Thursday, December 30, 2010

Pengendalian Syahwat

Sekitar dua abad yang lalu Karl Marx (1818-1883) menyatakan bahwasanya yang menentukan perang dan damai di antara manusia di dunia ini adalah perebutan mencari makan alias persoalan mengisi perut.

Segala permasalahan di dunia ini, berpusat kepada perut. Semua orang ingin kenyang, dan tak mau lapar, lalu merebut makanan. Maka terjadilah pertentangan, pertikaian yang tidak dapat dielakkan.

Dan satu setengah abad yang lalu datang pula seorang lagi yang bernama Sigmund Freud (1844-1900), menyatakan bahwa bukan urusan perut yang menjadi sebab timbulnya pertentangan dan perebutan di dalam dunia, melainkan faraj (alat kemaluan) lah yang menjadi penyebab, yaitu pemenuhan hasrat seksual yang tak terkendali.

Keduanya Karl Marx dan Sigmund Freud adalah para peneliti dalam masalah-masalah sosial. Mereka mengerahkan perhatian mereka untuk mencari sebab kericuhan ekonomi dan sosial di benua Eropa, dan mereka telah menyampaikan kesimpulan seperti di atas.

Tetapi nun jauh sebelum Manc dan Freud mengeluarkan fahamnya -750 tahun silam- Ulama Islam legendaris yaitu imam Ghazali telah menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang sangat menentukan keberlangsungan hidup manusia yaitu syahwat perut dan syahwat faraj kemaluan.

Pandangan imam Ghazali di atas justru berlawanan dengan kedua ilmuwan Barat tadi, kalau menurut mereka, syahwat perut dan faraj adalah penyebab tirabulnya kericuhan di dunia ini, karena landasan mereka yang sangat materialistis. Sebaliknya, imam Ghazali memandang kedua syahwat tersebut adalah potensi yang dimiliki manusia untuk mempertahankan keberlangsungan hidup mereka, karena syahwat-syahwat tersebut merupakan anugerah Allah SWT kepada manusia, bahkan semua makhluk. Apa jadinya jika manusia tidak mempunyai syahwat perut, sementara syahwat perutlah yang mendorong manusia agar tetap hidup dan tumbuh. Dan bagaimana pula jika manusiatidak mempunyai syahwat faraj, tidak ada hasrat untuk menikah dan kawin, sementara syahwat farajlahyang mendorong manusia untuk memiliki keturunan sehingga terjadi regenerasi?

Namun harus diingat, potensi yang ada jika tidak di kelola dengan baik maka keburukanlah yang di dapat. Di sini peran akal harus bermain. Akal yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain harus mampu menimbang, mengukur dan menakar baik dan buruk. Kalau peran akal sudah tidak bermain maka benarlah apa yang disimpulkan oleh si Marx dan Freud. Manusia tak lebih sama dengan binatang, bahkan lebih parah dari binatang. Saling memakan dan bebas menggauli betina mana saja.

Tapi apakah dengan adanya akal sudah cukup? Apa yang menjadi tolok Ukur bagi akal dalam menimbang baik dan buruk? Maka dari itu diutuslah Nabi dan Rasul untuk menyampaikan pengajaran dari Allah SWT. Karena Allah yang menciptakan manusia maka Dia pulalah yang paling tahu apa yang terbaik untuk manusia. Disampaikanlah kepada manusia lewat perantara Rasul bagaimana cara memenuhi syahwat perut yang benar, mana yang halal dan mana yang haram. Demikian pula diajarkan bagaimana cara memenuhi syahwat faraj, mana yang boleh dinikahi, mana yang tidak, dan seterusnya.

Akal yang diisi muatan agama inilah, yang sejatinya mampu untuk mengelola potensi-potensi tersebut menjadi kekuatan. Akal yang sehat yang berisi ajaran agama tidak akan tega menyikut, menindas, melukai atau bahkan membunuh saudaranya hanya karena inginmemenuhi syahwat perut. Melainkan dia akan berpikir bagaimana agar orang lain bisa memenuhi syahwat perutnya dengan baik dan halal. Tidak sekali pun terpikir olehnya untuk menggauli istri orang lain, anak orang lain atau bahkan saudara kandung dan anaknya sendiri hanya karena ingin memenuhi syahwat farajnya. Melainkan dia akan berpikir bagaimana kejahatan yang diakibatkan syahwat faraj yang diumbar bisa dihapuskan.

Di sini kiranya salah satu fungsi dan hikmah ibadah puasa yang disyari’atkan oleh Allah S WT atas manusia. Puasa yaitu menahan diri, mengajari manusia untuk mengendalikan syahwat perut dan syahwat faraj sebagai potensi yang ada dalam dirinya. Meski makanan terhidang dihadapannya, makanan itu halal dan sehat, tetapi selama azan maghrib belum berkumandang ia tidak boleh menyantapnya. lstrinya yang dinikahinya secara sah, sesuai dengan tuntunan agama, tidak boleh ia gauli ketika ia sedang berpuasa. Dia harus mampu mengendalikan kedua potensinya itu. Selama satu bulan penuh manusia berlatih mengendalikan syahwat-syahwatnya itu tak lain agar ia menjadi makhluk Allah yang mulia. Seperti cerita Superman (manusia super) yang mampu mengendalikan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga ia menjadi kekuatan yang dapat membantu orang yang lemah.

Sumber : Buletin Mimbar Jum’at No. 37 Th. XXII - 12 September 2008

Tuesday, December 14, 2010

Makna Barokah

Barokah atau berkah oleh para ulama yang mula-mula menyebarkan Islam di Indonesia disimbolkan dengan “berkat” atau oleh-oleh yang dibawa dari acara hajatan atau tasyakuran. Di kalangan pesantren, barokah didefinisikan secara singkat dengan kata majemuk “jalbul khoir” atau sesuatu yang dapat membawa kebaikan. Definisi ini memang sangat umum dan belum bisa menjelaskan arti barokah. Uraian berikut semoga bisa memberikan penjelasan itu secara lebih gamblang. (red)

Ketika bayi Muhammad SAW lahir, ia disusui oleh seorang ibu dari Bani Sa'ad bemama Halimah Sa'diyah. Bani Sa' ad adalah salah satu marga dari suku Quraish di Makkah. Sebelum kehadiran bayi Muhammad SAW, kondisi kehidupan Bani Sa'ad dalam keadaan paceklik yang tergambarkan pada kurusnya binatang ternak, keringnya kantong susu, ketidak¬suburan tanah dan minimnya hasil tanaman.

Setelah bayi Muhammad SAW dibawa oleh Halimah ke kampung Bani Sa'ad, ternak berangsur gemuk, kantong susu ternak pun menjadi penuh, dan tanah berubah menjadi subur. Terutama kehidupan keluarga Halimah menjadi sejahtera.

Perubahan kondisi yang terjadi, diakui bahwa kehadiran bayi Muhammad SAW di Bani Sa' ad telah membawa barokah. (Terjemahan singkat dari kitab Dalail An-¬Nubuwwah, Baihaqy 1:107)

Sasok bayi, untuk duduk dan berdiri belum marnpu, untuk makan dan minum saja masih memerlukan bantuan orang lain. Secara logika matematik, bayi tidak mungkin melakukan perubahan yang terjadi seperti ini. Namun secara logika tauhid, perubahan di Bani Sa'ad ini dapat terjadi atas dasar kehendak Allah SWT yang ditandai dan diawali dengan kehadiran bayi tersebut. Untuk itulah, kehadiran bayi tersebut disebut barokah.

Al-Qur' an, awal surat Al-Mulk, menegaskan bahwa Allah SWT merupakan sumber barokah:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Maha Suci (Maha Barokah) Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Di samping Allah SWT merupakan sumber barokah, menurut firnan-Nya dalam surat Al-An' am ayat 155 menyatakan bahwa Al-Qur'an juga merupakan sumber Barokah.

وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan Al-Qur'an ini adalah kitab barokah (yang diberkati) yang Kami turunkan, maka ikutilah (ajaran)nya, dan bertaqwalah agar kamu disayangi (oleh Allah).

Dalam Al-Qur' an banyak contoh mahluk-mahluk-Nya yang dianugerahi barokah. Diantaranya: tempat (negeri, kota, kampung), manusia (keluarga, perorangan), waktu, benda (pohon, rizki, air, dll).

Barokah kepada Tempat

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah komi anugerahkan barokah pada negeri/tempat sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari landa-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isro' ayat 1)

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكاً وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ

Sesunguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang dianugernhi barokah, dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Ali Imron ayat 96).

Barokah kepada Manusia

وَجَعَلَنِي مُبَارَكاً أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيّاً

Dan Dia menjadikan aku (Nabi Isa as) seorang yang dianugerahi barokah dimana saja aku berada: dan dia memerintahkan kepadaku untuk (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (QS. Maryam ayat 31)

Anugerah barokah yang diterima Nabi Isa as, menyebabkan sebuah keistimewaan, bahwa kemanapun ia pergj, maka tempat yang ia singgahi dan siapa pun yang bertemu dengannya mendapatkan manfaat barokah darinya, seperti orang yang sakit jadi sembuh, yang susah jadi mudah urusannya dan seterusnya.

Barokah kepada Keluarga

Dalam surat Al-Mu'minun ayat 29, Allah SWT mengajarkan doa, bagaimana memohon agar barokah dianugerahkan kepada keluarga / rumah tangga:

وَقُل رَّبِّ أَنزِلْنِي مُنزَلاً مُّبَارَكاً وَأَنتَ خَيْرُ الْمُنزِلِينَ

Dan berdo'alah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada rumah yang dianugerahi barokah, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.

Barokah kepada Waktu

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qu'an) pada suahl malam yang dianugerahi barokah dan sesunggguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (QS. Ad-Dukhon ayat 3).

Barokah kepada Pohon

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونِةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُّورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan bintang (bercahaya) seperti mutiara, dinyalakan dengan minyak dari pohon yang dianugerahi barokah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nur ayat 35).

Barokah kepada Air

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُّبَارَكاً فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

Dan Kami turunkan dari langit, air yang telah dianugerahi barokah. Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon dan biji¬bijian. (QS. Qof ayat 9)
Barokah kepada Rizki
Rasul SAW mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berdoa, memohon kepada Allah SWT agar diberi rizki yang barokah.

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَناَ فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, anugerahkanlah barokah kepada rizki kami, dan jagalah diri kami dari api neraka.

Barokah dalam Kehidupan

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk desa / negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami anugerahkan kepada (kehidupan) mereka barokah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS AI-A'rof ayat 96)

Allah SWT dan Al-Qur'an adalah merupakan sumber barokah. Bila nilai-nilai Al-Qur' an diamalkan dalam kehidupan, maka secara otomatis kehidupan di negeri, kota, desa, kelompok dan perorangan yang menerapkan nilai-nilai tersebut menjadi objek sasaran barokah.

Bila barokah dianugerahkan kepada kehidupan di negeri, kota, desa dan seterusnya, maka segala sesuatu yang diupayakan bakal mencapai hasil yang luar biasa diluar dugaan akal manusia, sesuai dengan karakter barokah itu sendiri yang melebihi perhitungan akal manusia.

KH Thonthowi Djauhari Musaddad
Pengasuh Pesantren Luhur Al Wasilah
Rais Syuriah PCNU Garut, Jawa Barat

http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=10951

Kembalikan Uang,Gelandangan Ini Jadi Pahlawan

VIVAnews - Bagi sebagian orang, menemukan uang dalam jumlah banyak milik orang merupakan rezeki nomplok. Namun, tidak demikian dengan seorang tuna wisma di Amerika Serikat (AS) berikut ini.

Menemukan uang yang nilainya setara dengan puluhan juta rupiah, gelandangan bernama Dave Tally itu tidak gelap mata. Dia justru mengembalikan uang itu kepada pemiliknya. Kendati tanpa pamrih, niat baik Tally itu mendapat balasan lebih dua kali lipat dari nilai uang yang dia temukan.

Kantor berita Associated Press pada 10 Desember 2010 menuturkan, tunawisma asal Kota Tempe di negara bagian Arizona itu suatu ketika menemukan tas berisikan uang sebesar US$3.300 atau sekitar Rp. 29,7 juta. Tally baru saja sembuh dari kecanduannya terhadap obat-obatan terlarang dan alkohol.

Dia menemukan kantong tas berisi uang tersebut sepulangnya dari membetulkan sepeda. Tanpa pikir panjang, Tally langsung memberikan tas beserta isinya ke sebuah komunitas pelayan tunawisma di Tempe. Lelaki berusia 49 tahun itu tidak mengambil sepeserpun dari uang tersebut, padahal uang di kantongnya telah habis untuk membetulkan sepeda.

Setelah ditelusuri, ternyata gepokan uang di dalam tas tersebut milik Bryan Belanger, seorang mahasiswa di Universitas Negeri Arizona yang kehilangan tas ketika hendak membeli mobil bekas. Bersama dengan Stephen Spark, staf komunitas pelayan tunawisma, Tally mengembalikan uang tersebut kepada Belanger. Kisah Tally ini diberitakan oleh radio KTAR yang langsung menjadi pembicaraan seluruh kota.

Atas kejujurannya ini, Tally dipuji sebagai pahlawan para tunawisma karena telah merubah citra mereka yang buruk. Dewan kota Tempe yang tersentuh dengan kejujurannya, membuat rekening untuk sumbangan seluruh kota. Banyak warga yang kagum juga memberikan cek kepadanya yang jumlahnya bahkan melebihi uang yang dia temukan, yaitu senilai US$8.000 (Rp.72 juta). Tidak sedikit dari warga juga menawarkan pekerjaan kepadanya agar Tally dapat mandiri.

Seorang dokter gigi bahkan memberikan perawatan gigi dan memberikan gigi palsu secara gratis kepada Tally. Seorang pengacara menawarkan jasa pro-bono kepadanya untuk menangani kasus-kasus lama yang menimpanya. Walikota Tempe, Hugh Hallman, menjadikan hari ditemukannya uang tersebut sebagai hari Dave Tally.

“Saya tidak menyangka semua berakhir seperti ini. Saya hanya berpikir untuk mengembalikan tas tersebut dan semuanya selesai,” ujar Tally.

Dulunya, Tally adalah seorang pengawas di sebuah perusahaan kontraktor. Dia kehilangan pekerjaannya ketika pada tahun 1999 dia didakwa karena mengendara dalam keadaan mabuk. Karena itu juga dia kehilangan izin mengemudinya. Tally mengaku dia memang pernah kecanduan alkohol dan obat-obatan.

Tally mengatakan akan menggunakan uang yang dia peroleh dari sumbangan untuk merencanakan hidupnya. Dia mengatakan ingin membuka sebuah pusat pelatihan komputer. Dia juga mengatakan akan memilih pekerjaan yang ditawarkan kepadanya.

http://id.news.yahoo.com/viva/20101213/twl-kembalikan-uang-gelandangan-ini-jadi-cfafc46.html

Tuesday, December 7, 2010

Mementum Transformasi di Awal Hijriyah

Sebagaimana diketahui umat Islam menghitung permulaan tahun kalender internasional dari peristiwa sejarah yang memiliki nilai penting sebagai tolok ukur kebangkitan umat hingga akhir zaman. Peristiwa bersejarah itu ialah hijrah yang dilakukan Rasululah SAW bersama para sahabat dari Mekkah ke Yastrib (Madinah).

Perlu dipahami bahwa hijrah Rasulullah dan para sahabat ke Madinah pada waktu itu sama sekali bukan karena keinginan untuk sengaja meninggalkan tanah airnya, akan tetapi karena perintah dari Allah SWT sebagai bagian dari strategi dakwah dan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan ajaran-Nya. Setelah hijrah terbentuklah masyarakat Madinah yang penuh dengan kedamaian, ketenangan, persamaan, kesejahteraan, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Peristiwa hijrah yang monumental telah berlangsung 14 abad yang lampau dan tidak akan terulang lagi. Namun hikmah dan nilai-nilainya tetap abadi sampai sekarang dan hingga akhir zaman. Hikmah terpenting dari momentum Tahun Baru Hijriyah, ialah memperbarui tekad, semangat dan upaya untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam berbagai bidang kehidupan.

Perintah untuk melakukan hijrah dalam arti berpindah secara fisik demi untuk menyelamatkan masa depan Islam yang sedang terancam sudah tidak ada lagi setelah pembebasan kota suci Mekkah. Tetapi hijrah dalam pengertian maknawi, seperti hijrah dari sifat malas dan putus asa kepada ketekunan berusaha, hijrah dari perilaku curang dan korup kepada perilaku adil dan jujur, hijrah dari kemaksiatan kepada ketakwaan, serta hijrah dari perangkap kemiskinan yang mendekatkan kepada kekufuran menuju kehidupan yang layak dan bermartabat, tetap relevan sepanjang masa. Berbagai peristiwa dan kondisi memprihatinkan yang bagai benang kusut terjadi dalam kehidupan bangsa kita pada saat ini, hanya dapat diatasi dengan mengimplementasikan ajaran dan nilai-nilai hijrah.

Pesan hijrah bernilai abadi karena setiap Muslim dituntut untuk mengupayakan kehidupan diri dan masyarakat di sekitarnya menjadi lebih baik dalam pergantian hari dan tahun. Sabda Rasulullah SAW menyatakan, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka." Dalam Alquran diungkapkan keterkaitan antara hijrah dengan turunnya rahmat Allah.

Firman Allah SWT dalam Alquran, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman,orang-orang yang berhijrah, dan berjuang di jalan Allah, merekalah (orang-orang yang) mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al Baqarah [2]: 218) Sudah menjadi sunnatullah bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri tidak berusaha mengubah dirinya.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (ar-Ra'd [13]:11) Oleh karena itu, menyambut pergantian tahun Hijriyah perlu disertai dengan kesadaran yang kuat untuk melakukan upaya-upaya konkret dalam membangun kualitas umat dalam berbagai bidang, termasuk upaya menanggulangi kemiskinan. Esensi hijrah adalah perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan positif, menyingkirkan segala keburukan dan kerusakan serta menghadirkan kemaslahatan dalam kehidupan umat dan bangsa.


http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/12/06/150840-mementum-transformasi-di-awal-hijriyah

Sunday, December 5, 2010

Meraih ketenangan jiwa


Betapa mahalnya harga ketenangan jiwa. Banyak yang mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Namun, tak sedikit yang salah arah. Lihat saja orang rela menghabiskan berjam-jam nongkrong di tempat hiburan sembari minum minuman keras. Tak sedikit yang menghabiskan uang jutaan untuk mengkonsumsi pil-pil penenang. Sementara, ketenangan yang diproleh cuma sesaat. Itu pun sifatnya semu. Alih-alih ingin meraih ketenangan jiwa yang ada malah kehancuran.

Berbagai persoalan sehari-hari bisa menjadi pemicu stress. Apalagi di kehidupan yang serba cepat seperti sekarang ini. Banyak hal yang membuat seseorang merasa tertekan, kecewa dan tegang. Masalahnya tinggal pada intensitas. Bila stress itu terjadi terus menerus akan menjadi distress yang berujung pada depresi. Pada tingkat ini penderita kerap melakukan tindakan di luar akal sehat.

Faktanya, tak ada seorang pun terbebas dari persoalan hidup. Itulah sunatullah yang berlaku di dunia. Kekayaan, pangkat dan kedudukan takkan mampu menghalanginya.

Namun, Islam memberikan solusi terhadap tekanan hidup itu agar jiwa tetap tenang. Tak ada istilah stress hagi seorang mukmin. Soalnya, Islam telah memberikan solusi menghadapi tekanan hidup, Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk meraih ketenangan jiwa:

1. Membaca dan mendengarkan al-Quran

Suatu ketika seseorang datang kepada Ibnu Mas’ud, salah seorang sahabat utama Rasulullah. Ia mengeluh, “Wahai Ibnu Mas’ud, nasihatilah aku dan berilah obat bagi jiwaku yang gelisah ini. Hari-hariku penuh dengan perasaan tak tenteram, jiwaku gelisah, dan pikiranku kusut. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak," kata orang tersebut.

Ibnu Mas’ud menjawab, ”Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, tempat orang membaca al-Quran. Engkau baca al-Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. Kedua, engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan hatimu kepada Allah. Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat mengabdi kepada Allah. Nasihat sahabat Nabi itu segera dilaksanakan orang tersebut. Sesampainya di rumah, segera ia berwudhu kemudian diambilnya Al-quran dan dibacanya dengan khusyuk. Selesai membaca, ia segera dapati hatinya memperoleh ketenteraman, dan jiwanya pun tenang. Pikirannya segar kembali, hidupnya terasa bergairah kembali. Padahal, ia baru melaksanakan satu dari tiga nasihat yang disampaikan sahabat Rasulullah saw tersebut.

2. Menyayangi orang miskin

Rasulullah memerintahkan kepada muslim yang punya kelebihan harta untuk memberikan perhatian kepada orang miskin. Ternyata, sikap dermawan itu bisa mendatangkan ketenangan jiwa. Mengapa? Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa para malaikat selalu mendoakan orang-orang dermawan:

“Setiap pagi hari dua malaikat senantiasa mendampingi setiap orang. Salah satunya mengucapkan doa: Ya Allah! Berikanlah balasan kepada orang yang berinfak. Dan malaikat yang kedua pun berdoa: Ya Allah! Berikanlah kepada orang yang kikir itu kebinasaan."

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang dermawan itu memperoleh dua balasan. Pertama, ia mendapatkan ganjaran atas apa yang diberikannya kepada orang lain. Kedua, mendapatkan limpahan ketenangan jiwa dan belas kasihan dari Allah.

3. Melihat orang yang di bawah, jangan lihat ke atas

Ketenangan jiwa akan diperoleh jika kita senantiasa bersyukur atas segala pemberian Allah, meskipun tampak sedikit. Rasa syukur itu akan muncul bila kita senantiasa melihat orang-orang yang kondisinya lebih rendah dari kita, baik dalam hal materi, kesehatan, rupa, pekerjaan dan pemikiran. Betapa banyak di dunia ini orang yang kurang beruntung. Rasa syukur itu selain mendatangkan ketenangan jiwa, juga ganjaran dari Allah.

4. Menjaga silaturahmi

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan jalinan hubungan yang baik dengan manusia lain. Berbagai kebutuhan hidup takkan mungin bisa diraih tanpa adanya bantuan dari orang lain. Karenannya, di dalam hadits Rasulullah diperintahkan untuk tetap menjalin silaturahmi, sekalipun terhadap orang yang melakukan permusuhan, Rasulullah juga pernah bersabda bahwa silaturahmi dapat memanjangkan umur dan mendatangkan rejeki. Hubungan yang baik di dalam keluarga, maupun dengan tetangga akan menciptakan ketenangan, kedamaian dan kemesraan. Hubungan yang baik itu juga akan sangat efektif untuk menanggulangi berbagai persoalan yang berkembang di masyarakat.

5. Banyak mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah.

Sumber ketenangan jiwa yang hakiki bersumber dari Allah SWT. Karena itu hendaklah kita selalu menghadirkan Allah SWT dalam segala situasi, baik dalam keadaan senang maupun susah. Keterikatan yang kuat dengan Allah SWT akan membuat jiwa seseorang menjadi kuat, tak mudah goncang dan diombang-ambingkan sesuatu. Sebab, bila kita lalai untuk mengingat Allah, maka membuka peluang bagi setan untuk mempengaruhi pikiran kita.

6. Mengatakan yang haq (benar) sekalipun pahit

Hidup ini harus dijaga agar senantiasa berada di atas jalan kebenaran. Kebenaran harus diperjuangan. Pelanggaran terhadap kebenaran akan mendatangkan kegelisahan. Ketenangan jiwa akan tergapai bila kita tidak melanggar nilai-nilai kebenaran. Sebaliknya, pelanggaran terhadap kebenaran akan berpengaruh terhadap ketenangan jiwa. Lihat saja orang-orang kerap berbuat maksiat, kehidupannya diliputi kegelisahan.

7. Tidak ambil peduli terhadap celaan orang lain asalkan yang kita lakukan benar-benar karena Allah
Salah satu faktor yang membuat jiwa seseorang tidak tenang adalah karena selalu mengikuti penilaian orang terhadap dirinya. Terombang ambing oleh sikap dan gaya hidup orang kebanyakan. Sedangkan seseorang akan memiliki pendirian yang kuat jika berpegang kepada prinsip-prinsip yang datang dari Allah (al-Islam). Betapa melelahkannya hidup ini bila segala hal yang ada di dunia ini kita ikuti.

8. Tidak mengemis kepada orang lain

"Tangan di atas (memberi) lebih mulia dari tangan di bawah" adalah hadits rasulullah yang memotivasi setiap mukmin untuk hidup mandiri. Tidak tergantung dan meminta-minta kepacla orang lain. Sebab, orang, yang mandiri, jiwanya akan kuat dan sikapnya lebih berani dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, orang yang selalu meminta-minta menggambarkan jiwa yang lemah. Hal ini tentu membuat batin tak nyaman.

9. Menjauhi Utang

Dalam sebuah hadits Rasulullah dengan tegas mengatakan: “Janganlah engkau jadikan dirimu ketakutan setelah merasakan keamanan!” (Para sahabat) bertanya: Bagaimana bisa terjadi seperti itu! Sabdanya: Karena utang.”
Begitulah kenyataanya. Orang yang berutang akan senantiasa dihantui ketakutan, karena ia dikejar-kejar untuk segera melunasinya. Inilah salah satu faktor yang membuat banyak orang mengalami tekanan jiwa. Rasulullah juga mengatakan: “Hendaklah kamu jauhi utang, karena utang itu menjadi beban pikiran di malam hari dan rasa rendah diri di siang hari."

10. Selalu berpikir positf

Mengapa seseorang mudah stress? Salah satu faktornya karena ia selalu diliputi pikiran-pikiran negatif. Selalu mencela dan menyesali kekurangan diri. Padahal, setiap kita diberikan oleh Allah berbagai kelebihan. Ubahlah pikiran negatif itu menjadi positif. Ubahlah ungkapan keluh kesah yang membuat muka cemberut, badan lemas dan frustasi dengan ungkapan senang. Ungkapan senang akan membuat ekspresi senyum dan jiwa menjadi semangat kembali. Bukankah di balik kesulitan dan kegagalan ada hikmah yang bisa jadi pelajaran? Dan bukankah dibalik kesulitan ada kemudahan?

http://beranda.blogsome.com/2006/11/17/meraih-ketenangan-jiwa/

Friday, December 3, 2010

Hakekat Kesadaran

Sari pati kesadaran adalah hidayah. Yaitu petunjuk jalan dan cahaya yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Secara otoritas, hidayah merupakan hak mutlak Allah SWT yang diberikan kepada siapa yang Ia tentukan.

Tapi hidayah juga harus didapat dengan proses pencarian. Maka kesadaran adalah hasil, tapi sekaligus juga proses. Allah berfirman, "Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus."
(QS. Al-Maidah: 16).

Kalimat, "yang mengikuti keridhaan-Nya" menunjukkan bahwa hidayah itu harus dicari, diikuti, diminta dan dimohonkan. Meskipun secara otoritas adalah milik Allah SWT. Tapi harus ada keinginan dari kita untuk mendapatkannya. Itulah proses.

Dari segi proses inilah, kesadaran ada dua macam. Pertama, kesadaran pencarian. Kedua, kesadaran pencerahan. Atau, "kesadaran menuju", dan "kesadaran kembali".

Kesadaran pencarian adalah kesadaran yang proses dan hasilnya dilakukan seseorang sebelum memulai sebuah pilihan. Misalnya, kesadaran seorang yang baru saja baligh, untuk memilih dan mengawali usia dewasanya dengan taat kepada Allah. Atau kesadaran seseorang yang baru lulus kuliah dan akan memulai bekerja, dia bisa memilih untuk bekerja di tempat salah atau benar. Dia menuju pilihannya sesuai kesadarannya.

Sedang kesadaran pencerahan, disebut juga kesadaran perbaikan, adalah proses dan hasil kesadaran yang dilakukan seseorang untuk kembali ke jalan yang baik. Ini juga disebut dengan taubat. Kesadaran untuk meninggalkan keburukan. Kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar, setelah melakukan kekeliruan atau bahkan setelah lama memilih jalan yang buruk.

Jadi kesadaran diperlukan di awal perjalanan, untuk menentukan arah. Tapi juga diperlukan ketika perjalanan sudah dimulai atau bahkan berlangsung lama. Tapi perjalanan itu tidak jelas arahnya, atau salah arah. Ini semacam terbangun dari tidur. Seperti kemengertian akan salah jalan yang tiba-tiba mengantarkan kita kepada kehidupan yang salah. Kesadaran ini merupakan renungan inti dari jiwa kita, dari kejujuran hati kita.

Karena sari pati kesadaran bagi seorang mukmin adalah hidayah, maka proses mencari kesadaran atau kembali ke kesadaran, harus bermuara kepada Allah. Setelah itu sarana yang bisa dipakai sangat melimpah. Setelah tujuan dan fokusnya benar, perangkat yang bisa dipakai sangatlah banyak. Kesadaran adalah proses yang harus dicari. Pencarian utamanya adalah kepada Allah Yang Maha Memberi petunjuk. Adapun sarana pendalamannya sangat banyak. Di sekitar kita berhimpun berbagai sumber kesadaran.

Ketika Allah telah memilih seseorang untuk mendapat hidayah dan kesadaran, maka Allah memudahkan pula cara peningkatan dan penguat kesadaran itu. Misalnya, dimudahkan baginya memahami Islam. Allah menyebutkan, "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia lempangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
(QS. AI-An’am: 125).

Selain itu, Allah juga akan menambahkan kepada orang yang telah memilih kesadaran itu, petunjuk tambahan. "Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya." (QS. Muhammad: 47).

Sesudah itu proses belajar harus terus berlanjut. Dengan melakukan penghayatan, kontemplasi, atas segala ayat-ayat dan tanda-tanda kekuasan Allah. Maka, sesudah itu, Allah menegaskan, "Dan inilah jalan Tuhanmu’ (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menejelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran."
(QS. Al-An’am: 126).

Belajar dan mengambil pelajaran, adalah proses utama untuk mendapatkan kesadaran. Maka selama muaranya jelas dan benar, yaitu mencari kesadaran atau pun kembali ke kesadaran di sisi Allah, maka proses belajar memiliki ruang yang sangat luas tanpa batas. Dimulai dari keinginan kuat di dalam hati. Dilanjutkan dengan penalaran yang tajam dengan pikiran, dibuktikan dengan keteguhan sikap, lalu yang terakhir berbuahkan perilaku yang baik dan bermanfaat. Begitulah kesadaran semestinya melewati alurnya.

Kesadaran itu akan membuat kita mengerti arti hidup, dan apa, serta bagaimana yang semestinya kita perbuat agar hidup kita bermanfaat dan tidak sia-sia. Tanpa kesadaran, rasanya sulit bagi kita menemukan jalan-jalan yang akan mengantarkan kita pada keselamatan, kebahagiaan, kesuksesan, dan segala hal yang menjadikan hidup kita lebih berkualitas.

Meski demikian penting dan berharganya sebuah kesadaran dalam hidup ini, namun banyak orang yang membiarkan kesadarannya lelap "tertidur". Akibatnya, seringkali kesadaran itu tidak segara bangkit mana kala kita sedang membutuhkannya. Betapa banyak manusia di dunia ini yang hidupnya terombang ambing, tak mengerti arah dan tujuan hidupnya karena mereka kehilangan kesadaran. Betapa banyak orang-orang yang berputus asa menghadapi hidup karena kesadarannya yang tak juga bangkit.

Kita harus sadar akan pentingnya kesadaran. Hati kita harus terjaga, pikiran kita harus bangun, dan pandangan kita mesti waspada. Sesudah itu selamat belajar di hamparan kehidupan yang sangat luas. Hari esok kita hanya berharap, bahwa kita telah menanam kesadaran untuk kita petik secara pantas hasil dan manfaatnya: di dunia, maupun di akhirat.

http://beranda.blogsome.com/2007/09/30/kesadaran-diri/

Thursday, December 2, 2010

Pernak-pernik Upacara Pernikahan Adat Jawa

Perkawinan adat sangat bermacam-macam. Sekarang yang akan kita bahas di sini adalah perkawinan dengan adat Jawa. Perkawinan adat Jawa melambangkan pertemuan antara pengantin wanita yang cantik dan pengantin pria yang gagah dalam suatu suasana yang khusus sehingga pengantin pria dan pengantin wanita seperti menjadi raja dalam ratu sehari. Biasanya perkawinan ini diadakan di rumah orang tua pengantin wanita, orang tua dari pengantin wanita lah yang menyelenggarakan upacara pernikahan ini. Pihak pengantin laki-laki membantu agar upacara pernikahan ini bisa berlangsung dengan baik. Adapun berbagai, macam ascara serta upacara yang harus dilakukan menurut perkawinan adat Jawa adalah:

Lamaran.

Jika keduanya sudah merasa cocok, maka orangtua pengantin laki-laki mengirim utusan ke orangtua pengantin perempuan untuk melamar puteri mereka. Orangtua dari kedua pengantin telah menyetujui lamaran perkawinan. Biasanya orangtua perempuan yang akan mengurus dan mempersiapkan pesta perkawinan. Mereka yang memilih perangkat dan bentuk pernikahan. Setiap model pernikahan itu berbeda dandanan dan pakaian untuk pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Kedua mempelai harus mengikuti segala rencana dan susunan pesta pernikahan, seperti Peningsetan, Siraman, Midodareni, Panggih.

Persiapan Perkawinan

Segala persiapan tentu harus dilakukan. Dalam pernikahan jawa yang paling dominan mengatur jalannya upacara pernikahan adalah Pemaes yaitu dukun pengantin wanita yang menjadi pemimpin dari acara pernikahan, Dia mengurus dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Karena upacara pernikahan adalah pertunjukan yang besar, maka selain Pemaes yang memimpin acara pernikahan, dibentuk pula Panitia kecil terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai.

Pemasangan dekorasi

Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.

Siraman

Makna dari pesta Siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Pesta Siraman ini biasanya diadakan di siang hari, sehari sebelum acara pernikahan. Siraman diadakan di rumah orangtua pengantin masing-masing. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau di taman. Biasanya orang yang melakukan Siraman yaitu orangtua dan keluarga dekat atau orang yang dituakan.

Upacara Midodareni

Biasanya pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh keluarga atau kerabat dekat perempuannya. Biasanya mereka akan memberi saran dan nasihat. Keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita akan datang berkunjung, dan semuanya harus wanita.

Srah Srahan

Kedua keluarga menyetujui pernikahan. Mereka akan menjadi besan. Keluarga dari pengantin laki-laki berkunjung ke keluarga dari pengantin perempuan sambil membawa hadiah. Dalam kesempatan ini, kedua keluarga beramah tamah.

Upacara Ijab Kabul

Orang Jawa biasanya bicara lahir, menikah dan meninggal adalah takdir Tuhan. Upacara Ijab merupakan syarat yang paling penting dalam mengesahkan pernikahan. Pelaksanaan dari Ijab sesuai dengan agama dari pasangan pengantin. Pada saat ijab orang tua pengantin perempuan menikahkan anaknya kepada pengantin pria. Dan pengantin pria menerima nikahnya pengantin wanita yang disertai dengan penyerahan mas kawin bagi pengantin wanita. Pada saat ijab ini akan disaksikan oleh Penghulu atau pejabat pemerintah yang akan mencatat pernikahan mereka.

Upacara panggih

pengantin wanita yang cantik dengan pengantin laki-laki yang tampan di depan rumah yang di hias dengan tanaman Tarub. Pengantin laki-laki di antar oleh keluarganya, tiba di rumah dari orangtua pengantin wanita dan berhenti di depan pintu gerbang. Pengantin wanita, di antar oleh dua wanita yang dituakan, berjalan keluar dari kamar pengantin. Orangtuanya dan keluarga dekat berjalan di belakangnya.

Upacara balangan suruh

Pengantin wanita bertemu dengan pengantin laki-laki. Mereka mendekati satu sama lain, jaraknya sekitar tiga meter. Mereka mulai melempar sebundel daun betel dengan jeruk di dalamnya bersama dengan benang putih. Mereka melakukannya dengan keinginan besar dan kebahagian, semua orang tersenyum bahagia. Menurut kepercayaan kuno, daun betel mempunyai kekuatan untuk menolak dari gangguan buruk. Dengan melempar daun betel satu sama lain, itu akan mencoba bahwa mereka benar-benar orang yang sejati, bukan setan atau orang lain yang menganggap dirinya sebagai pengantin laki-laki atau perempuan.

Upacara wiji dadi

Pengantin laki-laki menginjak telur dengan kaki kanannya. Pengantin perempuan mencuci kaki pengantin laki-laki dengan menggunakan air dicampur dengan bermacam-macam bunga. Itu mengartikan, bahwa pengantin laki-laki siap untuk menjadi ayah serta suami yang bertangung jawab dan pengantin perempuan akan melayani setia suaminya.

Tukar cincin

Pertukaran cincin pengantin simbol dari tanda cinta.

Upacara dahar kembul

Pasangan pengantin makan bersama dan menyuapi satu sama lain. Pertama, pengantin laki-laki membuat tiga bulatan kecil dari nasi dengan tangan kanannya dan di berinya ke pengantin wanita. Setelah pengantin wanita memakannya, dia melakukan sama untuk suaminya. Setelah mereka selesai, mereka minum teh manis. Upacara itu melukiskan bahwa pasangan akan menggunakan dan menikmati hidup bahagia satu sama lain.

Upacara sungkeman

Kedua mempelai bersujut kepada kedua orangtua untuk mohon doa restu dari orangtua mereka masing-masing. Pertama ke orangtua pengantin wanita, kemudian ke orangtua pengantin laki-laki. Selama Sungkeman sedang berlangsung, Pemaes mengambil keris dari pengantin laki-laki. Setelah Sungkeman, pengantin laki-laki memakai kembali kerisnya.

Pesta pernikahan

Setelah upacara pernikahan selesai, selanjutnya diakhiri dengan pesta pernikahan. Menerima ucapan selamat dari para tamu dan undangan. Mungkin ini bagian dari kebahagiaan ke dua mempelai dengan para tamu, keluarga serta para undangan.

=======================================
Artikel terkait :
Pranata cara siraman calon penganten
Pranata Cara Manten
=======================================

Wednesday, December 1, 2010

PRANATA CARA SIRAMAN CALON PENGANTEN

SIRAMAN
Makna siraman calon pengantin putri inggih puniko kangge ngresiki sedaya aral melintang calon pengantin putri sebab bade nglampahi ijab kobul, lan nyuwun pangestu dumateng kekalih tiang sepuh bapa/ibu serta para pinisepuh. Uborampenipun inggih puniko:

1. tempat 7 sumber
2. bokor untuk siraman Pengantin pria
3. bunga setaman
4. Kendi atau Pratololoka
5. tempat potong rikmo (rambut)
6. Tempat Handuk / kimono

Sajen Siraman inggih puniko:

• tumpeng dahar
• tumpeng robyong
• kerik
• majemukan
• Jajan pasar
• Pisang ayu
• Polo kependem
• Polo kesampar
• Polo gumantung
• Kelapa sejodo/sepasang dan ayam dere (perawan)

NGABEKTEN

Katuran dumateng Bapa dalah biyung kinasih lenggah ing damper ingkang sampun katata kanti laksana. Bapa lenggah ing sakiwa tengening penganten.
Sakderengipun jinamas ing warih, Ni mas Calon temanten putrid ing ngarsanipun Bapa dalah biyung kinasih nyuwun idi pangestu dalah nyuwun agunging pangaksama mring ingkang rama miwah biyung kinasih. Awit calon temanten putrid badhe lumebet ing bebrayan enggal.

Tangkeping asta sarwa sumembah ing pepedaning ingkang rama dalah biyung, Calon temanten putrid hangaturaken :
Rama dalah biyung kinasih, kula ngaturaken sungkem pangabekti saha nyuwun agunging pangaksama sedaya kalepatan kula, sarta nyuwun tambahing pandonga pangestu anggen kula badhe dhaup palakrama kaliyan Kang Mas …………………..

Ngger, nini putraku, dak tampa pangabektimu. Wis dadi kewajiban wong tuwa loro manggulo wentah kowe yo ngger putraku, Yen ono nakale lan wangkaling anak iku wis lumrah. Ora ono kaluputan sing kok sandang, kalamun lego lilo aku lan ibumu paring pangapuro. Dak paringi pangestu anggonmu arep jejodoan, tak dongakno mring Gusti kang Mahakuwasa mugo-mugo bgyo mulyo uripmu sempulur nganti sak lawase.

Sanadyano mboten namung meniko ingkang putra sumungkem ing pepadanira ingkang rama dalah biyung. Nanging raosing penggalih ingkang rama dalah biyung satuhu beda. Tatkala sinembah pepadane, kadya sinendhal mayang bathine. Trenyuh jroning wardaya. Trenyuhing nala ingkang datan sinayudan, satemah rama dalah biyung kuwawa ngamaph tumetesing waspa. Luh marawayan, tumetes tinampi kanthi lumahing asta mring kang putra. Minangka pratandha tumuruning nugraha, bilih ingkang rama dalah biyung ingkang sampun paring idi palilaah, miwah pangestu dhumateng kang putra henggenira arsa dhaup palakrama.
Paripurna ngabekti ing pepdanira ingkang rama kakung dalah biyung kinasih, Kang Putra calon temanten mring ingkang rama dalah biyung lumampah tumuju sasana jamas pasiraman.

Amrih samekta miwah gangsar samudayanipun, keparenga kula aturi uninga bilih ingkang badhe paring jamas pasiraman samangke inggih menika, para pepundhen, para pini sepuh, pitu cacahipun. Pinilih gunggung pitu amrih risang calaon pinanganten putri tansah pikantuh pitulungan, kinasih ing sasama, cinaket mring Gusti.

Para pepundhen dalah pinisepuh ingkang kula aturaken kala wau inggih menika :
1. RamaKakung Heriyantoyo
2. Biyung Heri
3. Eyang

Keparenga dumateng para pepundhen, para pinisepuh kasuwun pangestunipun paring jamas pasiraman dhumateng risang calon pinananganten putri.

1. Ingkang sepindhah paring jamas pasiraman nun inggih Rama kakung Heriyantoyo kanthi kebak ing pangati-ati, sarwa sarwi binarung donga suci lumebering toya waradung saranduning sarira risang ahayu. Ancles kadya siniram tirta sawindu, mahanani, ayem,temtrem sajroning kala.

2. Ing kaping kalehipun, kasuwun ibu biyung kinasih paring pangestu sesuci, age-age marepegi ingkang putri. Kebak ing sutresna, jinamas ing warih risang calaon pianganten putri. Waradin ing sarira saking pucuking rikma dumugi samparaning ahayu.

3. Salajengipun keparenga ingkang Eyang, nun inggih Eyang ................................. paring pangestu dhumateng wayah, kanthi pangestu suci dhiri karana paring jamas pasiraman toya suci perwita adi. Ketang tresnaning eyang marang wayah, sakderengipun angguyur toya paring puji pandonga rahayu. Kanthi pianringan toya perwita sari mugiya calon pinanganten putri hayem, tentrem, kadya pinaringan pangayoman risang ahayu mring ingkang eyang dupi piaringan pamuji donga miwah siniram ing warih suci.

4. Katuran dumateng.......
Mugi risang ahayu saged kasawaban mring kawegigan miwah kawicaksanan. Satemah ing tembe saged kasil ing babagan pakaryan

5. Katuran dumateng ibu........... paring jamas pasiraman, mugi Calon pinanganten putri sageta nderekaken sun tuladanaipun ibu.....

6. Keparenga ibu........... mugi calon pinanganten saged nulad mring ibu...............

7. Ingkang pungkasan kasuwun dumateng ibu ....................... paring idi pangestu dalah paring jamas pasiraman, mugya pinanganten putri saged handerekaken hambangun kulawarga ingkang bagya mulya.

Jangkep pitu cacahe para pepundhen paring jamas pasiraman. Mugi-mugi suci lahir lan bathine risang ahayu satemah mdhep mantep anggenipun calon pinanganten ing dinten benjang badhe nglampahi upacara suci sarta sakral agung inggih punika adicara palakrama. Mawantu-wantu Bapak/Ibu Heri ngaturaken agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan, Muhung Gusti Kang Maha mirah ingkang badhe males luhuring budi panjenengan sadaya. Amin.

SESUCI MECAH KENDHI

Saklajengipun Bapak Heri paring toya sesuci ingkang mijil saking telengih kendhi pratala. Kendhi wus ngarani wadhah, pratala ateges lemah. Ilining toya boten pedhot mratandahani. Sempulur ing karahayon, sempulur anggenipun kagungan kersa, sempulur ing sandang, bogam, donya brana. Kanthi sesucen menika, mugi-mugi risang ahayu anggenipun badhe ngayahi wajib, kalis ing godha rencana, kalis ing sambikala, hamung rahayu kang bakal tinemu.

Pangkas Rikma
Titi laksana salajengipun nun inggih Bpk Heri arsa mangkas rikmane ingkang putri.
” Niat ingsun ngethok rikmamu nduk putriku, muga-muga dadiya pratandha sempuluring tuwuhmu, wilujeng, ahayu, wiwit saiki putriku wis dewasa uwal saka pangkoning rama lan ibu”
Pangkasan rikma winadhah ing mok, tinampi dening ingkang ibu. Mugi risang ahayu nyembadani kekudanganipun ingkang rama miwah ibu kadidene sasmita pangkas rikma nun inggih wiwit samenika risang ahayu samekta bawa priangga kalamun sampun kulawarga mangun gesang tembayatan kaliyan ingkang garwa,

Pondhongan
Rama kakung tumindak bopong pungkasan, ingkang paring sasmita hambok bilih ing dinten menika rama kakung saged mbopong putrinipun ingkang pungkasan.
” Niat ingsun mbopong putriku, iki dadiya bopong kang pungkasan, sabanjure putriku bisa bawa priyangga urip tembayatan karo garwamu, kacukupan ing sandhang boga, bisaa nemu mulya lan raharja ”.

Nanem Rikma
” Niat ingsun nanem rikmane putriku, kabeh lelakon kang kepungkur wis kapendhem, hamung thukula kabecikan tumraping bebrayan, rahayu, widada, nir ing sambi kala ”.

Dulang pungkasan
” Niat ingsun ndulang putriku, pamujiku dulangan iki dadiya dulangan kang pungkasan. Ing sabanjure putriku bisaa madeg ing pribadine dewe, nampa kanugrahaning Gusti, dadiya pangayoming sasana, sempulur ing salawase, widada, nir ing sambikala

Sade Dhawet
Kawuryan Bpk/Ibu Heri sampun miyos saking panti. Ibu Heri ngindhit wakul minangka wadhahing arta asiling sade dhawet. Dene ingkang garwa nenggih Bapak Hery ngasta songsong, kang wus sawega paring pepayung mring kang garwa. Ateges dadi wong tinitah kakung mono kudu bisa paring pengayoman mring ingkang garwa amrih ingkang tinitah wadon ayem, tentrem, kalis saking was sumelang .

Sarwa-sarwi Ibu Hery mundhut dhawet, dhawet kaaturaken Bapak Hery.
” Bapakne, piye rasane ? ”
” Enak tenan , Bune ”

Rame anggenaira antri samya mundhut dhawet, dadya pratandha kalamun ing dinten benjing, rawuhipun para tamu antri dalidir kadya kang samya mundhut dhawet.

Sarwa-sarwi mirah, hanggenira Ibu Hery sade dhawet, dhawete ayu, manis ing rasa, mila samya suka pari suka ingkang samya antri badhe mundhut dhawet. Mboten wonten ingkang kuciwa ing rasa, snmya suka ing nala.

Kajawi punika, sdayan dhawet ugi dados pratandha bilih bpk/ibu Heri suka dene mring sesami. Satemene sapa wonge murah mring sasama, bakal pinaringan murah mring Gusti kang Maha Kuwasa.

Makaten napa ingkang saget kula aturaken wonten adicara Siraman menika, mboten kesupen kula ing ngriki minangka sesulihipun ingkang hamengku gati, ngambali atur sugeng rawuh sinartan atur agunging panuwun ingkan tanpa pepindang rehning panjenengan para tamu sampun minangkani pamundhutipun Bpk/Ibu Heri.

Para rawuh para lenggah,
Dening kula nindakaken urut reroncenipun adicara, milai purwa dumugi paripurna tartamtu kathah kekirangananipun ugi kekilafan kula, mila menika kula namung nyenyadhong lumunturing sih samodra pangaksama dumateng ingkang hamengku gati ugi panjenengan sedaya, labed budi daya kula manungsa. Nuwun.

FOTO-FOTO SIRAMAN



==================================
Artikel terkait:
Pranata Cara Manten
Pernak pernik upacara pernikahan
==================================

Saturday, November 27, 2010

Kebenaran dan Keindahan

Keindahan bukan lawan kejelekan. Keindahan adalah hasil melatih diri terus-menerus untuk senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki pada hari ini. Kerja keras tetap kerja keras. Tapi, hanya bersyukur yang membuat hasilnya berwajah penuh keindahan. Gede Prama

Mencari kebenaran, dapatnya keonaran. Demikian seorang sahabat mengeluh tentang upayanya memperjuangkan hak-hak pekerja. Setelah lama merasa ditekan-tekan, mereka mengambil sikap keras: demo.

Setelah demo tidak membuahkan hasil, mereka melanjutkannya dengan perusakan. Habis ini, mudah ditebak: mereka berurusan dengan aparat yang berujung pada pindahnya tempat tinggal ke gubuk derita yang disebut lembaga pemasyarakatan.

Seorang sahabat politisi punya pengalaman lain lagi. Setelah lama disebut pahlawan oleh publik melalui perlawanannya pada penguasa yang ditakuti, dia melanjutkan gaya yang sama ke rezim-rezim berikutnya.

Zaman berubah, penguasa berubah, kebebasan berubah, tapi rekan ini tetap sama: militan. Tentu, sudah diketahui nasibnya kemudian, lama-lama dianggap pahlawan kesiangan. Bahkan, nyaris bernasib tragis di gubuk derita yang sama.

Kendati kebenaran manusia tidak pernah absolut, setiap manusia yang berjuang memperjuangkan kebenaran layak dihormati. Sebab, sebagian dari orang-orang seperti inilah roda-roda peradaban berputar.

Check and balance. Itulah salah satu peran yang dimainkan. Sehingga, sejarah bisa berputar untuk kepentingan kebanyakan pihak. Agak sulit membayangkan pertumbuhan yang sehat tanpa check and balance. Karena itulah, sebagian pahlawan peradaban berasal dari manusia militan pembela kebenaran.

Warna-warna berat sebelah, seperti kepentingan pribadi, mau jadi pahlawan secara buru-buru, sampai dengan menggunakan perjuangan sebagai tangga-tangga memasuki kekuasaan, sudah mulai terlihat di sana sini. Ada yang bahkan lebih mengerikan dari ini. Karena merasa benar, kemudian membunuh di sana sini.

Teroris adalah salah satu contoh segar dalam hal ini. Demikian juga dengan negara yang menyerang negara lain tanpa alasan kuat. Sehingga, dalam gambaran total, kebenaran di tangan-tangan manusia seperti ini berwajah penuh darah. Kalau memang demikian wajah kebenaran, betapa mengerikannya wajah kebenaran.

Entah terinspirasi dari sini atau terinspirasi dari tempat lain, ada sekumpulan manusia yang mulai kurang tertarik dengan kebenaran, kemudian bergerak ke wilayah keindahan. Kalau kebenaran berwajah agak keras seperti batu, sehingga mudah sekali membuat manusia berbenturan, keindahan berwajah jauh lebih lembut.

Bila kebenaran sebagian lebih perjalanannya ke luar diri, keindahan lebih sebagai hasil ketekunan berjalan ke dalam diri. Kalau kebenaran sulit sekali menerima perbedaan, keindahan bisa ditemukan, baik dalam perbedaan maupun persamaan.

Jika kebenaran memerlukan banyak logika, keindahan memerlukannya dalam kuantitas ataupun kualitas yang terbatas. Bila kebenaran bertumbuh di atas penolakan (sebelum terbukti), keindahan memulainya dengan penerimaan-penerimaan. Karena itu, bisa dimaklumi kalau pencinta-pencinta keindahan memulainya dengan sebuah kata sederhana: bersyukur.

Ada yang berbeda antara penekun kebenaran keras dan penekun keindahan. Sinar wajahnya berbeda, senyumannya berbeda, kesantunannya berbeda, dan persahabatannya dengan kehidupan juga berbeda. Berkaitan dengan senyuman, senyuman pencinta keindahan membuatnya mudah terhubung.

Tidak saja dengan manusia lain, juga terhubung dengan hati dan perwujudan lain dari Tuhan. Karena itu, jangan terkejut kalau sahabat pencinta keindahan seperti menemukan sahabat di mana-mana. Tidak saja di tempat ramai bertemu sahabat, di hutan yang amat sepi sekalipun, dia bertemu sahabat.

Tentu, bukan maksud tulisan ini untuk mengganti kebenaran dengan keindahan. Sebab, memang, bukan sifat keindahan untuk menjadi pengganti apa pun. Sifat keindahan yang halus dan lembut, penuh penerimaan, sekaligus persahabatan membuatnya batal menjadi lawan kebenaran.

Keindahan bukan lawan kejelekan. Keindahan adalah hasil melatih diri terus-menerus untuk senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki pada hari ini. Kerja keras tetap kerja keras. Tapi, hanya bersyukur yang membuat hasilnya berwajah penuh keindahan.

Kebenaran memang perlu, apalagi ketika mengambil keputusan menentukan. Tapi, membingkai kebenaran dengan keindahan membuat manusia mudah terhubung. Ini yang di Timur disebut dengan sekumpulan yogi.

Pada zaman dulu, yogi hanya identik dengan petapa di hutan. Sekarang, ia bisa berwajah keseharian sebagai kasir, customer service, polisi, ilmuwan, dan bisa apa saja.

Seorang yogi pernah menulis: when the blossoms vanish the fruits appear. Ketika bunganya hilang, buahnya muncul. Tatkala penampilan luar tidak lagi dianggap yang paling utama, ada penampilan dari dalam yang mulai menawan. (*)

Penulis adalah Presiden Direktur Dynamics Consulting, pembicara public, executive coacher, dan beralamat di www.dynamicsconsulting.com.

Tuesday, November 23, 2010

Pudarnya Pesona Cleopatra

Sumber : Buku "Pudarnya Pesona Cleopatra" (Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa)
Karya: Habiburrahman El Shirazy (Penulis Novel best seller Ayat-ayat Cinta)

***

Penyesalan tiada guna. Semoga semakin menggugah jiwa untuk mencintai pasangan hidup sepenuh hati segenap jiwa.

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal."Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu" kata ibu.

"Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu", ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.

Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.

Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.

Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang .

Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja. Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.

Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab "tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga "Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil 'mbak', "kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku" tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. "wallahu a'lam" jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, "Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini". Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.

Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi, Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. "Mas tidak apa-apa" tanyanya dengan perasaan kuatir. "Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih" lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. "Mas airnya sudah siap" kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. "Mas aku buatkan wedang jahe" Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan. Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. "Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?" Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. "Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas". "Biasanya dikerokin" jawabku lirih. "Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin" sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya. "Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu" kata Ratu Cleopatra. "Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu". Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba "Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya" kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. "Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya" lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya. Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.

"Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang." Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe. Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. "Maaf… maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana, "lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. "Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. "Ya Mas!" sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil "dinda". "Matanya sedikit berbinar. "Te.. terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, Insya Allah." ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.

Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. "Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?". Hana begitu bahagia.

Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.

Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. "Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.

Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.

Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana. Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. "Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu" kata ibuku. "Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?" sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.

Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.

Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya "Mana tanggung jawabmu!" Aku hanya diam dan mendesah sedih. "Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta" gumamku.

Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, "Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita".

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.

Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.

Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan . Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani.
"Apakah kamu sudah menikah?" kata Pak Qalyubi.
"Alhamdulillah, sudah" jawabku.
"Dengan orang mana?".
"Orang Jawa".
"Pasti orang yang baik ya. Iya kan ? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?".
"Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran".
"Kau sangat beruntung, tidak sepertiku".
"Kenapa dengan Bapak?"
"Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang".
"Bagaimana itu bisa terjadi?".

Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dank arena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia .

Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikaha dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.

Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan YAsmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetpai saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi YAsmin. Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir.

Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan , saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. KAmi langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan . Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali YAsmin tidak bisa.

Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia .

Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta YAsmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.

Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedy yang menyakitkan. "Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia , aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir". Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.

Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong. Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang".

Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bualn aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.

Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal.

Dibawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku "serong"?.

Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya… Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.

"Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba" tulis Raihana.

Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa "Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku. Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau".

Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta.

Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana. Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku.

Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu-sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. "Mana Raihana Bu?". Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.

"Raihana… istrimu..istrimu dan anakmu yang dikandungnya".
" Ada apa dengan dia".
"Dia telah tiada".
"Ibu berkata apa!".
"Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya".

Hatiku bergetar hebat. "Ke…. kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?". "Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi maafkanlah kami".

Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.

Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali.

Dunia tiba-tiba gelap semua…..

Saturday, November 20, 2010

Ibu 2 kali Melahirkan Bayi Kembar Berlainan Warna Kulit Hitam dan Putih


Alison Spooner dan pasangannya Dean Durrant serta keturunannya telah menentang segala kemungkinan tidak hanya sekali, tapi dua kali. Tujuh tahun setelah satu kembar berkulit hitam dan satu kembar lainnya berkulit putih, ibu 27 tahun telah melahirkan bayi kembar keduanya dengan warna kulit berbeda bertentangan satu dalam 500.000.

Ketika putri pertama pasangan itu tiba pada tahun 2001, mereka heran melihat bahwa Lauren memiliki mata biru ibunya dan rambut merah, sementara dia kembar Hayleigh memiliki kulit gelap dan rambut, seperti ayahnya, Dean.
Jadi ketika Miss Spooner, dari Armada, di Hampshire, menemukan dia hamil lagi tahun ini, teman-teman dan keluarga bergurau bahwa mereka harus mengambil taruhan di atas hal yang sama terjadi lagi.

Dokter yang disampaikan para suster awal, karena ketakutan untuk kesehatan mereka, merasa lega untuk menemukan mereka dengan baik, tetapi juga kagum bahwa set kedua gadis kembar lahir dengan warna kulit berbeda.
Sebagai orang tuanya ditemukan saat gadis-gadis itu diletakkan berdampingan di ranjang rumah sakit, Miya menyerupai ayahnya dan Lea telah mewarisi penampilan ibunya.

Hal ini cukup langka untuk dua pasang kembar yang akan lahir untuk orang tua yang sama, tetapi kemungkinan mereka mewarisi kulit yang berbeda dan warna rambut dari ayah dan ibu mereka hanya dua juta.

Fenomena genetik hanya terjadi ketika dua telur terpisah dibuahi oleh sperma yang berbeda, tidak seperti kembar identik yang berbagi genetik mereka make-up yang telah dikandung dari satu telur dibuahi yang membelah menjadi dua embrio.
“Saya terkejut ketika saya pertama kali mengetahui aku hamil anak kembar lagi – tapi saya tidak pernah berpikir untuk satu detik mereka akan menjadi sama seperti waktu terakhir,” kata Miss Spooner. “Setelah bayi lahir mereka tidak bernapas dengan benar, sehingga mereka dibawa ke unit perawatan khusus.”
Konsultan perekrutan mantan menambahkan: “Itu tidak sampai sekitar lima hari setelah mereka lahir bahwa kita melihat mereka berdampingan untuk pertama kalinya. “Dan ketika mereka bersama-sama jelas bahwa ada yang lebih gelap dari yang lain. Sulit dipercaya. “

Dokter di Rumah Sakit Frimley Park, di Surrey, memutuskan untuk memberikan bayi pada 13 November melalui operasi caesar, 37 minggu dalam kehamilan, ketika scan mengungkapkan mereka berada di posisi sungsang.
Hal ini dapat menimbulkan komplikasi selama proses kelahiran yang dapat membahayakan kehidupan bayi.

Namun, meskipun awal kedatangan mereka, kedua gadis itu lahir dengan sehat, dengan berat Miya lloz dan Leah £ 4 5 £ 10oz. Ayah mereka Dean, 33, seorang tukang mengaspal yang berasal dari India Barat, mengatakan: “Itu adalah kejutan nyata untuk sistem ketika saya tahu kami memiliki anak kembar lagi.
“Saya tidak berpikir hal yang sama akan terjadi lagi. “Aku terpesona saat aku melihat mereka bersama-sama. Aku tidak tahu sampai saat itu bahwa ada semacam perbedaan besar antara keduanya.
“Itu jelas untuk melihat tapi mereka bergegas pergi setelah mereka lahir sehingga kita tidak menyadari sampai kami melihat mereka bersama-sama. Kami memiliki keluarga yang sangat khusus. “

http://wihans.web.id/001sari160810

***************************************


Umumnya bayi kembar yang lahir memiliki warna kulit senada seperti putih atau sama-sama hitam. Tapi ternyata ada anak kembar yang lahir dengan warna kulit berbeda yaitu hitam dan putih.

Dr Stephen Withers, dari klinis genetika interanasional menambahkan kondisi ini biasanya terjadi pada pernikahan ras campuran, yang mana satu telur memiliki dominan untuk satu warna kulit. Namun hal ini diakui cukup langka terjadi yaitu sekitar 1 dari 1 juta kehamilan, terutama jika bisa menghasilkan bayi kembar secara bersamaan.

Langkanya kondisi ini karena untuk memiliki dua sel telur yang dibuahi dengan gen warna kulit berbeda masih kurang umum terjadi, dan cenderung terjadi pada kembar fraternal. Namun diperkirakan hal ini bisa saja menjadi kondisi yang umum, seiring dengan semakin banyaknya pasangan ras campuran.

"Ibu berkulit hitam kemungkinan memiliki leluhur yang berkulit putih atau sebaliknya ayah berkulit putih memiliki leluhur yang berkulit hitam. Sehingga pada kondisi tertentu gulungan DNA yang mati menyebabkan bayi dari orangtua birasial ini hanya mewarisi pengkodean genetik untuk satu warna," ujar Peter Propping, mantan direktur Institute for Human Genetics di Bonn University.(ngobrolaja.com)

Tuesday, November 9, 2010

Manusia Sebagai Subjek dan Objek Bencana

Bencana demi bencana di negeri ini seperti tiada hentinya. Dari banjir bandang di Wasior, gunung Merapi meletus, hingga gempa dan tsunami di Mentawai.

Siapa atau apa sebenarnya yang memicunya? Satu hal yang pasti, manusia adalah objek yang menjadi korbannya. Tulisan ini mencoba menelisiknya dari perspektif teologis.

Perspektif Alquran

Dalam Alquran, setidaknya ada dua ayat penting yang berbicara tentang musibah (bencana alam) di antaranya "Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" (QS 42:30).

Kedua, "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS 57:22)

Dua ayat ini memberikan gambaran tentang bencana. Ayat pertama mengungkapkan bahwa bencana itu disebabkan oleh tangan-tangan manusia. Ayat kedua mengungkapkan bahwa segala bencana di muka bumi itu sudah ada ketetapannya di sisi-Nya (takdir).

Ayat pertama mengaitkan bencana pada ulah tangan manusia, sedangkan ayat kedua mengaitkan bencana pada hak mutlak kekuasaan-Nya.

Sepintas, dua ayat ini kontradiktif, tapi sesungguhnya bisa diselaraskan jika diletakkan dalam konteksnya masing-masing. Dua ayat ini saling berhubungan membentuk simpul pemahaman tentang bencana dalam perspektif Alquran.

Bahwa bencana selalu terkait relasi manusia dengan alam dan Allah sekaligus. Allah pencipta semesta di mana manusia berada di dalamnya. Maka manusia adalah bagian dari semesta.

Menurut Ibnu Arabi, salah satu tokoh filsuf-sufi Islam, alam ini mencakup di dalamnya segala yang ada di bumi seperti batu, pepohonan, manusia, dan hewan adalah penampakan atau citra Allah.

Kalangan agawaman ortodoks menganggap Ibnu Arabi sesat karena pemikiran panteistik yang seperti ini, padahal tidak demikian. Karena Allah sendiri mengatakan, "Ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah" (QS 2:115).

Salah satu buku Quraish Shihab terbaru berjudul Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena (2010). Buku ini mengetengahkan bahwa dalam setiap fenomena alam, termasuk di dalamnya bencana, ada keterkaitan dengan Tuhan.

Tuhan, Manusia, dan Alam

Tuhan Maha Kuasa, tetapi Dia juga Maha Adil dan Maha Penyayang. Ini bermakna bahwa Tuhan tidak akan bertindak semena-mena terhadap makhluk-Nya meskipun Dia Maha Kuasa.

Semua bencana di muka bumi hakikatnya berada dalam wilayah kuasa Tuhan. Tetapi, wilayah ini terkait dengan sebab yang dibuat oleh manusia. Banjir, misalnya, itu terjadi karena salah satunya manusia melakukan penebangan hutan secara liar tanpa memperhatikan dampaknya.

Manusia tidak bisa mengatur besaran curah hujan yang turun, karena itu di luar kuasanya. Hujan adalah kuasa Tuhan. Maka ketika curah hujan tinggi, sementara tidak ada pepohonan yang menampung airnya, terjadilah banjir bandang.

Ada beberapa bencana yang juga berada dalam lingkup kuasa Tuhan, dan secara tidak langsung berkaitan dengan perilaku manusia. Alam dan manusia selalu terkait erat, karena manusia adalah bagian dari alam.

Dalam relasi demikian, kuasa Tuhan ada di situ. Jika bencana banjir disebabkan secara langsung oleh ulah tangan-tangan manusia, maka bencana yang tidak bisa manusia prediksi seperti gunung meletus, gempa, dan tsunami, bukan berarti tidak ada peran manusia di situ.

Manusia memiliki energi positif dan negatif. Dalam filosofi Tiongkok, energi itu disimbolisasi dalam bentuk Yin dan Yang. Dr. Masaru Emoto, ilmuwan kelahiran Yokohama Jepang, yang terkenal dengan teori airnya dalam salah satu karyanya, Messages from Water, membuktikan bahwa molekul-molekul air berubah-ubah tergantung energi yang diarahkan kepadanya.

Jika energi itu positif, maka molekul-molekul air itu akan bercahaya terang, tapi jika energi itu negatif maka molekul-molekul air itu akan redup dan gelap.

Demikianlah keterkaitan antara energi yang dipancarkan oleh manusia terhadap benda-benda di bumi. Semakin banyak energi positif yang dipancarkan melalui perilaku-perilaku manusia yang baik, maka alam akan semakin positif dan bersahabat.

Sebaliknya, semakin banyak energi negatif dipancarkan melalui perilaku manusia yang buruk, maka alam akan semakin negatif dan tidak bersahabat.

Dalam bahasa Alquran, "Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah (atom) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan keburukan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (QS 99:7-8)

Keterkaitan antara Tuhan, manusia, dan alam ini menyadarkan manusia bahwa bencana itu lebih banyak disebabkan oleh tangan-tangan manusia sendiri, baik itu secara langsung maupun tidak langsung (melalui pancaran energi negatifnya).

Bencana demi bencana itu merupakan akumulasi dari relasi manusia dengan alam dan Tuhan yang timpang. Tuhan sudah berbaik hati memberi manusia hidup. Alam juga sudah berbaik hati menyediakan apa pun untuk manusia agar dikelola dengan baik. Tetapi, manusia malah berperilaku buruk terhadap alam dan Tuhan.

Manusia subjek bencana, sekaligus menjadi objek bencana. Segenap elemen dan lapisan bangsa, dari tingkat atas hingga bawah mesti segera introspeksi dan memperbaiki diri, jika memang ingin agar alam kembali bersahabat. (editor widodo)

Oleh Fajar Kurnianto,
Peneliti Institut Studi Agama Sosial & Politik (Isaspol) Jakarta
Tinggal di Jakarta

http://www.tribunnews.com/2010/11/03/manusia-sebagai-subjek-dan-objek-bencana

Menghadapi Musibah

Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim adalah sabar tatkala mendapatkan ujian atau musibah dari Allah SWT. Ujian yang diberikan oleh Allah kepada hambanya beragam macamnya. Bisa berupa kematian anggota keluarga yang dicintainya, hilang dan musnahnya harta benda yang dimilikinya akibat bencana alam, maupun kelaparan yang sedang melandanya. Semua ini adalah bentuk ujian dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.( yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah [02]: 155-157).

Ujian itu diberikan oleh Allah SWT sebagai salah satu cara untuk mengetahui kadar keimanan seseorang. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3).

Artinya, seseorang maupun masyarakat tidaklah terbukti mereka beriman jika mereka tidak tahan terhadap ujian yang menimpanya.

Selain itu, ujian merupakan salah satu wujud kecintaan Allah terhadap suatu kaum. Hal ini dikabarkan oleh Rasulullah Saw dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, “Sesungguhnya Allah Azza wa jalla jika mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang sabar, maka dia berhak mendapatkan (pahala) kesabarannya. Dan barangsiapa marah, maka diapun berhak mendapatkan (dosa) kemarahannya.”

Kalau kita berkaca pada sejarah umat Islam, Rasulullah dan para sahabat adalah generasi yang mendapatkan ujian dan musibah yang sangat besar dari Allah SWT untuk menguji kadar keimanan mereka.

Salah satu contohnya adalah yang diceritakan oleh seorang sahabat bernama Saad bi Abi Waqas ra, ketika terjadi peristiwa pemboikotan kaum muslimin di Makah oleh kafir Qurays. Beliau berkata tentang keadannya saat kaum muslimin mendapatkan embargo ekonomi oleh warga Makkah. ”Aku keluar di suatu malam untuk kencing. Aku mendengar gemericing di bawah air kencing. Tiba-tiba ada sepotong kulit unta kering. Lalu kuambil dan ku cuci, kemudian ku bakar, lalu ku tumbuk dalam air dan ku makan, maka selama tiga hari dengan itu aku menjadi kuat.” Kelaparan yang menimpa kaum muslimin saat itu tidak menjadikan mereka berpaling dari Allah dan Rasul-Nya.

Para sahabat benar-benar menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-Quran. “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [02]: 153).

Mereka juga memahami bahwa apapun yang menimpa mereka baik itu berupa musibah maupun nikmat yang datang dari Allah SWT itu merupakan sesuatu yang baik bagi mereka.

Rasulullah Saw bersabda: ”Aku kagum terhadap urusan orang yang beriman, karena seluruh urusannya merupakan kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka syukur itu adalah kebaikan baginya. Jika ditimpa kesulitan ia bersabar, maka sabar itu merupakan kebaikan baginya. Hal seperti ini tidak akan didapati pada seeorang kecuali orang yang beriman” (HR. Muslim).

Sikap seperti inilah yang saat ini harus dimiliki oleh kaum muslimin di Padang, Sumatera Barat dan wilayah lain yang beberapa waktu lalu mendapatkan musibah sebagai bentuk ujian dari Allah SWT. Yakinlah bahwa jika mereka menerima musibah itu dengan ikhlas dan tabah, maka pasti ujian itu akan menjadi penyebab Allah melenyapkan kesalahan-kesalahannya di hari kiamat. Tentu, bagi mereka yang meninggal semoga amal kebaikannya diterima oleh Allah SWT.

Momentum ini juga dapat digunakan oleh kaum muslimin yang tidak mendapatkan musibah untuk bersama-sama menggalang segala upaya untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh saudara-saudaranya itu sebagai wujud dari ukhuwah Islamiyah. Mereka harus memberikan bantuan moril dan materiil secara maksimal untuk para korban bencana.

Terakhir, yang tidak kalah pentingnya adalah tanggung awab penguasa untuk melayani urusan rakyatnya yang sedang ditimpa bencana. Pemerintah bertanggungjawab penuh untuk membantu mereka keluar dari berbagai masalah yang diakibatkan oleh terjadinya bencana. Sebab Rasulullah Saw bersabda ”Pemimpin adalah penggembala, ia akan dimntai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (HR. Bukhari Muslim).

Mudah-mudahan kita bisa mengambil ibrah dari bencana ini untuk segera kembali bertaubat kepada Allah dan semakin mendekatkan diri kita kepada-Nya. Sebab diakui atau tidak musibah ini selain sebagai ujian, juga peringatan (tadzkirah) kepada manusia agar tidak terus tenggelam ke dala jurang kemaksiatan. Wallahu a’lam. (shodiq ramadhan)

http://www.suara-islam.com/news/nafsiyah/peningkatan-nafsiyah/92-sabar-menghadapi-musibah

Untuk Kita Renungkan
oleh: Ebiet G Ade


Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat..

Singkirkan debu yang masih melekat..

Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya..

Adalah Dia di atas segalanya..

Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah

Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista... oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya

hooo...hooo
hooo

Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... ho..
du..du...du..du..du..
du..du..du..du..oh...
ho...ho...ho...
du..du..du..du..
Berubahlah agar Dia tersenyum


VIDEO LAGU UNTUK KITA RENUNGKAN

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER