KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 65
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Shalat Jum’at Pertama
Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum’at pagi. Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki. Ketika waktu shalat Jum’at tiba, Rasulullah tengah melewati Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan mendirikan shalat Jum’at bersama para sahabatnya. Itulah shalat Jum’at pertama yang didirikan Rasulullah.
Dalam shalat itu, Rasulullah berkhutbah,
“Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan berfirman kepadanya langsung tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-halangi. Firman-Nya, “Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah memberikan harta kepadamu serta Aku telah memberikan banyak karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu gunakan untuk dirimu sendiri.”
“Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun. Namun, ketika melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah karena kalimat thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah.”
Pada saat shalat Jum’at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan sebelum shalat Jum’at dilakukan.
Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Setiap kali melewati sebuah perkampungan, orang-orang selalu berebut menawarkan tempat bersinggah dan beristirahat kepada beliau. Namun, selalu mengulang jawaban yang sama,
“Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia diperintah Allah agar berhenti ditempat yang dikehendaki-Nya.”
Tiba di Madinah
Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk menyambut kedatangan Rasulullah. Ketika beliau tiba, seluruh kaum Muslimin perempuan dan laki-laki, anak-anak dan budak belian, keluar rumah untuk menyambut kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka nantikan.
Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya bersorak,
“Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya Muhammad! Ya Rasulullah!”
Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda siap mati membela Rasulullah.
Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba berseru bersama,
“Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!”
Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah seraya bersama membaca syair,
“Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga dengan Nabi Muhammad!”
Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah bertanya,
“Apakah kalian semua cinta kepadaku?”
“Ya, sudah tentu ya Rasulullah!” jawab semuanya.
Dengan hati bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda,
“Allah mengetahui bahwa hatiku sangat mencintai kalian semua.”
Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar pernyataan cinta dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan yang begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun berbunyi dan kaum wanita berpantun.
طلع البدر علينا ¤ من ثنية الوداع
Thola’al badru ‘alaynâ min tsaniyyatil wadâ’i
وجب الشکر علينا ¤ ما دعا لله داع
Wajabasy-syukru ‘alaynâ mâ da’â lillâhi dâ’î
أيها المبعوث فينا ¤ جئت بالأمر المطاع
Ayyuhâl mab’ûtsu fînâ ji’ta bil amril muthô’i
Telah terbit purnama di atas kita.
Dari kampung Tsaniyyatil Wada.
Wajiblah kita bersyukur akan apa yang diserukan penyeru.
Duhai orang yang diutus kepada kami.
Engkau datang dengan perintah yang ditaati.
Demikian seterusnya, pantun-pantun kehormatan diucapkan oleh kaum Muslimin laki-laki dan perempuan ketika mereka menyambut kedatangan Rasulullah. Itu adalah suatu saat yang amat membahagiakan dan tidak akan pernah terulang lagi dalam sejarah, suatu penyambutan yang begitu tulus dan penuh cinta.
Muhajirin yang Pertama
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah. Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi’ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah. Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.
Bersambung
No comments:
Post a Comment