Wednesday, March 25, 2020

Lastri 15

LASTRI  15
(Tien Kumalasari)
Lastri berlari, mencari arah suara ponselnya. Ia lupa tadi meletakkannya dimana. Ahaa, ternyata ada diruang tengah, pantesan tadi suaranya terdengar sampai diluar. Ia ingat  tadi Bayu telah mengisi pulsa untuknya, lalu meletakkan ponselnya diruang tengah. Dering itu terus berbunyi, Lastri mengangkatnya. Dari Timan ternyata.
"Hallo mas, ada apa?"
"Nggak apa-apa, kok tadi nggak ke pasar?"
"Nggak mas, majikan pergi semua ke Surabaya."
"Oh, pantesan, ada jeruk baru datang, masih segar dan maniis... kayak kamu," canda Timan.
"Lhaa.. kan kemarin sudah beli, tadi tinggal empat biji dibawa mas Bayu," jawab Lastri sambil tertawa. Masa manisnya kayak jeruk?
"Kamu sama siapa dirumah?"
"Ya sendiri lah mas, mau sama siapa lagi?"
"Mau nggak saya antar jeruknya kerumah?"
"Nggak usah mas, tadi nggak ada pesan untuk beli jeruk, jadi besok saja kalau mereka sudah pada pulang."
"Maksudnya untuk kamu."
"Ya ampuun, nggak mas, nggak usah.. masa dikasih terus."
"Cuma beberapa butir. Ini lagi banyak penyakit lho, kamu harus banyak makan buah."
"Iya aku tau, tapi setiap hari sudah makan buah terus. Setiap kali ibu beli, pasti Lastri juga harus ikut makan."
"Tapi kan sekarang habis karena sudah dibawa mas Bayu semua."
"Mas Timan kok ngeyel ya, nggak usah mas, besok saja kalau ibu sudah pulang."
"Hm, susah ya ngerayu kamu," keluh Timan.
Lastri tertawa.
"Ngrayunya pakai jeruk sih, ya susah."
"Haa... jadi kamu mau dirayu pakai apa?Berlian sebongkah? Atau emas segunung?"
Lalu keduanya tertawa terbahak.
"Nggak mas, aku hanya bercanda."
"Baiklah, jadi gagal nih, rencana pengiriman jeruk kerumah?"
"Ma'af mas, mas Timan baiiiik sekali, tapi besok saja kalau ibu sudah pulang ya?"
"Ya sudah, kamu hati-hati ya dirumah sendiri. Lebih baik kunci semua pintu, dan nggak usah bukain pintu walau ada yang mengetuknya kalau kamu nggak kenal siapa dia."
"Baik mas, terimakasih perhatiannya."
"Satu Lagi Tri, kalau ada apa-apa jangan segan menelpon aku ya."
"Ya mas, sekali lagi terimakasih."
Lastri tersenyum sendiri ketika sudah berada didalam kamarnya, setelah mengunci semua pintu. Timan sangat baik, berkawan sejak Lastri masih baru datang dari desa, belum bisa membaca dan menulis sampai sekarang sudah lulus SMA, menjadi gadis dewasa.
"Alangkah senangnya punya kakak seperti mas Timan," gumam Lastri.
Dibaringkannya tubuhnya, dipejamkannya matanya. Hari belum siang benar, tapi Lastri ingin tidur sebentar. Semalam tidurnya agak larut, karena membantu mengepak barang-barang yang akan dibawa majikannya. Hari ini Lastri merasa, betapa sunyi dunianya. Sesungguhnyalah bahwa dia sebatang kara. Tak mengenal orang tuanya, lalu ditinggal mati neneknya, lalu ikut orang asing yang bukan siapa-siapa bagi dirinya.  Benar-benar sunyi, lalu mata bening itu terpejam, lelap dalam sunyi yang menderanya. Lastri merasa seperti berjalan sendirian, disebuah taman penuh bunga. Aroma segar menyentuh hidungnya, lalu terdengar suara memanggilnya.
"Lastriii... Lastri..."
Lastri berhenti dibalik serumpun pohon perdu. Matanya mencari-cari, darimana arah suara itu. Ia terkejut ketika sebuah dekapan hangat merengkuh erat tubuhnya dari belakang. Ia tak bisa bergerak, 
"Lastri," suara itu terdengar lagi, kali ini lebih lembut, menusuk telinga kanannya. Lastri menoleh dan terkejut, sosok yang dikenalnya masih memeluknya. Lastri meronta, membalikkan tubuhnya sehingga mereka berhadapan. 
"Lastri," bisik itu terdengar seperti sebuah desah yang menggetarkan.
"Aku mencintai kamu Lastri," bisik itu kembali terdengar, serasa menghembus wajahnya seperti  siraman angin yang menyejukkan.
"Aku juga mencintai mas.." Lastri merebahkan kepalanya didada bidang yang merengkuhnya. Hanyut dalam alunan cinta yang menggelora.
Lastri terkejut ketika tiba-tiba terdengar dering dari ponselnya. Ia membuka matanya, terhempas kedalam alam nyata yang senyap sepeti sebelumnya.
"Ya Tuhan, aku bermimpi.." gumam Lastri, sementara dering itu bergema memenuhi ruang kamarnya.
Lastri meraih ponselnya. Lalu ia hampir melonjak kegirangan ketika membaca siapa yang mengontaknya.
"Hallo mas Bayu,"
"Lastri, kamu tidur ?"
"Eh.. mmh.. iya, ma'af, saya ngantuk sekali," jawabnya takut-takut. Bagaimanapun sungguh memalukan seorang pembantu tidur disiang hari bolong seperti itu.
"Nggak apa-apa Lastri, lebih baik tidur daripada enggak, kalau nggak tidur..  paling-paling kamu juga akan melamunkan aku," goda Bayu.
"Mas Bayu tuh..." Lastri tersipu. Kalau saja Bayu melihatnya, pasti akan tampak olehnya wajah cantik itu kemerahan menahan malu. Malu, atau mau? Bibir Lastri merekah oleh bahagia yang membuncah.
"Lastri, "
"Ya mas."
"Nanti malam kamu tidur sendiri, nggak takut?"
Sebenarnya Lastri heran. Bagaimana Bayu bisa menelponnya dengan sesantai itu, apa tidak takut pak Marsudi mendengarnya?
 "Takut nggak?"
"Eh, takut? Nggak mas, kan tiap malam juga Lastri tidur sendiri."
"Masa, padahal aku selalu menemani kamu lho."
"Bohong !"
"Iya, dalam mimpi.." lalu Bayu tertawa.
"Mas Bayu ngomongnya jangan kelamaan, nanti bapak marah."
"Ini lagi mampir makan di restoran, aku keluar untuk menelpone kamu."
"Oh, pantesan."
"Kamu belum menjawab pertanyaanku."
"Pertanyaan apa mas?"
"Kamu tidur sendirian apa nggak takut?"
"Nggak takut, kan tadi sudah dijawab. Setiap hari juga tidur sendiri."
"Tapi kan dirumah ada beberapa orang, aku, ibu, bapak."
"Sama saja."
"Maksud kamu ada aku atau tidak sama saja?"
"Mas Bayu pertanyaannnya yang aneh-aneh saja. Nggak, Lastri nggak mau jawab."
 "Pasti malu menjawabnya."
"Ada-ada saja.." Lastri tersenyum-senyum sendiri.
Tiba-tiba dari jauh terdengaar suara pak Marsudi memanggil.
"Bayu.... ngapain kamu? Itu kamu belum makan!!" teriaknya dari jauh.
"Ya..ya.." jawab Bayu, tapi belum mau melepaskan pembicaraannya dengan Lastri.
"Sudah mas, sana."
"Kok ngusir?"
"Nanti bapak marah, bagaimana ?"
"Ya sudah, sekarang satu lagi pertanyaanku."
"Apa lagi sih?"
"Apa kamu cinta sama aku?"
"Mas, jangan bertanya seperti itu."
"Kenapa? Nggak boleh?"
"Mas tau nggak, aku ini siapa? Aku hanya gadis dusun yang sebatang kara, mana mungkin mas, aku ini seperti pungguk merindukan bulan."
"Itu bukan jawaban Lastri..."
"Sungguh mas, jangan begitu.." sekarang Lastri hampir menangis. Ia harus mengatakan hal yang berlawanan dengan isi hatinya. Ia merasa tertekan, sedih, lumpuh.
"Lastri, tinggal ya atau enggak saja, dimana susahnya?"
"Jangan memaksa saya mas."
"Bukan memaksa, aku ingin jawaban iya atau enggak. Enggak ya? Enggakkah?"
"Mas Bayu..." lalu Bayu mendengar isakan lirih. Hati Bayu seperti teriris.
"Lastri, aku membuatmu sedih?"
" Bayuuu !!!" Itu teriakan pak Marsudi lagi.
"Baiklah Lastri, nanti kalau ada kesempatan aku pasti menelpon kamu lagi. Jangan menangis Lastri, jangan sedih."
Lastri benar-benar menangis begitu Bayu menutup ponselnya.
"Ya Tuhanku, aku harus jawab apa? Ya mas, aku cinta kamu, itu kan dalam mimpiku barusan. Alangkah indahnya mimpi itu, hanya berdua, diantara taman bunga, diantara semerbak yang menghanyutkan, diantara  desah cinta yang membuatku melayang. Tapi itu kan mimpi,Tuhan, aku tidak berani. Apalah aku ini, hanya selembar nyawa tanpa derajat, mungkinkah bisa mendapatkan cinta itu? Tuhan, jangan meninggalkan aku, bimbinglah selalu aku, Sesembahanku.. aku juga mencintainya... aku juga mencintainya...."
Lalu Lastri terguguk dalam derai tangis. Dibiarkannya tangis itu meledak-ledak, biarlah membubung sampai ke langit, biarlah angin membawanya berkeliling dunia, agar berkurang pilu itu, agar berkurang pedih perih yang menderanya. 
***
Sore hari itu Lastri tetap mengerjakan apa yang menjadi tugasnya setiap hari. Bersih-bersih rumah, lalu menjerang air untuk membuat teh. Tapi sore itu tak ada yang dibuatkannya teh hangat. Lastr membuat hanya untuk dirinya sendiri. Duduk dimeja dapur, lalu menghirup teh yang baru dibuatnya, Lastri merasa aneh. Suasana hari itu benar-benar berbeda. Duduk sendirian, uwutak ada suara apapun. Biasanya ada yang menyetel televisi, lalu suaranya terdengar sayup dari dapur. Lastri enggan menghidupkan televisi. Ia menghirup lagi teh hangatnya, lalu dibukanya tudung saji didepannya. Oh ya, masih ada tahu goreng sisa pagi dimeja itu, Lastri mengambilnya lalu menggigitnya perlahan. Sudah dingin, tak seenak ketika masih hangat. Tapi Lastri tak memperdulikan semua itu. Sepotong tahu sudah habis ditelannya. Lalu dihabiskannya sekalian sisa teh yang sudah tak sehangat tadi.
Lalu Asri masuk kekamarnya. Sa'atnya mandi. Lastri menyiapkan baju ganti diatas tempat tidur, lalu pergi ke kamar mandi. Kamar mandinya ada diluar, dekat dapur, bukan didalam kamar tidur seperti kamar majikannya. 
Ketika selesai mandi itu didengarnya ponsel berdering. Masih dengan lilitan hannduk ditubuhnya, Lastri meraih ponselnya.
"Mas Bayu?"
"Lastri, lagi ngapain kamu?"
"Baru habis mandi mas."
"Hm, wangi tubuhmu sampai kesini."
"Mas Bayu ada apa, saya ganti baju dulu lalu mas Bayu menelpon lagi."
"Nggak usah ganti baju dulu, biar begitu saja."
"Nggak ah, malu dong."
"Kok malu, memangnya kelihatan dari sini?"
"Tapi nggak bagus, sebentar.." Lastri meletakkan ponselnya dan melepas semua pakaiannya untuk menggantikannya dengan baju yang tadi sudah disiapkannya. Nggak enak menerima telephone dalam keadaan setengah telanjang begitu.
"Hallo, mas Bayu masih disitu.?" tanya Lastri setelah barpakaian rapi.
"Nggak, kelamaan, aku sudah pergi," jawab Bayu menggerutu.
Lastri tertawa keras.
"Sudah pergi kok bisa menjawab.."
"Kmu sudah cantik, dan wangi.."
"Mas, ini dimana, kok bisa menelphone?"
"Sudah sampai dirumah tanteku, aku didalam kamar, sendiri."
"Oh, pantesan."
"Sedih aku, diluar ramai sekali, aku kan harus menelphone kamu."
"Siapa yang mengharuskan?"
"Aku sendiri."
"Tri, kamu sudah nggak menangis lagi kan?"
"Nggak, saya baik-baik saja."
"Oh ya Tri, sebentar lagi hari gelap, kamu harus mengunci semua pintu."
"Sudah daari tadi mas."
"Bagus, dan jangan sampai kamu membukakan pintu untuk orang asing. Maksudnya orang yang tidak kamu kenal, atau siapa saja yang kira-kira mempunyai makssud tidak baik."
"Ya mas."
Lastri mendengar  suara orang mendekat.
"Bayu, mengapa dikamar saja," suara seorang wanita.
"Ya tante, sebentar lagi, baru ada perlu sama.. teman."
"Baiklah, banyak yang nunggu kamu diluar. Ada putranya om Haryo yang cantik itu, ingin kenal sama kamu lho."
"Ah, tante.."
"Bener Yu, kamu harus memikirkannya, kamu itu sudah menjadi perjaka tua, tau."
Bayu tertawa.
"Oke Yu, buruan, banyak yang nungguin tuh."
"Baik tante, sebentar lagi."
Lalu suara langkah menjauh terdengar. Lastri menghela nafas panjang. Ada yang menawarkan seorang gadis, aduhai.. Lastri nggak boleh sakit hati, bisik batinnya.
"Lastri, kamu masih disitu?"
"Sudah pergi," jawab Lastri membalas gurauan Bayu tadi. Lalu didengarnya Bayu tertawa keras.
"Ngebalas ya?"
"Mas, sudah, itu ditungguin banyak orang, ada gadis yang ingin kenal.."
"Hm... cemburu ya?"
"Nggak ah, mengapa juga harus cemburu, memangnya aku ini siapa?"
"Kamu kan calon isteri aku."
Lalu ponsel Lastri terlepas dari pegangan, jatuh kelantai. Dan mati.
"Aduhh.. rusakkan?"keluh Lastri sedih. Ia mencoba mengotak-atik ponselnya, tapi tak berhasil.
"Lastri... Lastri..." Bayu berteriak-teriak tak ada jawaban.
***
Hari sudah malam, Lastri masih memegangi ponselnya, membukanya, memasang kembali batery yang tadi dilepasnya. 
"Semoga bisa... semoga bisa..."
Lastri masih tenggelam dalam kesibukannya mencoba ponselnya ketika didengarnya suara dari arah depan. Lastri mengangkat kepalanya dan mendengarkan lebih jelas. Ada langkah diluar pintu.
"Hm, siapapun dia aku tak akan membuka pintu untuknya."
Lastri mencoba lagi ponselnya."Ah ya, menelpon mas Timan saja."
Lastri memutar nomor tilpun Timan. Haa... ada nada sambung..
"Hallo," suara Timan dari seberang.
"Hallo mas, aku Lastri."
"Iya aku tau, ada apa?"
"Tadi sore ponselku jatuh, ambyar.."
"Lha ini bisa menelpon?"
"Iya, aku mengotak-atiknya kok bisa, tapi memasangnya kembali susah, jadi ini masih terbuka. Besok saja aku kepasar tolong dibenerin ya mas."
Lastri menutup pembicaraan itu dan menaruh ponsel yang belum tertutup sempurna. Lastri mendengar suara pintu terbuka. Lastri terkejut. Ia merasa sudah menguncinya.

Bersambung

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER