Saturday, April 30, 2016

Ibadah haji pengabdi setan

Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta

Jamaah haji Indonesia yang pulang ke Tanah Air, bila mereka ditanya apakah Anda ingin kembali lagi ke Mekkah, hampir seluruhnya menjawab, ”Ingin.” Hanya segelintir yang menjawab, “Saya ingin beribadah haji sekali saja, seperti Nabi SAW.”

Jawaban itu menunjukkan antusiasme umat Islam Indonesia beribadah haji. Sekilas, itu juga menunjukkan nilai positif. Karena beribadah haji berkali-kali dianggap sebagai barometer ketakwaan dan ketebalan kantong. Tapi, dari kacamata agama, itu tidak selamanya positif.

Kendati ibadah haji telah ada sejak masa Nabi Ibrahim, bagi umat Islam, ia baru diwajibkan pada tahun 6 H. Walau begitu, Nabi SAW dan para sahabat belum dapat menjalankan ibadah haji karena saat itu Mekkah masih dikuasai kaum musyrik. Setelah Nabi SAW menguasai Mekkah (Fath Makkah) pada 12 Ramadan 8 H, sejak itu beliau berkesempatan beribadah haji.

Namun Nabi SAW tidak beribadah haji pada 8 H itu. Juga tidak pada 9 H. Pada 10 H, Nabi SAW baru menjalankan ibadah haji. Tiga bulan kemudian, Nabi SAW wafat. Karenanya, ibadah haji beliau disebut haji wida’ (haji perpisahan). Itu artinya, Nabi SAW berkesempatan beribadah haji tiga kali, namun beliau menjalaninya hanya sekali. Nabi SAW juga berkesempatan umrah ribuan kali, namun beliau hanya melakukan umrah sunah tiga kali dan umrah wajib bersama haji sekali.Mengapa?
Sekiranya haji dan atau umrah berkali-kali itu baik, tentu Nabi SAW lebih dahulu mengerjakannya, karena salah satu peran Nabi SAW adalah memberi uswah (teladan) bagi umatnya. Selama tiga kali Ramadan, Nabi SAW juga tidak pernah mondar-mandir menggiring jamaah umrah dari Madinah ke Mekkah.

Dalam Islam, ada dua kategori ibadah: ibadah qashirah (ibadah individual) yang manfaatnya hanya dirasakan pelakunya dan ibadah muta’addiyah (ibadah sosial) yang manfaatnya dirasakan pelakunya dan orang lain. Ibadah haji dan umrah termasuk ibadah qashirah. Karenanya, ketika pada saat bersamaan terdapat ibadah qashirah dan muta’addiyah, Nabi SAW tidak mengerjakan ibadah qashirah, melainkan memilih ibadah muta’addiyah.

Menyantuni anak yatim, yang termasuk ibadah muta’addiyah, misalnya, oleh Nabi SAW, penyantunnya dijanjikan surga, malah kelak hidup berdampingan dengan beliau. Sementara untuk haji mabrur, Nabi SAW hanya menjanjikan surga, tanpa janji berdampingan bersama beliau. Ini bukti, ibadah sosial lebih utama ketimbang ibadah individual.

Di Madinah, banyak ”mahasiswa” belajar pada Nabi SAW. Mereka tinggal di shuffah Masjid Nabawi. Jumlahnya ratusan. Mereka yang disebut ahl al-shuffah itu adalah mahasiswa Nabi SAW yang tidak memiliki apa-apa kecuali dirinya sendiri, seperti Abu Hurairah. Bersama para sahabat, Nabi SAW menanggung makan mereka. Ibadah muta’addiyah seperti ini yang diteladankan beliau, bukan pergi haji berkali-kali atau menggiring jamaah umrah tiap bulan.

Karenanya, para ulama dari kalangan Tabiin seperti Muhammad bin Sirin, Ibrahim al-Nakha’i, dan alik bin Anas berpendapat, beribadah umrah setahun dua kali hukumnya makruh (tidak disukai), karena Nabi SAW dan ulama salaf tidak pernah melakukannya.

Dalam hadis qudsi riwayat Imam Muslim ditegaskan, Allah dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita. Nabi SAW tidak menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi Ka’bah. Jadi, Allah berada di sisi orang lemah dan menderita. Allah dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan hanya ibadah individual. Kaidah fikih menyebutkan, al-muta’addiyah afdhol min al-qashirah (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual).

Jumlah jamaah haji Indonesia yang tiap tahun di atas 200.000 sekilas menggembirakan. Namun, bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian dari jumlah itu sudah beribadah haji berkali-kali. Boleh jadi, kepergian mereka yang berkali-kali itu bukan lagi sunah, melainkan makruh, bahkan haram.

Ketika banyak anak yatim telantar, puluhan ribu orang menjadi tunawisma akibat bencana alam, banyak balita busung lapar, banyak rumah Allah roboh, banyak orang terkena pemutusan hubungan kerja, banyak orang makan nasi aking, dan banyak rumah yatim dan bangunan pesantren terbengkalai, lalu kita pergi haji kedua atau ketiga kalinya, maka kita patut bertanya pada diri sendiri, apakah haji kita itu karena melaksanakan perintah Allah?

Ayat mana yang menyuruh kita melaksanakan haji berkali-kali, sementara kewajiban agama masih segudang di depan kita? Apakah haji kita itu mengikuti Nabi SAW? Kapan Nabi SAW memberi teladan atau perintah seperti itu? Atau sejatinya kita mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur? Apabila motivasi ini yang mendorong kita, maka berarti kita beribadah haji bukan karena Allah, melainkan karena setan.
Sayangnya, masih banyak orang yang beranggapan, setan hanya menyuruh kita berbuat kejahatan atau setan tidak pernah menyuruh beribadah. Mereka tidak tahu bahwa sahabat Abu Hurairah pernah disuruh setan untuk membaca ayat kursi setiap malam. Ibadah yang dimotivasi rayuan setan bukan lagi ibadah, melainkan maksiat.

Jam terbang iblis dalam menggoda manusia sudah sangat lama. Ia tahu betul apa kesukaan manusia. Iblis tidak akan menyuruh orang yang suka beribadah untuk minum khamr. Tapi Iblis menyuruhnya, antara lain, beribadah haji berkali-kali. Ketika manusia beribadah haji karena mengikuti rayuan iblis melalui bisikan hawa nafsunya, maka saat itu tipologi haji pengabdi setan telah melekat padanya. Wa Allah a’lam.

https://khaznah.wordpress.com/2010/07/20/haji-pengabdi-setan/

Thursday, April 21, 2016

Memuliakan Tiga Orang

Sejatinya, tiada seorang pun yang bisa menggapai kejayaan hidup di dunia ini kecuali ia dibesarkan dengan belaian kasih sayang orang tua. Siapa sajakah orang tua yang wajib dimuliakan dan disebut-sebut namanya dalam lantunan doa seorang anak?

Pertama, orang tua yang melahirkan. Mereka adalah ayah dan ibu yang paling besar jasanya mengantarkan kita menjalani kehidupan. Terutama ibu yang mengandung dan melahirkan bersimbah darah bertaruh nyawa.
Sekiranya, kita dapat meraih kemegahan dunia dan seisinya untuk membalas jasa mereka, tentulah tak sepadan menggantikannya. Apalagi, mereka tak pernah menghitung dan mengharapkan balasan material dari anaknya, kecuali sekadar bakti ( birrul walidain ) yang tulus semasa hidupnya dan kiriman doa setelah kematiannya. (QS [17]:23-24, [46]:15).

Betapa mulianya mereka, hingga Allah SWT merangkai pengabdian kepada-Nya dengan kedua orang tua (QS [31]:13), terutama kepada ibu (HR Muttafaq 'alaih).
Mereka yang menanam benih-benih keimanan (akidah tauhid), menumbuhkan ketaatan dalam pengabdian (syariah), dan menghasilkan buah kebajikan (akhlak karimah). Karenanya, jika tampil seorang anak yang sukses, sungguh kedua orang tua yang hebat mengantarkannya.

Kedua, orang tua yang mengajarkan. Mereka adalah guru-guru yang mengajar dan mendidik kita di bangku sekolah, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Jika kedua orang tua melahirkan dan membesarkan maka guru menumbuhkan segala potensi dan bakat agar berkembang dengan baik.

Sungguh, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan ( transfer of knowledge), tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemuliaan ( transfer of value), mengembangkan keahlian dan kemandirian (transfer of skill) , dan mengajarkan kearifan (transfer of wisdom) .

Murid yang hebat lahir dari sentuhan dan goresan tangan seorang guru yang hebat. Guru bukan sekadar orang tua kedua, tetapi mereka juga pewaris misi dan semangat kenabian dalam pendidikan dan dakwah Islam.
Nabi SAW juga seorang guru yang diutus untuk melahirkan generasi pemimpin dan pendidik terbaik, yaitu Sahabat (HR Muslim).
Beliau SAW guru terbaik karena dididik langsung oleh Sang Maha Guru Terbaik, yakni Yang Maha Mengetahui (' Aalim). “Addabanii rabbii fa ahsana ta`dibii. ” (Tuhanku telah mendidikku maka sempurnalah adabku). Begitulah pesan Nabi SAW.

Guru kehidupan saya, Prof KH Didin Hafidhuddin pernah bercerita. Di tengah kesibukannya yang sangat padat sebagai ulama dan dosen, ia selalu hadir ke sekolah untuk menerima rapor anak-anaknya. Beliau pun selalu memberikan uang kepada guru sebesar biaya sekolah anaknya.
Subahanallah.

Kini, semua anaknya sukses dalam pendidikan, tawadhu, dan dihormati oleh semua kawan. “Muliakanlah guru di depan anakmu agar anakmu memuliakanmu dan menghormati gurunya,” demikian pesan beliau.
Saya sedih ketika seorang murid kelas 4 SD berani menuduh guru berbohong di depan orang tuanya. Apalagi, orang tua membela anaknya dan balik menyalahkan guru. Perlakuan buruk orang tua kepada guru, apalagi di depan anak, adalah kesalahan besar dalam proses pembelajaran.

Ketiga, orang tua yang menikahkan. Mereka adalah orang tua pasangan hidup kita (mertua). Jika kedua orang tua melahirkan dan membesarkan penuh pengorbanan, guru mengajar dan mendewasakan penuh ketulusan, lalu mertua menikahkan putri kesayangannya dengan penuh pengharapan.
Mereka menyerahkan putri yang sudah dilahirkan, dibesarkan, dan didewasakan untuk mendampingi perjalanan hidup kita. Mereka pun bersedia menjadi sandaran dalam membangun rumah tangga, di saat bumi tempat berpijak belum kokoh, hingga mencapai kemapanan.
Tiadalah patut jika mereka yang menghadiahkan mutiara hidupnya mendapat perlakuan yang berbeda dengan kedua orang tua yang melahirkan.

Menikahi anaknya itu berarti menyatukan dua orang tua sekaligus, yakni mereka yang melahirkan dan menikahkan. Perlakuan baik kepada mereka menjadi pembuka pintu rezeki. Itu pula anak yang pandai berbakti. Allahu a'lam bish-shawab.

Wednesday, April 20, 2016

Syair Lagu KoesPlus

Setelah mendengarkan penjelasan Yok Koeswoyo di pengajian Cak Nun di Tuban, baru tahu bahwa lagu Koes Plus yang berjudul

"Andaikan Kau Datang Kembali" (https://www.youtube.com/watch?v=nA-yaqajKS4),
ternyata bukanlah lagu cengeng percintaan, melainkan lagu hikmah penuh makna.

Subhanallah, sekarang kalau mendengar lagu ini, airmata sulit dibendung.

Semoga Allah SWT menghadiahi akhir yang "Khusnul Khotimah" untuk Kita semua. Aaamiiin Yaa Rabbal'Alamiiin.

Perhatikan lirik lagu berikut berikut tafsir hikmah yang disampaikan oleh Yon Kuswoyo

ANDAIKAN KAU DATANG KEMBALI

Terlalu indah dilupakan
Terlalu sedih dikenangkan
setelah Aku jauh berjalan
dan Kau *(1. DUNIA) kutinggalkan

Betapa hatiKu bersedih
Mengenang kasih dan sayang Mu *(2. ALLOH SWT)

Setulus pesanMu kepadaKu
Engkau kan menunggu*(3. di Padang Mahsyar )

Andaikan Kau *(4. MALAEKAT DLM KUBUR) datang kembali

Jawaban apa yang kan kuberi*(5. Saat di Hisab ttg sholat Kita)

Adakah cara yang Kau temui
Untuk kita kembali lagi*(6. Semua sudah terlambat).

Jgn sampai ada penyesalan. 
Mupung msh ada kemampuan dan kesempatan,
Dirikan shalat berjamaah,  dan singkirkan perbedaan.
dan masjid / mushola Makmurkan.

Bersinarlah bulan purnama
Seindah serta tulus cinta-NYA

Bersinarlah terus sampai nanti*(7. ISTIQOMAH).

Sampai waktu yang ditentukan....Aamiin YRA

Lagu ini... ku akhiri......

Murahnya biaya ke syurga


MAHALNYA NERAKA, MURAHNYA SURGA

Neraka mahal, surga murah, loket ke neraka penuh sesak, banyak manusia antri. Rebut - rebutan, cakar-cakaran, takut tidak kebagian kursi. Tiket ke neraka mahal.

Harus merogoh kantong berjuta-juta, untuk dapat ikut berjalan ke sana.
❥ Maksiat itu mahal,
❥ Judi itu mahal,
❥ Zina itu mahal,
❥ Korupsi itu mahal,
❥ Dusta itu mahal.

Tetap saja orang-orang berbondong menuju neraka.

Jalan ke surga sunyi sepi.
Jalannya lebar, mulus dan bersih.
Tiketnya murah, tak perlu keluar uang banyak.
Loketnya bersih, ada AC, pelayannya ramah.
Tapi mengapa amat sedikit yang antri di loket ini?
❥ Puasa itu murah.
❥ Shalat itu murah.
❥ Sedekah itu murah.
❥ Senyum itu murah.
❥ Jujur itu murah.

Ternyata Nafsu telah memutar balik semua tatapan.
Yang buruk terlihat indah.
Yang baik terlihat sukar.
Ditempat ini aku baru sadar bahwa jalan ke syurga sepi.
Jalan ke neraka ramai.
Semoga menjadi renungan kita bersama.
Betapa sering terlupanya kita.
Selalu menuruti hawa nafsu, meninggalkan air kesejukan surga dan lebih tertarik pada panasnya neraka yang hanya membuat kita semakin haus dahaga, Naudzubillah...

Semoga tulisan ini dapat memberikan hikmah, baik kepada penyampai maupun kepada pembaca.

Silahkan bagikan agar kita dan teman-teman kita senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLOH SWT.

Ya ALLOH...
✔ Muliakanlah orang yang membaca ini
✔ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke kebaikan & ke masjid
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah, Prasangka Keji, Berkata Kasar dan Mungkar.
✔ Dan dekatkanlah jodohnya untuk mrk yg masih jomblo.

Robbana Taqobbal Minna.
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin.

Semoga Bermanfaat.
��❤��

JUDUL NOVEL

KISAH PEREMPUAN BAU LAWEYAN # 1

Kisah Perempuan Bahu Laweyan Yang Menikahi 9 Laki-laki  #01 WAJAHNYA tampak segar. Dia baru mandi dibawah pancuran air gunung Penanggungan. ...

POSTING POPULER