*Suami'ku Jadoel*
_Part 29_
Adikku benar² sakit keras, perutnya seperti bengkak, dia demam juga.
Aku tahu karena kami akhirnya mengunjungi rumah mereka.
_*Dia terus ngingau panggil nama kakak makanya kakak kutelepon,*_
lapor istrinya.
_*Periksa dulu lemari kalian, apa ada barang kami disitu !*_
perintah Bang Parlin pada istri adikku.
Dia segera bongkar lemari mereka, benar saja, ada kain sarung motif batak dia simpan disitu.
Itu punya Bang Parlin.
_*Kembalikan semua yang kau curi biar kau sembuh !*_
kataku seraya menggoyang tubuh adikku.
Aku geram, malu, sekaligus kasihan lihat adikku ini, dia mencuri barang kami mungkin karena sakit hati karena gak dikasih modal.
_*Su ... dah di ... jual, ke Sambu,*_
kata adikku dengan terbata-bata.
_*Siapa yang jual ?!*_
_*Bo ... Lok,*_
*Bolok*
Aku kenal pemuda itu, dia teman sepermainan adikku, orangnya bandel.
_*Bawa, ke rumah sakit, Mira !*_
pesanku pada istri adikku sebelum kami pergi, tujuanku adalah rumah Bolok.
Aku kenal rumahnya, bahkan kenal sama orang tuanya, rumahnya tak jauh dari rumah kami.
_*Hei, Bolok, kembalikan barang kami !*_
kataku langsung tanpa basa-basi, begitu bertemu dia.
_*Barang apaan ?*_
si Bolok ini masih pura² bodoh.
_*Jangan macam² kau, Bolok, atau polisi yang menjemputmu ke mari !*_
kataku dengan mata melotot.
_*Baik, Kak, baik, aku memang dititipkan barang mau jual ke sambu, tapi belum laku,*_
kata si Bolok akhirnya.
_*Kembalikan !*_
teriakku.
Sementara Bang Parlin hanya diam saja seraya menggendong bayi kami.
Dengan gugup, Bolok akhirnya mengambil beberapa bungkusan ke kamarnya, isinya pakaian kami, segera Bang Parlin periksa & memasukkan ke mobil kami.
_*Tolong, Kak, jangan lapor polisi !*_
kata si bolok ini.
Aku diam saja, kami kembali ke rumah, ketelepon Mira, katanya suaminya sudah mulai baikan.
Hebat juga Bang Parlin ini.
Tapi kenapa dia tak buat begini waktu ada orang yang melarikan sapi kami, tiga ratus juta lagi ?
_*Abang pilih kasih,*_
kataku setelah kami sampai di rumah.
_*Pilih kasih gimana, Dek ?*_
_*Ulos yang hilang Abang langsung buat gitu, sapiku hilang, Abang gak mau buat gitu !*_
kataku sewot.
_*Sapi hilang masih bisa dicari, Dek, ulos itu gak ada lagi, itu ulos turun temurun, sudah beruntung si Ucok dapat itu, gak ternilai dengan uang,*_
kata suami.
_*Tiga ratus juta ? Lebih bergarga ulos buluk gitu dari pada sapi seharga tiga ratus juta ?*_
aku heran juga dengan jalan pikiran suamiku ini.
_*Iya, Dek, bagi Abang itu lebih berharga, maaf, Dek, andaikan Abang tahu dia yang curi Abang gak akan buat gitu,*_
kata suami lagi.
_*Emang bagaimana caranya biar bisa barang yang dicuri orang kembali lagi ?!*_
_*Rahasia, Dek, gak sembarangan orang bisa begitu,*_
_*Logikanya, Bang, bila semua orang bisa begitu, dunia ini akan aman dari pencurian,*_
_*Iya, Dek, logikanya memang begitu, tapi kata kyai dulu, gak sembarangan, dilakukan hanya bila darurat & tak bisa untuk orang lain,*_
_*Maksudnya ?*_
_*Misalnya ada tetangga kemalingan, gak bisa Abang bantu, hanya jika punya kita yang dicuri.*_
_*Ajari aku, Bang !*_
_*Gak boleh, Dek,*_
_*Pelit,*_
_*Ilmu yang begitu gak sembarangan orang bisa,*_
_*Kalau Abang gak ajari adek, Abang puasa sebulan !*_
_*Ya, gak apa², paling buka puasa di tempat lain,*_
kata suami seraya buka HP-nya.
Lalu dia memainkan jari telunjuk di HP, terus ...
_*Halo, bisa temani aku malam ini, istriku lagi ngambek ini,*_
kata suami seraya menempelkan HP-nya di telinga.
_*Apaan sich !?*_
aku langsung merampas HP tsb, segera kulihat, akan tetapi tak ada apa², tak ada panggilan juga.
Kucek panggilan keluar, yang ada tiga bulan lalu.
Aku masih tak percaya, kucek messenger, WA. Gak ada apa².
Kulihat suami.
Dia justru bernyanyi kecil seraya senyum².
Duh, suami prank aku.
Dua hari kemudian, aku terkejut dengan kedatangan adikku.
Begitu datang langsung bersujud memegang kaki Bang Parlin, tentu saja Bang Parlin langsung mundur.
_*Ada apa ini ?*_
kata Bang Parlin.
_*Angkat aku muridmu, Suhu,*_
kata adikku seraya terus berusaha memegang kaki Bang Parlin.
_*Wah, wah, wah, aku bukan suhu,*_
kata Bang Parlin.
_*Bagiku Abang adalah suhu, angkat aku muridmu, Suhu, aku rela apa saja, tapi tolong angkat aku muridmu,*_
kata adikku lagi.
Malu juga aku lihat perbuatan adikku ini, dia buat malu keluarga saja, aku saja yang istrinya tak mau Bang Parlin ajari, apalagi dia yang pencuri.
_*Hei, Dik, jangan bikin malu kau !*_
kataku seraya menarik telinga adikku tsb.
_*Sudah terlanjur malu, Kak, tolong, Suhu, angkat aku muridmu,*_
kata adikku lagi.
Bang Parlin melihatku, aku angkat bahu, aku juga tak tahu harus bilang apa lagi.
Akan tetapi aku yakin suami selalu ada solusi.
_*Aku malu, Kak, sudah tersebar ke semua saudara, aku mencuri di rumah kakak sendiri, malu, istrikupun sudah pergi tinggalkan aku. Aku tak tahu harus bagaimana lagi, aku mau ikut Bang Parlindungan saja,*_
kata adikku seraya menangis.
Sekali lagi kulihat Bang Parlindungan dengan tatapan minta bantuan, aku tak tahu harus berkata apa, istrinya sampai meninggalkannya.
Kasihan adikku, akan tetapi ini karena perbuatan dia sendiri.
_*Suhu, angkat aku muridmu, Suhu,*_
kata adikku lagi, dia seperti orang yang stress.
Segera kuambil HP, kuhubungi Mira bertanya ada ada & kenapa ?
Ternyata Mira meninggalkan suaminya karena tak tahan lagi, ternyata adikku selama ini sering lalai dalam tanggung jawab sebagai suami.
_*Tau kakak, uang warisan yang tujuh puluhan juta itu, kubilang modalkan saja, tapi dia gak mau, justru beli mobil yang rusak, modifikasi sana modif sini, akhirnya uang habis mobil terpaksa dijual, uangnya dia belikan motor Ninja, modifikasi lagi, akhirnya habis tak tersisa, aku lelah, Kak, selama ini hidup kami hanya mengandalkan gajiku.*_
kata Mira.
_*Tolong, Mira, bila adikku bisa berubah, maukah kau kembali lagi ?*_
_*Mau, Kak, tapi dengan syarat dia berubah, kalau dia punya penghasilan, aku mau, selain hobbynya modifikasi kendaraan, dia baik,*_
kata Mira.
Adikku ini memang tamatan SMK otomotif, dia sangat hobby bongkar pasang mobil & motor.
_*Aku bukan suhu, sekali lagi kutegaskan aku bukan suhu, tapi kalau kau mau berubah, kami bisa bantu kau !*_
kata suami.
_*Aku ikut Abang saja, jadi sopirpun jadi, selama hidupku banyak bertemu orang yang mengaku jago, tapi baru kali ini bertemu orang yang benar² jago, tanpa pernah sebut dirinya jago,*_
kata adikku.
Adikku ini memang waktu mudanya sempat terlibat geng motor.
Hidupnya tak lepas dari jalanan, bagaimana Bang Parlindungan bisa bantu dia ?
Disuruh urus sapi aku yakin dia gak akan tahan.
_*Dilihat dari modelmu kau tak akan sanggup tinggal di kebun, mau kerja apa kau kubuat, sementara aku cuma taunya sawit & sapi,*_
kata Bang Parlin.
Kuajak Bang Parlin bicara berdua, kami kemudian masuk kamar.
_*Bang, Abang percaya samaku ?*_
_*Percaya lah, Dek,*_
_*Itu rumah kontrakan kita, yang kita tempati dulu kan paling pinggir, rombak jadi kios, kita modali dia buka bengkel di situ, dia itu taunya cuma motor, biar saja dia berkutat dengan motor, hobbynya tersalurkan, dapat uang lagi,*_
kataku pada suami.
_*Tumben kau pintar, Dek,*_
jawab suami seraya menjitak dahiku pelan.
_*Iya lah, memang selama ini adek gak pintar ?*_
kataku pura² cemberut.
Begitulah akhirnya, rumah kontrakan itu dirombak, kebetulan lagi kosong pula.
Disulap jadi bengkel modifikasi motor, adikku tampak semangat sekali.
_*Begini ya, Dik, itu rumah harus kau sewa, karena masih baru, bolehlah gratis tiga bulan, terus itu semua peralatan belinya pakai uang, nanti kau ganti sama kami semua,*_
kataku pada adikku itu.
Bang Perlindungan memang sesuai namanya, dia bisa jadi tempat berlindung saudara, bahkan saudara yang jahat, yang mencuri barang berharganya pun dia lindungi.
Satu persatu saudaraku terangkat kehidupannya karena suamiku ini.
Terima kasih yaa Allah.
Kakakku kini jadi kepala sekolah, adikku Ria akan jadi kepala sekolah TK, adik bungsuku kini sudah sadar & buka bengkel.
Tinggal dua lagi saudaraku.
Abang tertua yang tak pernah bicara lagi setelah kena mental & adikku nomor dua dari bawah.
Dia juga tak pernah mau bicara setelah gagal minta modal ke suamiku.
_*Dek, Abang mau punya anak tujuh,*_
kata suaminya di suatu siang, saat itu si Ucok kami sedang tidur siang.
_*Tujuh, Bang ?!*_
_*Iya, Dek, entah kenapa keluarga kami sangat sulit dapat anak perempuan,*_
kata suami lagi.
_*Oh, ya,*_
_*Kata orang kalau mau anak perempuan, bikinnya harus siang,*_
kata suami.
Tatapan matanya mulai menggoda.
_*Siapa pula yang bilang begitu, Bang ?!*_
_*Orang, Dek, yuk bikin anak cewek !?*_
kata suami lagi.
_*Tutup dulu pintunya, Bang !*_
Suami berdiri & menutup pintu.
Aaaah
Sudah dulu yach !
Kami mau bikin anak cewek.
*Piye ... ?*
*Masih sabar ... ?*
5um1211764h
No comments:
Post a Comment