KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 137
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Fadhalah
Hari ketika Makkah ditaklukkan Allah melalui tentara Islam dikenal dalam sejarah dengan nama Fathu Mekah. Pada hari itu amarah dan kebencian meledak di hati Fadhalah bin Umair. Ia tidak menerima Mekah takluk begitu saja. Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ketika dilihatnya beliau sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang. Di balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan. Fadhalah semakin dekat semakin dekat kepada Rasulullah ﷺ. Tangan Fadhalah masuk ke balik bajunya untuk mencabut pisau. Pikirannya dipenuhi hasrat membara untuk membunuh Rasulullah ﷺ.
Tetapi tepat saat itu juga, Rasulullah ﷺ langsung menoleh kepadanya dan menegur,
“Apakah ini Fadhalah?”
Agak terkejut, Fadhalah menjawab, “Ya, Saya Fadhalah, wahai Rasulullah.”
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Rasulullah ﷺ.
“Tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya memikirkan Allah.”
Rasulullah ﷺ tersenyum. Beliau meletakkan tangannya yang sejuk di atas dada Fadhalah sambil bersabda,
“Mohon ampun kepada Allah…. “
Perlahan-lahan hati Fadhalah menjadi tenang. Ia kemudian berkata,
“Begitu beliau melepaskan tangannya dari dadaku, aku merasa tidak seorang pun yang lebih aku cintai daripada beliau.”
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Fadhalah dipanggil seorang wanita cantik. Wanita itu dulu pernah disukai oleh Fadhalah. Wanita itu ingin mengajak Fadhalah bicara, namun Fadhalah berkata,
“Tidak, Allah dan Islam telah melarangku bicara bebas dengan wanita yang belum halal bagiku. Aku baru saja melihat Rasulullah ﷺ menghancurkan semua berhala. Agama Allah itu sangat jelas dan nyata, sedangkan kemusyrikan adalah kegelapan.”
Sejak hari itu, Rasulullah ﷺ melarang orang berperang di tanah suci Mekah. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya Mekah telah diharamkan oleh Allah, bukan oleh manusia. Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah dan mencabut pohon di Mekah.”
Fadhalah bisa merasakan kasih sayang Rasulullah ﷺ yang begitu besar. Kasih sayang betul-betul membanjiri hati beliau yang amat lapang itu. Karena itu, tampak pada mulut beliau berupa keramahan, pada mata beliau berupa air mata, dan pada tangan beliau berupa kedermawanan. Kasih sayang adalah sifat Rasulullah ﷺ yang paling menonjol dan tak seorang pahlawan pun berhasil menyamainya.
Shalat Kemenangan
Rasulullah ﷺ bertamu ke rumah sepupunya Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau mandi dan sholat kemenangan sebanyak 8 rokaat. Saat itu, dua orang musyrik cepat-cepat meminta perlindungan kepada Ummu Hani. Ali bin Abu Tholib berkeras ingin membunuh dua orang itu. Namun Rasulullah ﷺ bersabda,
“Kami melindungi siapa pun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani.”
Setelah itu beberapa penjahat besar yang paling keras memusuhi Islam diadili. Sebagian diampuni dan sebagian dihukum mati. Istri Ikrimah bin Abu Jahal menghadap Rasulullah ﷺ dan meminta agar suaminya diampuni. Rasulullah ﷺ mengabulkannya. Istri Ikrimah pun menjemput suaminya yang lari ke Yaman. Ikrimah kembali ke Mekah dan masuk Islam.
Miqyas bin Subabah dihukum mati. Miqyas pernah masuk Islam, namun ia kemudian membunuh seorang Anshor dan kembali murtad setelah bergabung dengan orang-orang musyrik.
Al Haris bin Nufail dihukum mati karena ia dulu sering kali menyiksa dan mengganggu Rasulullah ﷺ.
Habbar bin Al Aswad diampuni. Ia dulu yang mengguncang unta Zainab, putri Rasulullah ﷺ. Zainab yang saat itu sedang hamil, jatuh dan keguguran. Setelah masuk Islam, Habbar menjadi seorang muslim yang taat.
Saat itu, muncullah kekhawatiran di kalangan orang Anshor. Salah seorang di antara mereka bertanya kepada saudara Anshornya,
“Apakah menurut kalian Rasulullah ﷺ akan menetap di Mekah setelah Allah memberi kemenangan?”
Orang-orang yang ditanya saling bertatapan sedih. Mereka sungguh tak ingin hal itu terjadi. Ketika itu, Rasulullah ﷺ sedang berdoa di Shafa sambil mengangkat kedua tangan. Begitu selesai, beliau segera menghampiri kerumunan Anshor dan bertanya,
“Apa yang kalian bicarakan?”
“Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah.”
Namun, karena kekhawatiran yang terus mebesar, akhirnya mereka menyampaikannya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau pun bersabda,
“Aku berlindung kepada Allah. Tempat hidupku adalah tempat hidup kalian dan tempat matiku adalah tempat mati kalian.”
Bersambung
No comments:
Post a Comment