Friday, June 10, 2022

Suamiku Jadul

_part 40_
Suamiku Jadul 

CERBUNG HIKMAH DISELA RAMADAN
_#edisiwiken_

Hari berganti, aku mulai merasakan kejenuhan. Jenuh, karena tak ada kegiatan, seharian hanya berkutat dengan suami dan si Ucok kami. Akan tetapi suami malah enteng saja, dia seperti menikmati hidup. Pagi berkebun sayur di halaman rumah. Biarpun sayurnya lebih sering hilang. Aku merasa suamiku ini sudah berada di puncak kejayaannya. Ibarat mendaki dia sudah sampai puncak gunung tertinggi. Terbalik denganku yang masih punya ambisi banyak. Aku ingin bangun pabrik kelapa sawit. Akan tetapi suami seperti tak mendukung.

"Bang, rasanya jenuh juga tiap hari gini terus," kataku pada suami. Saat itu dia lagi mengayun anaknya. Salah satu kesukaannya memang mengayun anak seraya bernyanyi. Nyanyian selalu lagu jadul, saking judulnya aku tak tahu kapan lagu tersebut hit. 

"Kalau bosan, jalan-jalan lagi," kata suami, dia menghentikan nyanyiannya sebentar lalu lanjut lagi. 

"Kalau jalan-jalan terus sampai berapa lama uang kita tahan, Bang," 

"Jadi?"

"Adek ingin ada kegiatan, Bang, mau usaha sendiri," 

"Usaha apa, Dek, adek gak berbakat kayaknya, usaha sapi dilarikan orang,"

"Kegagalan itu awal dari keberhasilan, Bang,"

"Oh, ya," 

"Ya, iya, Bang, harus dicoba dan dicoba lagi, gitu, Bang," 

"Berarti harus kita coba lagi, kemarin-kemarin gagal,"

"Apa yang gagal, Bang?"

"Ngasih adek untuk si Ucok, ayo semangat, kita coba lagi, gagal lagi, coba lagi," kata suami seraya menunjukkan kepalan tangannya. 

"Ish, Abang, orang bicara serius malah bercanda," 

Si Ucok sudah tidur, suami lalu meraih HP dan mulai geser-geser layar.. Suami memang sudah mulai melek medsos, biarpun sering bertanya dan bingung, dia mulai sering baca-baca berita lewat medsos. Kalau buka Facebook kesukaannya nonton video tukang bangunan. Kalau buka Google yang dia cari selalu harga sapi dan sawit. 

"Dek, lihat ini, ada messenger masuk banyak kali," kata suami seraya menunjukkan HP-nya. 

Kuraih HP tersebut, ternyata inbox yang belum dibaca sudah ada banyak. Kuroba buka satu persatu. Ada yang jualan obat kuat, ada yang sekedar menyapa, ada yang tebar pesona. 

"Balas dulu semua, Dek," perintah suami. 

"Mana sempat, Bang, ratusan inbox gini,"

"Kalau ditegur orang musti dibalas, Dek,"

Oalah, jadi kerjaan pula untukku ini, akan tetapi kubalas juga, sambil mencari inbox yang nyeleneh calon untuk diblokir. Tiba-tiba mataku tertuju ke salah satu inbox. Dari akun bernama aneh bertulisan Korea. Yang membuat aku terkejut adalah isinya. 

(Apa Anda sudah tahu bagaimana istri Anda si Niyet itu dulu?) 

(Ok, lanjut, semoga Anda baca ini, istri Anda itu punya mantan sebelas orang, bayangkan?  Sebelas orang yang sudah menjamah tubuhnya) 

(Selamat, Anda yang kedua balas) 

Wah, siapa pula ini, kucoba cari informasi tentang akun tersebut, ternyata tidak ada keterangan apa-apa, bahkan temannya pun disembunyikan. Akan tetapi aku  yakin ini salah satu teman gengku dulu, karena hanya mereka yang panggil aku Niyet. 

Khawatir juga aku dilihat suami, segera kuhapus setelah terlebih dahulu ku-screenshot dan kirim ke HP-ku sendiri. 

Kulihat suami sudah tertidur, jam sudah menunjukkan angka sebelas. Yang pertama kutanya adalah Rapet. 

(Pet, siapa teman kita yang punya akun dengan nama Korea?)  pesanku lewat WA. 

(Ntah) 

(Cari tahu dulu, ini penting, Rapet) 

(Sudah kucari tahu, gak ada, yang ada tempe, bisa, Niyet?) 

(Serius dulu, Rapet, aku lagi tak ingin bercanda) 

(Gak tau, Niyet) 

(Jangan-jangan itu, Kau?) 

(Chat difutup) 

Sial, Rapi memang kadang jahil, akan tetapi dia tak sejahil itu, aku kenal dia sejak masih SMA. Lalu siapa yang sempat- sempatnya menghitung mantanku?  Aku bahkan sudah lupa berapa orang aku punya mantan, karena masa gadisku sangat lama. Mulai umur enam belas tahun sampai umur tiga dua, berarti enam belas tahun. 

Ada yang iri dengan kebahagiaanku, entah itu siapa aku tak tahu, akan tetapi tak boleh kubiarkan ini terjadi. Bisa-bisa nanti suamiku terpengaruh bila dia baca. Kulanjutkan membalas inbox yang banyak masuk ke messenger suami. Ya, Tuhan, suamiku sudah seperti artis saja. Banyak yang tebar pesona. Untung juga suami malas buka inbok. 

Ada inbox dari seseorang, isinya begini. 

(Tolong bantuannya, Bang Parlindungan, maaf, lancang inbox Bang Parlin, tapi saya sudah tak tahu harus ke mana minta bantuan lagi. Saya tahu akun Abang dari Teman) 

Siapa pula ini, segera kucari tahu, akunnya jelas, dia seorang wanita dengan enam orang anak. Suaminya sakit stroke, berjualan online untuk menyambung hidup. Ah, ini pasti modus. Akan tetapi tunggu dulu, ada alamat jelas di salah satu postingannya. Rumahnya ternyata tak berada jauh dari rumah kami. Hanya beda kelurahan. Aku kenal jalan itu, karena sering kulewati bila hendak ke pasar. 

Kubaca inbox panjangnya lagi, ternyata dia butuh bantuan modal, rumahnya juga masih ngontrak, mereka masih tinggal di situ karena belas kasihan pemilik rumah. Intinya dia mau minta bantuan Bang Parlin. Kalau kuberitahu sama Bang Parlin, dia kurang suka sama orang yang minta, dia lebih suka mendatangi dan mencari langsung. 

Ternyata seseru ini isi inbox Bang Parlin. 

Keesokan paginya, kuajak Bang Parlin belanja ke pasar, sengaja lewat di rumah ibu tersebut untuk melihat langsung. Tak kuberitahu suami, akan tetapi aku minta berhenti di depan rumah wanita tersebut. Aku turun dari mobil diikuti Bang Parlin. 

"Mau ngapain kita ke mari, Dek?" tanya Bang Parlin. Belum sempat aku menjawab, wanita paruh baya keluar dari rumah tersebut. 

"Alhamdulillah, akhirnya do'aku dikabulkan Tuhan, Bang Parlin datang ke mari," kata ibu tersebut. 

Bang Parlin tampak bingung, dia lihat aku, aku hanya terseyum. 

"Ada apa ini, Dek? siapa ini?" kata Bang Parlin lagi. 

"Ini calon orang yang akan menerima zakat kita, Bang," kataku kemudian. 

Bang Parlin terlihat makin bingung, wanita tersebut mempersilahkan masuk. Astagfirullah, ternyata ceritanya di inbox belum seberapa, lebih menyedihkan yang terlihat, seorang anaknya ternyata mengalami keterbelakangan mental. Yang sulung terpaksa berhenti sekolah, padahal masih SMP. 

"Terima kasih, Bang Parlin, Tuhan mendengar doaku, Bang Parlin akhirnya datang," kata Ibu itu lagi. 

Dari pada suami makin bingung, kuajak suami menjauh, segera kujelaskan semua apa yang terjadi. Bang Parlin tampak sedih. 

"Berapa zakat kita tahun ini, Bu Bendahara," tanya suami, dia masih sempat bercanda. 

"Lapor, Bos, penghasilan tahun ini naik dari sawit, karena harga sawit lagi naik. Total bersih penghasilan sawit empat ratus juta, Sapi tiga ratus juta, rumah kontrakan lima puluh juta. Setelah dipotong ini dan itu bersih kita terima enam ratus juta. Dua setengah persen dari enam ratus juta sekitar lima belas juta," kataku kemudian. 

"Oke, Bu Bendahara, genapkan jadi dua puluh juta, berikan ke ibu itu," kata Bang Parlin lagi. 

"Siiiap, Bos, andaikan penghasilan lebih banyak, akan lebih banyak terbantu orang," kataku sambil menghormat. Yah, sekonyol ini tingkah kami kadang. 

Kami serahkan uang pada Ibu tersebut, dengan perjanjian bila dia sukses melakukan seperti yang kami lakukan padanya. Ada kepuasan tersendiri bisa membantu orang. Tak lupa aku berpesan supaya dia tak usah memberitahu ke orang-orang. 

"Lihat itu, Bang, banyak orang yang butuh bantuan, kita tambah usaha lagi, Bang, biar bertambah zakat kita," kataku pada suami ketika kami sudah di rumah. 

"Iya, Dek, betul, kali ini Abang setuju, Abang akan berdagang, jual beli tanah dan rumah," kata suami. 

"Kok gak bangun pabrik minyak goreng aja sih, Bang," kataku kemudian. 

"Gak sampe ilmu Abang ke situ, Dek,"

"Okelah, Bang, Abang bosnya," kataku kemudian. 

Bang Parlin mulai menggeluti kegiatan baru, mencari tanah untuk dibeli. Ternyata biarpun katanya ilmunya terbatas, dia tahu betul tanah itu investasi paling pasti. 

Kebiasaan baruku sekarang adalah memeriksa HP suami setelah dia tidur. Aku selalu khawatir kebaikan suamiku ini dimanfaatkan orang. Wah, ada pesan baru dari akun Korea itu lagi, kali ini sepertinya sudah dibaca suami. Isinya mengerikan. 

(Pintar juga si Niyet itu, Anda salah satu korbannya, dia sudah gak perawan lagi, tahu gak kenapa dia lama nikah? Karena dia takut karena sudah tak perawan, akhirnya dapat dia juga orang lugu untuk dibodohi seperti Anda, kasihan ya dirimu) 

Kulihat suami, dia sudah tidur..

*kita lanjut ntr... 2 periode, eh 2 part...lg ya*😉

No comments:

Post a Comment

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER