LINDU YOGYA (2)
Goeltomo
Setelah kurang lebih 1 menit, tiba2 guncangannya berhenti. Segera aku keluar dari kolong meja dan berlari mengambil kacamataku di tempat tidur. Kusibak rontokan plafond yang sudah memenuhi tempat tidur, akhirnya ketemu.
Kusambar sepatu dan tas jinjing golfku, terus aku berlari keluar kamar. Kebetulan kamarku tidak jauh dari tangga darurat. Aku berlari turun sekencangnya karena masih sepi. Ternyata aku yang duluan turun dari lantai 4. Baru di lantai 2 dan dasar ada beberapa tamu yang panik berhamburan keluar hotel.
Setelah berada di depan hotel, di dekat trotoar, sambil terengah-engah kusempatkan melihat ke bagian atas hotel. Masih utuh berdiri. Tidak ada bagian yang roboh.
Tiba2 kuraba kantongku, ternyata HP ku masih tertinggal di tempat tidur. Waktu kusibak rontokan plafond tadi, konsentrasiku hanya ke kacamata. Aku lupa sang HP yang maha penting itu.
Aku mencoba untuk masuk lagi, tapi security yang menjaga evakuasi melarangku. Katanya evakuasi tamu keluar masih banyak, dan kemungkinan adanya gempa susulan.
Suara jeritan bersahut-sahutan. Ada ibu2 yang masih pakai handuk sambil memegang anaknya yang menangis ketakutan. Ada bapak2 yang kepalanya masih bershampo. Suasananya kacau balau. Semua berhamburan keluar hotel dengan muka pucat kebingungan.
Diseberang jalan, dihalaman RS. Bethesda, suasananya lebih mengenaskan. Halaman itu penuh dengan pasien yang masih di tempat tidur, yang didorong keluar, lengkap dengan infus--infusnya. Semua panik, termasuk suster2nya.
Sambil menunggu diperbolehkan masuk ke hotel lagi, untuk mengambil HP, aku duduk di bawah pohon asem yang ada di tepi trotoar. Perasaanku kacau, bingung, sambil cemas. Aku khawatir anakku, tapi tidak bisa kuhubungi. Mau mengabari istriku di Makassar, juga tidak bisa. Mau kubiarkan HP ku tertinggal, nanti apa yang akan kupakai untuk kontak2.
Ditengah kepanikan, kebingungan dan kecemasan semua orang itu, tiba2 lewat rombongan orang bersepeda motor rame2 sambil teriak2, " Tsunami...tsunami.., awas ada tsunami datang..". Mereka berteriak berulang ulang, sambil membunyikan klakson dari arah Jl. Solo ke arah Tugu.
Kontan semua orang berhamburan lari ke segala penjuru. Ada yang mencoba kembali masuk ke hotel, tapi dilarang security. Sebagian besar lari ke gedung sekolah Bopkri disebelah hotel. Ibu2 dan anak2 pada menjerit-jerit panik. Laki2 berlarian lebih kencang entah kemana.
Yang lebih panik orang2 di depan RS. Bethesda. Pasien2 di tempat tidur didorong berebutan ke jalan raya, mengarah ke tugu. Mungkin maksudnya ke jalan kaliurang, terus ke arah daerah yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri, entahlah.
Aku tadinya sempat tenang. Tapi melihat kepanikan semua orang, akupun terpengaruh. Cuma aku tidak mau ikutan lari karena bingung juga mau lari kemana. Akhirnya kuputuskan tetap tinggal disekitar hotel, tapi kupanjatlah pohon asem yang ada di tepi trotoar.
Pohonnya sudah tua dan besar, tapi ada cabang2 dan lobang di batangnya, tidak tinggi dari permukaan tanah, sehingga bisa kupanjat sampai kurang lebih 2,5 meter. Di pohon itu hanya aku yang panjat. Tapi di pohon sebelah kulihat ada beberapa laki2 yang manjat juga.
Dari ketinggian itu kulihat arus orang berlarian masih rame. Semua mengarah ke arah barat, atau tugu, tapi kayaknya mau ke jalan kaliurang.
Tiba2 ada suara dari bawah, " what happened....what happened..". Kutoleh ke bawah, rupanya ada orang India laki2 lewat sambil menarik-narik koper kecilnya. Badannya gemuk pendek, tapi kulihat dia cukup tenang, tidak panik.
"Hey...tsunami is coming..climb up..", aku teriak dari atas.
Dia menoleh keatas, " imposible.. imposible..the sea is far from here..".
Tiba2 aku sadar, wah..bodoh betul aku ini. India ini yang benar, logikanya tetap dijaganya. Akhirnya aku turun dari pohon, sambil malu juga..
BERSAMBUNG
No comments:
Post a Comment