Sunday, December 15, 2019

Kultum doa sapu jagad

Kebahagian Dunia dan Kebahagian Akhirat

Bismilahirahmanirahim
Assalamu'alaikum ww,

Alhamdulillahi robbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'alal, asyrofil ambyaa iwal mursalin, wa ala alihi wa sahbihi ajmain. Amma ba'du.

Ada do'a pendek yg diajarkan Allah melalui Al Quran. Do'a pendek ini merefleksikan tujuan seorang muslim. Sehingga orang sering menyebut do'a ini sebagai do'a sapu jagad yaitu  "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar ".  Wahai Tuhan kami berilah kami kebahagian di dunia ini dan kebahagian di akerat nanti. Selamatkan kami dari adzab neraka. 

Dunia dan isinya sesungguhnya merupakan tujuan hidup jangka pendek dari setiap pribadi muslim yg mengantarkan kita utk meraih tujuan jangka panjang yaitu akerat dan ridho Allah swt. 

Utk kedua tujuan ini Islam mengajarkan nilai keseimbangan. Bekerjalah untuk duniamu seolah engkau akan hidup selamanya tetapi juga bekerjalah buat akeratmu seakan kamu akan mati besuk. 

Nilai keseimbangan ini kemudian diterjemahkan kedalam berbagai aspek kehidupannya. Bagaimana si kaya harus membantu yang miskin. Bagaimana si miskin berusaha utk tidak menjadi beban yang lain. Bagaimana yg tua menyayangi yg muda dan bgmn yg muda menghormati yg tua. Bgmn tuan rumah menghormati tamunya dan bgmn tamunya menjadi orang yg tahu diri. 

Ini semua merefleksikan nilai keseimbangan.
Jadi seakan ini dunia, ambil apa yg perlu. Nikmati apa yg boleh. Kalau bisa jangan sampai gagal di dunia ini, tapi kalo gagal di dunia kita masih punya akerat. 

Inilah sumber optimisme kehidupan seorang muslim. Kita tidak boleh gagal hidup di dunia ini, tapi kalo pun  gagal kita masih punya akerat. Krn kita masih punya akerat maka cara kita mencapai hidup di dunia ini hrs diwarnai oleh keyakinan adanya kehidupan di akerat nanti. 

Ini yg membedakan seorang muslim dengan yg lain. Dan kita tidak terjebak menghalalkan segala cara utk mecapai sebuah tujuan.
Keyakinan adanya akerat melahirkan adanya etika dlm kehidupan seorang muslim pd bgmn cara meraih dunia. Dia tidak terjebak menghalalkan cara, dunia ini bertujuan jangka pendek. Ambillah yg perlu, nikmati yg boleh tapi jangan membuat cacat akerat kita karenanya. 

Ini yg membedakan dg yg lain. Iya sih saya ingin kaya tapi dengan cara korupsi, lalu bagaimana dengan akeratku nanti? Iya sih saya ingin naik pangkat dengan jabatan tinggi tapi dengan fitnah orang, hatam kiri, sikat kanan, kawan jadi lawan, lawan jadi kawan, tapi lalu bagaimana dengan akeratku nanti? 

Ini melahirkan etika pada tata cara kehidupan dunia tidak terjebak menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan. Tidak ada perbuatan dunia sekecil apapun yang tidak berakibat pada kehidupan akerat nanti. Raihlah duniamu, ambil yg perlu, nikmati yg boleh. Tapi di sisi lain jaga jangan sampai dia membuat cacat pada kehidupanmu diakerat nanti. 

Seorang muslim yang baik tentu pandai meraih 2 tujuan ini mencapai  " atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah " 
Sementara rasul pernah mengajarkan bukan orang terbaik dari kamu yg hanya mengejar keperluan dunia dengan menyia- nyiakan kepentingan akerat. Seperti juga orang yg terbaik yg hanya mengutamakan kepentingan akerat dengan menyia-nyiakan keperluan dunia. Tapi orang yg terbaik adalah orang yg pandai "menjama-akuma" mengkombin antara keperluan dunia dan kepentingan akerat. 

Utk mencapai tujuan ini:
Tujuan dunia yg bertujuan jangka pendek dapat di capai dg sain/ilmu, dg pengalaman, dg nasib. Makin banyak ilmu makin mudah meraih dunia. Makin sarat dg pengalaman makin mudah meraih dunia. Atau krn faktor nasib yg semakin mudah meraih dunia. 

Sementara akerat hanya bisa diraih dg prestasi ibadah kpd Allah swt. 
Jadi dunia kita capai dg prestasi ilmu, prestasi pengalaman, faktor nasib. Sementara akerat hanya bisa dicapai dengan ibadah kpd Allah swt. 

Kalau pun ada efek dunianya dari sholat kita, puasa kita, haji kita, zakat kita, itu sekedar merupakan side effeck, tapi sasaran utama adalah akerat dan ridho Allah.

Utk mencapai 2 tujuan ini Allah memberikan alat utk mencapai tujuan. Dalam kaidah usul fiqih dijelaskan "lil wasail hukmul makosid" alat dan tujuan hukumnya sama. Jadi kalo tujuan ke situ harus ada alatnya untuk menuju ke situ. Kamu wajib naik ke loteng, maka hrs ada alat utk naik ke loteng itu. Tidak bisa naik ke loteng kalo tidak ada tangga maka tangga itu menjadi wajib adanya. 

Allah swt memberikan alat utk mencapai 2 tujuan itu yaitu    "atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah " . Apa alatnya? Bisa kita lihat dalam surat at-taubah ayat 111 sbb:

" Innallohhasytaroh minal mukminina anfusahum wa amhalahum bi' anna lahulmul-janah".

Allah telah membeli dari orang-orang beriman diri mereka harta mereka, bagi mereka adalah surga. 

Ayat ini mrpk alat transaksi yg transparan. Pembeli Allah, penjual kita orang-orang beriman. Dagangannya amwal dan anfus (harta dan diri). Harganya surga. Sekali harta dan diri sudah kita jual kpd Allah tentu tidak akan kita jual kpd yang lain. 

Jadi dg kata lain harta (amwal) itu apa? Harta adalah semua materi yg kita kuasai dlm bentuk uang, tanah, kebun, pabrik dsb. Lalu apa yg di sebut anfus itu? Anfus (jiwa  raga) adalah semua kekayaan yg ada pada diri pribadi kita berupa konsep, pikiran, ide, wewenang, jabatan, kemampuan, skill itu semua anfus. 

Utk tujuan jangka pendek harta dan diri harus menjadi rahmah bagi lingkungan.
Utk tujuan jangka panjang harta dan diri hrs menunjang jalan menuju ridho Allah swt. Itulah jalan kalo kita ingin mencapai " atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah "

Dg kata lain yg alat itu jadikan sbg alat, jangan dia dijadikan tujuan. Sekali alat dijadikan sebagai tujuan maka kita akan kehilangan tujuan yg sebenarnya. 

Begitulah sang waktu alat sering menggeser sbg tujuan. Tujuan kita adalah kekayaan. Tujuan kita adalah kekuasaan. Tujuan kita adalah populer. Tujuan kita menghimpun kekuatan. Pada hal itu semua adalah sekedar alat utk mencapi tujuan "fidunnya kasanah wa fil akiroti kasanah". 

Kalo alat dijadikan tujuan kita akan kehilangan tujuan yg sebenarna. Akhirnya kita akan terjerat fatamorgana. Kita sangka itulah kita sudah sampai pada titik yg sebenarnya. Pada hal hanya pandangan yg menipu saja. 

Akhirnya kita terjerat pada arus siklus yg berkali kali kita diperingatkan al quran "Al-haa  kumut- takaasur" kamu telah celaka lantaran berlomba- lomba menjadikan alat sbg tujuan. Berlomba-lomba alat sebagai tujuan. Krn itu gunakan alat sbg alat bukan menjadikan alat sbg tujuan. 

Berapa banyak harta yg kita miliki dia cuma alat. Berapa tinggi pangkat jabatan yg kita miliki dia cuma alat. Sebanyak apapun ilmu pengetahuan yg kita miliki dia cuma alat utk mecapai tujuan   atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah " .

Dg puasa ramadhan kita harapkan sbg laboratum rohani yg membina nilai-nilai keseimbangan. Sebab kalo tdk ada nilai keseimbangan akan pincanglah gaya hidup kita. Tidak mustahil kita terjebak pada materialisme, hedonisme, yg lagi lagi pada akhirnya mengantarkan kita pada fatamorgana.

Semoga ibadah kita semakin menyadarkan kita utk memperalat yg memang alat dan menjadikan tujuan yg memang tujuan utk mencapai  atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah " .

Demikian yg bisa saya sampaikan:
Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.
Wassalamu'alaikum w w.



No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER