KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 139
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Perang Hunain
Malam Rabu tanggal 10 Syawal pasukan muslim tiba di lembah Hunain. Namun diam-diam Malik bin Auf dan pasukannya sudah tiba lebih dulu di sana. Malik menyusupkan pasukannya di tengah kegelapan malam. Ia menyebarkan mereka di setiap jalan masuk ceruk tersembunyi dan celah celah bukit.
Selepas sholat subuh Rasulullah ﷺ menyerahkan bendera dan membagi-bagikan tugas kepada setiap komandan. Setelah itu beliau memerintahkan agar pasukan muslim berangkat.
Tiba-tiba saja di dalam keremangan subuh, serangan panah yang gencar dan serentak datang seperti hujan. Pasukan musuh membuka serangan, mereka menyerbu turun didahului oleh seorang laki-laki yang menunggang unta merah. Ia membawa Bendera Hitam di ujung tombak. Setiap kali menemui seorang muslim tombak itu dihantamkannya kuat-kuat.
Maka tanpa terkendalikan lagi pasukan muslim lari kocar-kacir. Perasaan takut dan gentar begitu kuat menghantui perasaan mereka, sehingga mereka lari tanpa menghiraukan teman-temannya lagi.
Abu Sufyan yang baru saja dikalahkan saat Fathu Makah, tersenyum sambil berkata,
“Mereka tidak berhenti lari sebelum sampai ke laut.”
Beberapa orang Mekah yang baru masuk Islam seperti Suaiba bin Usman berkata,
“Sekarang aku dapat membalas Muhammad, dulu ia yang membunuh ayahku pada perang Uhud.”
Kalada bin Hanbal berkata,
“Sekarang sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi.”
Rasulullah ﷺ yang saat itu duduk di atas keledai putihnya menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Ketika semua pengikutnya berlarian mundur, beliau tetap di tempat ditemani beberapa sahabatnya. Beliau memanggil-manggil orang yang berlarian.
“Hai orang-orang, kamu mau kemana? Mau kemana? aku adalah Rasulullah! Aku adalah Muhammad bin Abdullah.”
Namun orang-orang tidak peduli, sebab yang mereka pikirkan hanya menyelamatkan diri sendiri. Saat itu Abu Sufyan memegang tali kekang keledai dari Rasulullah ﷺ dan Abbas memegangi pelananya agar keledai Rasulullah ﷺ itu tidak melarikan diri karena ketakutan.
Rasulullah ﷺ turun dari keledainya dan berdoa,
“Ya Allah turunkanlah Pertolonganmu.”
Kemenangan
Selesai berdoa Rasulullah ﷺ memerintahkan pamannya, Abbas, untuk memanggil para prajurit. Abbas adalah laki-laki bersuara lantang. Kemudian ia menyeru,
“Manakah saudara-saudara Anshar yang telah memberi tempat dan pertolongan? Manakah saudara-saudara Muhajirin yang telah berikrar di bawah pohon? Kemarilah saudara-saudara. Rasulullah ﷺ masih hidup!”
Di kemudian hari Abbas menuturkan pengalamannya itu,
“Demi Allah seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku ini seperti perasaan seekor induk sapi terhadap anaknya.”
Suara Abbas menggema berulang-ulang ke seluruh lembah. Terjadilah mukjizat Allah. Orang-orang Anshor yang diingatkan akan baiat Aqobah segera teringat pada sosok Rasulullah ﷺ dan janji mereka untuk melindungi beliau.
Mendengar nama Rasulullah ﷺ, orang-orang Muhajirin teringat bahwa mereka telah berjuang begitu bersusah-payah bersama beliau. Kehormatan mereka tersentuh sehingga dengan penuh semangat orang-orang Muhajirin dan Anshar berseru dari segala penjuru,
“Labbaik! Labbaik! Kami datang! Kami datang!”
Sekelompok pasukan muslim berdatangan ke tempat Rasulullah ﷺ berada dan bertempur dengan dahsyat. Alangkah beratnya menahan serbuan musuh yang sudah di ambang kemenangan. Melihat para sahabatnya memberikan perlawanan sengit, dengan semangat yang makin melambung Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sekarang pertempuran benar-benar berkobar. Allah tidak menyalahi janji kepada Rasul-Nya”
Rasulullah ﷺ menyebarkan segenggam kerikil pada musuh sambil bersabda,
“Wajah-wajah buruk!”
Tidak lama kemudian pasukan musuh terpukul berantakan. Mereka lari meninggalkan semua istri, anak, dan harta mereka. 70 musuh terbunuh. Sebanyak 6.000 tawanan, 22.000 unta, 40.000 kambing dan 4.000 uqiyah perak direbut kaum Muslimin.
Pasukan Muslim terus mengejar musuh sampai ke atas. Di tempat ini Hawazin dihancurkan sama sekali. Duraid si buta juga terbunuh. Malik bin Auf lari ke dalam kota Tha’if dan berlindung di sana.
Dalam perang Hunain ini Abu Sufyan sedang memegang tali kekang kuda Rasulullah ﷺ. Ketika pasukan muslim kocar-kacir Abu Sufyan bersiap untuk syahid dengan tangan kanan menangkis serangan lawan dan tangan kiri memegang tali kekang.
Setelah pasukan muslim balik memukul, Rasulullah ﷺ menatap Abu Sufyan berlama-lama seraya berkata,
“Oh saudaraku Abu Sufyan bin Harits…”
Mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan itu, Abu Sofyan menangis haru dan air matanya membasahi kaki Rasulullah ﷺ.
Bersambung
No comments:
Post a Comment