Monday, June 19, 2023

LINDU YOGYA #4

 LINDU YOGYA (4)

Goeltomo

Sepanjang jalan ramai manusia dan kendaraan yang buru-buru. Kebanyakan mengarah ke timur, arah ke Klaten atau ke Solo. Banyak yang mencegat taksi kami karena lampu di atapnya tetap hidup, karena argo meternya tidak diaktipkan. Kami terus melaju sambil masing-masing terdiam bisu, masih diliputi ketegangan.

Waktu kami sampai di gerbang bandara Adi Sucipto, seorang petugas memberhentikan kami dan menanyakan keperluan kami. Aku menjelaskan mau terbang ke Makassar. Tapi katanya bandara ditutup sementara untuk semua penerbangan. Jadi tidak ada pesawat ke tujuan manapun.

Di kejauhan kulihat parkiran mobil penuh, dan banyak orang bersliweran. Rupanya banyak juga orang yang mencoba untuk keluar dari Yogya.

Mendapat informasi itu segera kuputuskan kami ke Solo saja, ke bandara Adi Soemarmo. Supir taksinya tanpa protes menurut saja.

Dia banyak diam. Mungkin dia sedang memikirkan keluarganya atau siapa, sehingga aku tak berani mengusiknya. Takutnya dia berubah pikiran sehingga tidak mau mengantarkan kami.

Disepanjang jalan keluar dari gerbang bandara ke arah Solo, banyak anak muda dan anak2 yang menyodor-nyodorkan kardus atau kotak minta sumbangan. Rumah2 biasa di tepi jalan banyak juga yang rusak terdampak gempa. Tapi kami terfokus mengejar waktu, apakah perjalanan spekulasi ini bisa berhasil. Aku pikir, pokoknya keluar dulu dari Yogya. Apakah nanti dapat pesawat atau tidak, itu urusan belakang.

Setelah sampai di bandara Adi Soemarmo, aku bayar taksi itu jauh lebih banyak dari yang disebutnya. Aku salam tangannya erat2 sambil berterima kasih ber-ulang2. Dia sudah sangat menolong kami.

Ternyata di bandara ini juga tak kalah ramai. Banyak orang berkerumun dan duduk di lantai pelataran Keberangkatan. Mungkin mereka juga telah mencoba ke bandara Adi Sucipto Yogya, terus coba2 ke sini.

Kami tergopoh-gopoh ke arah deretan loket penjualan tiket, sambil harap2 cemas.

Yang pertama kuhampiri adalah loket Garuda, sesuai urutan dari arah kami datang. Kata petugasnya semua tiket habis untuk penerbangan hari ini, ke semua jurusan.  Terus aku bergegas ke loket berikut, Merpati, juga habis semua. Ke loket seterusnya, Lion, habis juga. Tinggal satu loket yang terakhir, Adam Air.

Dengan setengah putus asa kutanyakan apakah masih ada tiket.

Ternyata masih ada ke Jakarta, persis 2 tiket, dan pesawatnya sudah mau berangkat pula. 

Tak perduli mau ke Jakarta atau kemanapun, langsung kubayar secepat kilat. Tiketnya kusambar sangkin senangnya kurasa.

Sampai sekarang aku tidak habis pikir, "siapa" yang "memblok"  2 tiket itu untuk kami. Begitu banyak orang di pelataran Keberangkatan dan diloket, tapi kok masih ada tersisa 2 tiket, walaupun tujuannya Jakarta. Waktu itu belum ada pesawat dari Adi Soemarmo yang langsung ke Makassar. Jadi kami nanti akan ke Makassar melalui Jakarta.

Penumpang sudah sebagian besar masuk pesawat. Tinggal beberapa yang sedang antri naik tangga. Aku dan putriku berlari secepatnya, dan betul, kami berdua persis di antrian yang terakhir. Waktu itu sudah kira2 jam 11 siang. Jadi selama kurang lebih 5 jam kami tersandra kepanikan dan ketegangan.

Setelah duduk di pesawat, kutatap puteriku. Dia kelihatan letih dan kusut. Dari pagi dia belum mandi, sarapan, bahkan cuci muka dan  sisiranpun belum.

Tiba2 air matanya keluar, mengalir ke pipinya. Pelan2 kurengkuh dia, kudekap erat. Sambil terisak dia berkata lirih, "trimakasih..paa". Kucium rambutnya dan kubisikkan, "papa yakin Tuhan yang menyuruh papa ke Yogya..kita bertrimakasih padaNya, nak"...

T A M A T

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER