.

Bersambung 

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER